15

69 12 0
                                    

Mobil pickup yang Jeno tumpangi akhirnya sampai didepan homestay Sunoo, Jeno memandang sekelilingnya. Semuanya nampak normal, namun ada sesuatu yang ganjil. Semua lampu padam, seperti tidak ada yang menginap disana.

Jeno terpaku menatap halaman depan homestay itu, sampai akhirnya kakek tua tadi menepuk pundaknya.

"Nak, kamu yakin masih ada orang disini? Kelihatannya udah ga ada siapapun disini, semua lampu juga padam"

Jeno mengangkat senyumnya dengan paksa.

"Masih ada kok Kek, temen-temen saya masih ada 6 orang disini. Makanya saya balik kesini lagi"

Kakek itu mengangguk sambil ber-oh ria.

"Mau saya tungguin?" Tanya kakek tadi nampak tidak begitu yakin untuk meninggalkan Jeno sendirian.

"Udahlah Pak, barang kita juga perlu diantarkan" potong pria paruhbaya dengan badan gempal dan tinggi itu.

Jeno mengusap tengkuknya "gapapa Kek, saya nanti pulang bareng temen saya aja"

Kakek itu mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak Jeno dengan pelan. 

"Baiklah kalau begitu, hati-hati ya. Saya sama menantu saya pergi dulu, takut telat ngantar sayur nya hahahaha" ujar kakek tadi sambil terkekeh.

Jeno tersenyum "terimakasih banyak Kek, Om atas tumpangannya"

Kakek tua itu hanya mengangkat sebelah tangannya, membai ringan sambil tersenyum kemudian naik ke mobi. Meninggalkan Jeno yang masih berdiri didepan homestay yang suasana terlihat cukup suram.
*
*
*
*
*

"Tinggal satu" gumam Ni-ki sambil tersenyum.

Mata Sunghoon memerah, ia tidak punya keberanian lagi untuk menatap cowo psikopat itu.

Ni-ki memegang dagu Sunghoon sambil menatap intens cowok itu, kemudian menyeringai.

"Lo mau cara yang ga seberapa sakit, atau Lo mau mati pelan-pelan?" Tanya Ni-ki santai.

Air mata Sunghoon menggenang di pelupuk matanya, tentu saja ia tidak ingin bernasib sama dengan yang lainnya. Dia ingin tetap hidup dan keluar dari sini. Tapi seberapa keras apapun usahan ia untuk melawannya, terasa sia-sia.

"Lo diam, berarti Lo mau gue yang pilihin?"
"Okey, gue malah lebih senang kalau gitu mau Lo"

"Berhenti!!! TOLONG JANGAN BUNUH SIAPAPUN LAGI" Sunoo berteriak dengan mata tertutup.

"Gue mohon" cicit Sunoo, ia tidak ingin lain melihat percikan maupun genangan darah. Bahkan bau amis dari darah keempat temannya belum juga hilang.

Ni-ki berjalan kearah Sunoo, kemudian berjongkok. Menyamakan tinggi badannya dengan Sunoo.

"Lo yakin? Bukannya Lo juga senang?"

"Apa maksud Lo hah? Gue ga pernah mau hal ini terjadi sama temen-temen gue, Lo cuma psikopat yang mau ngelampiasin emosi terpendam Lo ke kami, ga lebih. Lo cuma hewan liar yang menjijikkan"

Ocehan Sunoo membuat Ni-ki marah. Dengan kesal cowok itu berlari kearah pisau besar yang terletak diatas meja kayu dipojok ruangan. Lalu ia berlari kearah Sunghoon, dan-

Jleb

Pisau besar itu menancap sempurna diperut Sunghoon, cowok itu membeku sambil memegang tangan Ni-ki yang masih memegang pisau yang telah berlumuran darah.

Ni-ki mencabut pisau itu dari perut Sunghoon, lalu dengan menggila ia menghujamkan kembali pisau itu keperut dan dada Sunghoon berkali-kali. Sedangkan Sunghoon tidak bisa berteriak maupun menjerit, rasa sakit yang teramat sangat meredam teriakkannya.

