4. Tidak baik-baik saja

91K 12K 1K
                                    

Follow Instagram

@mhmmdrahsyaa
@wp. dutahappygirl00

Ikan hiu makan tomat, jangan lupa vote wahai sobat!

Komen juga, pengen ngerasain di komen sampai ribuan. Emm, tapi kayanya bisa gak yaa...

"Sekali saja tangan kamu memukul Hawa, maka. Tidak ada kata ampun, untuk berandal gila seperti kamu."

Terjadi keheningan, sesaat setelah Gus Rahsya mengatakan kalimat itu dengan penuh penekanan. Pemuda ber badan tinggi, dengan otot yang sedikit terlihat. Membuat teman-teman Alga heran, siapa dia.

"Ustadz Rahsya?" Gumam Hawa, raut wajah gadis itu terlihat agak syok.

Penampilan Gus Rahsya hari ini sangat jauh berbeda, ia memakai gamis putih dengan sorban putih di kepalanya. Sungguh, pemuda itu terlihat sangat berwibawa dan rapi.

"Uuu...ada manusia so alim di sini. Berani-beraninya lo pegang tangan gue!" Sentak Alga, menepis tangan Gus Rahsya dengan kasar.

Gus Rahsya tersenyum. "Pada dasarnya manusia memang selalu berbuat kesalahan. Sesungguhnya, lebih baik di sebut so alim, daripada di anggap nakal atau brengsek oleh orang-orang." Tidak ada nada tinggi, ataupun nada seperti sebuah sindiran. Pemuda itu, berkata dengan nada yang begitu santai.

Alga menarik kerah gamis Gus Rahsya, membuat keduanya saling bertatapan dengan intens. "Selain Hawa, kayanya gue juga harus bunuh lo!"

"Sebelum kamu membunuh Hawa—"

Bugh!

Gus Rahsya menghajar Alga, bahkan dalam satu pukulan pemuda itu sudah terkapar. Entah apa yang pemuda itu lakukan, selama ini ia tidak pernah menggunakan ilmu bela dirinya. Kecuali, saat memang benar-benar di butuhkan.

"Alga!" Angga berusaha membangunkan Alga, namun nihil. Tidak ada respon apa-apa, pemuda itu pingsan.

"Lo apain temen gue hah?!" Laskar berteriak, menatap Gus Rahsya dengan tatapan tajam.

"Mohon maaf, lebih baik kalian pergi. Teman kamu hanya pingsan, pergilah sebelum saya buat kalian seperti dia."

"Emang lo siapa hah?! Berani-beraninya lo ngusir gue!" Teriak Laskar tak terima.

Gus Rahsya terkekeh ringan, ia menepuk bahu Laskar dua kali. "Saya manusia biasa, bukan siapa-siapa." Jawaban itu malah semakin membuat emosi Laskar tersulut.

"Woi, siapa manager Cafe ini!" Tiba-tiba saja Laskar berteriak kencang, berkali-kali menyebutkan dimana manager Cafe ini.

"Security, usir dia! Masa pelanggan di ganggu, lo semua diem aja sih?!"

Pak Arman membungkukkan badannya, namun dengan gerakan cepat Gus Rahsya menahan. Sebagai pegawai, Pak Arman memang harus menghargai atau menghormati mereka. Namun bagi Gus Rahsya, itu semua tidak perlu di lakukan kepada anak-anak berandal seperti mereka.

Gus Rahsya melangkah, ia sedikit membungkuk untuk membisikan sesuatu di telinga Laskar. Setelah itu, Laskar tiba-tiba saja mengajak teman-temannya untuk pergi dari Cafe ini.

Garis Takdir Untuk Hawa Where stories live. Discover now