Chapter 23 : Curhat

24 4 0
                                    


Chapter 23 : Curhat


Jihan: na

Jihan: dhif

Jihan: nadhif

Jihan: dhiiiiiiif

Jihan: sibuk gak?



Nadhif mengeringkan rambut dengan handuk putih yang kemudian digantung ke lehernya. Pemuda itu baru selesai mandi. Ia memakai baju kaos putih dengan celana trening abu-abu.

Pemuda bermata sipit itu menipiskan bibir. Tiba-tiba jadi menyesal sendiri mengingat ucapan terakhirnya pada Jihan kemarin.

"Apa gue kelewatan, ya?" gumamnya pada diri sendiri.
Nadhif menghela napas, menggantungkan handuk lalu duduk bersandar di atas ranjang. Ia meraih hape yang sedari tadi diangguri.

Mata Nadhif melebar, melihat ada nothif chat dari Jihan beberapa menit lalu. Jarinya segera membuka pesan tersebut.


Jihan: This message was deleted

Jihan: This message was deleted

Jihan: This message was deleted

Jihan: This message was deleted

Jihan: This message was deleted


"Lah njir?" Nadhif mengernyit bingung, nih cewek masih dendam?


Nadhif: knp?

Jihan: gak jadi

Nadhif: oh


Jihan mendengus. "Dih, oh doang?" gerutu gadis itu memandang layar hape yang terus menyala menampilkan room chat Nadhif.

Memang salah Jihan, sih. Kenapa pesannya pake diapus segala. Ya, tapikan harusnya tu cowok kepo. Nggak mau nanya kenapa gitu?

Jihan merapatkan bibir, mencibir kecil dan mencoba tak peduli lagi.

Tapi tak mungkin. Karena berkali-kali ia masih melirik hape berharap ada chat lagi.

Suara chat masuk membuat gadis itu terlompat kecil. Ia segera membaca chat yang masuk.


Nadhif : ada apa? Jangan bikin org kepo



Bibir mungil Jihan tak bisa menahan untuk tidak tersenyum tertahan. Ternyata pemuda ini masih mau meresponnya setelah ucapan kasar darinya kemarin.
Jihan berdehem pelan.

Apasih gue senyum-senyum? Biasa aja kali.


Jihan: mmm .... sibuk gak?

Nadhif: gak, santai gue

Jihan: gue mau cerita

Read.



Jihan mengumpat "Anjir, di read doang? nyesel gue ngechat! Harusnya gausah lo bales lagi Jihannn!" kesalnya sendiri.

Jihan membanting pelan hape ke atas ranjang. Menenggelamkan wajahnya pada bantal. Berusaha mengubur rasa malu.

Unconditional Positive Regard (END)Where stories live. Discover now