bab 11

298 32 2
                                    

Seorang wanita paruh baya menatap bayangan dirinya pada cermin rias didepannya.

Wajah itu nampak masih sangat cantik seolah tak lekang oleh waktu, meski usianya telah menginjak kepala lima. Wajahnya nampak masih segar, hanya sedikit kerutan yang tercetak pada wajahnya.

Wanita paruh baya itu memalingkan wajahnya, untuk sejenak berhenti mengagumi kecantikan yang tuhan cetak pada garis wajahnya sendiri.

Seorang perempuan yang tak kalah cantik memasuki kamarnya, mendudukkan tubuh rampingnya tepat di sisi ranjang sang ibu.

"Kenapa sayang ada masalah?".Tanya wanita paruh baya itu kepada wanita yang tak lain adalah anaknya sendiri.

"Ibu... " Panggil perempuan itu lirih.

"Kenapa sayang? Ceritakan pada ibu!" Perempuan paruh baya itu beranjak dari kursinya, mendekap tubuh sang putri yang membutuhkan pelukan darinya.

"Ibu, haruskah aku melepaskan suamiku?" Sebuah pertanyaan terlontar dengan lirih dari birainya. Sebuah isyarat bahwa ia tak rela dengan kalimatnya sendiri.

Mata sang ibu membulat mendengar pertanyaan sang putri, menurutnya itu adalah pertanyaan terkonyol yang putrinya ucapkan.

"Jangan bercanda Yuri, itu sama sekali tak lucu." Perempuan paruh baya bermarga Choi itu tertawa di akhir kalimat.

"Aku serius Bu, aku merasa suamiku tak lagi mencintaiku Bu."

"Sssttt, jangan bicara seperti itu putriku. Tentu suami mu sangat mencintaimu"

"Tidak Bu, suamiku sudah benar-benar mencintai wanita itu."

"Heyy, Yuri putriku. Dengarkan ibu.kau tak ingat perjuangan mu untuk sembuh dari penyakit itu hingga bertahun-tahun? Kau pikir untuk siapa kau sembuh sayang, kalau bukan untuk suamimu. Dan sekarang kau akan melepaskan dia untuk perempuan itu? Tentu tidak sayang,"  Ucap nyonya Choi seraya membelai lembut pucuk kepala sang putri. Telah banyak hal yang putrinya lalui, dan ia tak akan membiarkan putrinya terluka untuk kesekian kalinya.

"Tapi Bu, suamiku benar-benar mencintai perempuan itu. Hatinya tak lagi untukku meski tubuhnya berada bersamaku, aku bisa merasakan itu." Tutur Yuri dengan mulai berlinang air mata.

"Tidak sayang, apa yang kau katakan. Apa yang dulu menjadi milikmu akan selamanya jadi milikmu. Kau jangan khawatir ibu akan mengurus perempuan itu." Ia adalah seorang ibu, tentu! Ibu mana yang ingin melihat putrinya kehilangan sosok yang paling berarti dalam hidupnya sendiri.

"Maksud ibu?"

"Ibu tahu siapa sebenarnya perempuan itu, mudah saja bagi ibu untuk menyingkirkan wanita itu dari hidup suami mu. Kau jangan khawatir sayang."

"Ibu ta-". Belum usai kalimatnya terlontar, telunjuk sang ibu lebih dulu menyambangi bibirnya agar ia tak melanjutkan kalimatnya.

"Ssssttt, jangan khawatir ibu akan mengurus semuanya". Nyonya Choi kembali memeluk erat tubuh sang putri dalam dekapannya.

"Kau harus mendapatkan apa yang pantas kau dapatkan sayang, kau harus bahagia".

Jari-jari lentik itu membelai lembut Surai indah sang putri.

Sementara bibir wanita paruh baya itu menyunggingkan senyum penuh kelicikan, sekali lagi ia akan memperjuangkan apa yang menjadi hak dari putrinya.

"Kita akan bertemu sebentar lagi, untuk mengulang apa yang dulu pernah terjadi." Gumamnya dalam hati.

_______

"Minum obatmu sayang". Seokjin menyerahkan beberapa bulir obat pada sang istri. Sejak hari itu Seokjin dengan begitu telaten merawat sang istri tercinta.

broken heart (Kim Seokjin)Where stories live. Discover now