"INI JUGA YANG LO MAU KAN!!"

"GIMANA LO BISA NGELAK HUH?"

"SEDANGKAN GUE ADALAH BAGIAN DARI DIRI LO!!!" teriak Ni-ki dengan suara meninggi.

Sunghoon jatuh di lantai dengan banyak luka tusuk  ditubuhnya, nyawa Sunghoon tidak lagi terselamatkan.

Sunoo membeku, matanya melirik Sunghoon yang jatuh terkapar.

"Bagaimana mungkin, Lo adalah bagian dari gue huh?"

"Kita jelas berbeda"

"Lo yakin?" Tanya Ni-ki.

Sunoo diam, seakan ragu dengan ucapannya.

"Lo ga bisa ngelak Sunoo, gue adalah bagian dari diri Lo" ucap Ni-ki sambil mengangkat pisau ditangannya kearah Sunoo.

Sunoo memejamkan matanya, kemudian gelap. Kesadaran Sunoo hilang, yang tersisa hanyalah keheningan.
*
*
*
*
*
*

Jeno berjalan menuju gedung utama didekat pohon besar, tempat mereka mendirikan tenda kemarin. Tetapi kosong tidak ada siapapun didalam sana.

Jeno mendesah kasar, firasatnya mulai buruk. Dengan pelan Jeno menyusuri homestay itu, menuju sedikit kebawah kearah pepohonan diujung sana. Ia berharap tidak terjadi hal buruk pada teman-teman.

Jeno melangkah pelan, dari tempatnya ia dapat melihat puncak dari sebuah rumah. Melihat itu, Jeno bergegas menuju tempat itu. Yang ia temukan hanya rumah atau bisa dibilang sebuah pondok kayu yang cukup suram.

Jeno mendekatkan telinganya kearah pondok itu, ia mendengar suara yang sangat pelan dari pondok itu. Dengan ragu ia memegang knop pintu pondok tadi kemudian membukanya.

Pintu itu tidak terkunci, Jeno memastikan agar tidak menimbulkan banyak suara saat membuka pintu itu.

Jeno mengikuti sumber suara tadi, semakin ia mendekat semakin jelas pula suara yang terdengar. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah ruangan dengan pintu yang tidak tertutup dengan sempurna.

Jeno mengintip dan apa yang ia lihat sangatlah mengagetkan, didalam sana. Jake, Heeseung, Jay, Jungwon dan Sunghoon terlihat sudah tidak berdaya dengan luka yang sangat banyak dibeberapa bagian tubuh mereka.

Tangan Jeno bergetar, ujung jari Jeno terasa dingin. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya, dia nelpon polisi tanpa melepaskan pandangannya dari ruangan itu.

"Halo" ucap suara diseberang sana.

"Tolong datang ke homestay I-land, dijalan ******** secepatnya Pak. Kondisi darurat" bisik Jeno dengan bergetar.

"Bisa jelaskan lebih detail, kondisi disana seperti apa pak?"

"Beberapa teman saya terbunuh Pak, cepat. Pembunuhnya masih disini sekarang"

"Baik, beberapa polisi akan segera menuju lokasi. Jika memungkinkan sebaiknya anda mencari tempat yang aman, sampai polisi datang ke sana"

"Baik"

Jeno mematikan telponnya, setelahnya cowok terlihat membuka kamera dan mengambil beberapa foto Sunoo yang terlihat tengah mengangkat sebuah pisau yang berlumuran darah seraya menangis dan berteriak disaat bersamaan.

Sunoo nampak berdialog dengan dirinya sendiri, seadakan ada orang lain disana. Tetapi pada realitanya dia hanya sendiri.

Jeno masih memperhatikan Sunoo, sebelum pergi untuk bersembunyi. Namun, belum sempat ia beranjak. Tiba-tiba Sunoo tergeletak pingsan dengan pisau yang masih berada ditangannya.
*
*
*
*
*
*

Just A Dream| Enhypen Ot7 | || SELESAI||Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt