Chapter 1 ; Awalnya

267 27 2
                                    


Happy reading~


Bau basah dari sisa gerimis tadi siang masih tercium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bau basah dari sisa gerimis tadi siang masih tercium. Segar, enak sekali aromanya. Apalagi jika di depanmu ada secangkir kopi dan sebuah buku untuk dibaca. Mungkin sore mu akan cerah sekali, dibandingkan dengan sore milik seorang wanita yang tengah berjalan dengan langkah lebar. Melewati pagar setinggi dadanya-sembari mendekap sebuah tas dengan erat. Tadi, sekitar 10 detik yang lalu terdengar suara sebuah helm dibanting keras. Jangan tanyakan bagaimana nasib benda itu usai kini tergolek lemah di atas tanah yang basah. Hancur lebur, kacanya pun terlepas dari tempatnya.

Sisa-sisa jejak sepatu pada tanah becek, membuat lelaki yang kini mematung di atas motornya-seolah tertarik dari segala bentuk lamunannya. Astaga, apa yang baru saja terjadi? Mengapa semuanya terasa parah sekali tadi?. Atau dirinya yang terlalu banyak melamun hingga tak menyadari jika wanita yang tadi ia bonceng tak lagi disini bersamanya?.

Dihembuskannya napas pasrah lantas memungut helm yang tak lagi berbentuk itu dan memasangkannya di stang bagian belakang motor. Sebelum kembali duduk di atas transportasi kesayangannya itu dan memandang ke arah balkon rumah semi minimalis dihadapannya. Dimana kamar wanita yang ia sayangi berada.

Lagi-lagi helaan napas gusar terdengar, alih-alih berharap wanita itu akan membuka jendela dan mengatakan sesuatu dari atas sana, pun seolah terasa hanya bagaikan sebuah angan saja. Yang dirinya lihat hanyalah korden putih yang ditutup rapat-rapat dan lampu yang seharusnya sudah menyala, sungguhan sebuah pemandangan menyakitkan yang harus ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Benar, ia merasakan rasa sakit itu hari ini. Sebuah rasa yang sungguh ingin ia singkirkan dari dalam benaknya sebab tak ingin disebut lemah, tetapi wanita itu berhasil menciptakan rasa seperti ini bertumbuh di dalam dirinya. Bagaimana ya orang-orang menyebutnya? Kecewa? Ah, apakah benar serumit itu kondisinya?.

Tetapi apakah ia menyerah sampai disitu saja, membiarkan dirinya berlalu tanpa sempat mengatakan sepatah kata pada sang puan? Jawabannya adalah tidak, sebab ia suka jika dirinya disebut sedang berjuang. Kata ayahnya, itu adalah gambaran bagaimana lelaki sejati bertindak.

Dua kali ia menunggu nada panggilan tersambung, tetapi tak ada sahutan apapun yang ia dapatkan. Namun netranya sempat menangkap pergerakan korden dari kamar balkon. Ia tidak berhenti, tentu saja. Biarpun diabaikan, bukan berarti ia tidak dapat mengirim pesan bukan?.

Jazel

|Aku nggak tau kenapa kamu marah hari ini, tapi kamu tenang aja, helm hadiah dari aku bakalan balik utuh lagi besok

|Jangan lupa makan, tidur yang nyenyak juga

|Aku pulang dulu

Tidak tahu, apa yang akan terjadi esok hari. Yang pasti, ia hanya berharap semuanya segera membaik malam ini. Sehingga esok ia tak perlu melihat kejadian yang sama terulang kembali. Semoga saja.

CANDALA  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang