OBS'D ME : PART 15

98 19 5
                                    

Happy reading
••••••

Suasana malam ini terasa sangat berbeda dari malam malam biasanya, hembusan angin lebih kencang, dingin, petir serta hujan mengguyur rumah zoe

di saat saat seperti inilah dimana rasa rindu seorang adik kepada kakaknya terasa, zoe menangis malam itu, bagaimana tidak, zoe dan geo sudah hidup bersama belasan tahun, tak terbiasa bagi mereka berjauhan seperti ini, dua Minggu sudah setelah kepergian geo, zoe menjadi kesepian dan sering menangis menyendiri di kamar

telepon, itu tidak cukup, mereka bahkan jarang melakukan panggilan suara, jadwal geo menjadi lebih padat, dua hari sudah zoe tidak tahu bagaimana kabar geo, ia menjadi gelisah, khawatir dengan kakaknya, walaupun sudah bisa di pastikan geo akan baik baik saja, tetapi tetap saja, dirinya tidak bisa tenang

tok tok
Ketukan dari luar kamar, gio, lagi lagi gio datang untuk menenangkan adiknya, berbagai cara gio lakukan agar zoe tidak berlarut larut dalam kesedihan "udah Jo, geo di sana pasti baik baik aja, ada langit" ujar geo kepada zoe seraya menenangkan zoe

"Kalo lo kayak gini lo anggap gue apa? Posisi gue juga kakak lo, jangan buat seakan akan gue gak berguna di sini" geo mengeluarkan unek uneknya, sejujurnya dengan zoe seperti ini ia merasa tidak berguna sebagai seorang kakak, peranan gio sebagai kakak menjadi tidak terlihat akibat tingkah zoe yang terlalu over, apakah zoe tidak melihat gio sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk nya

"Gue juga Abang lo.."
Cicit gio

Gio menghapus air mata zoe yang mengalir begitu deras, ia memeluk zoe, mengelus rambut zoe lembut "maaf gue belum bisa jadi geo"

Tangisan zoe semakin deras, ia membalas pelukan gio erat, zoe sadar bahwa perlakuan nya selama dua Minggu ini sudah tidak baik, dirinya terlalu bersedih sampai lupa masih ada gio di sisinya "lo enggak perlu jadi geo, cukup jadi gio.. Abang gio yang gue kenal"

"Gue gak suka liat lo nangis tiap malem, ayolah..."

zoe mengangguk, ia menghapus air matanya mengunakan kedua tangannya berutal, menarik nafas dalam dalam, dan menghembuskan nya

"Maaf.."
Ucap zoe menunduk

gio menangkup pipi gembul zoe dengan kedua tangannya, menatap mata hitam zoe lekat "is okey, percaya gue" ujar gio sendu

Tak ada sedikitpun niat gio membuat zoe merasa bersalah namun ia hanya kembali menyadarkan zoe bahwa gio juga seorang Abang.

••••••

Telinga zoe seperti akan meledak beberapa menit lagi jika Jean tetap berbicara memakai bahasa Inggris

Kepedean dan jiwa narsis jean semakin membuat zoe ingin menghilang jauh jauh dari tempat ini, suaranya melebihi kencang nya handset yang zoe pakai, suara jelek Jean menembus hingga akar akar gendang telinga zoe

"HALLO, MAMEM IS JEAN, AYEM BOY HANDSOME, AYEM LIKE FOOD!! BUT AYEM NO LIKE BOBA PUP, BUNDAR BUNDAR SEPERTI P.U.P! HUEK!"

"WOI! DIEM TOLOL!"
protes zoe keseribu kalinya

"NO! LIKE LIKE AING DONG, YOU DIAM AJA, AYEM LAGI SIMULASI KALO AY KE INGRIS NANTI!!" Balas jean

"Ya udah gue pulang"
Ancam zoe, sebenarnya sebelum ia memutuskan untuk ke rumah pohon perasaan nya sudah tidak nyaman dari awal, namun dengan kekuatan melas memelas jean, ia bisa sampai di sini

obs'd me [On Going] Giselle Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin