Chapter 1 - Kenapa Harus Dia, Sih?

61.4K 3.3K 109
                                    

Playlist: Harry Styles - As it Was

. . .

            Manusia akan cenderung menyalahkan manusia lain, keadaan atau apa pun tiap kali mereka memiliki permasalahan, untuk sekedar membuat mereka merasa lebih baik dan tidak terlihat menyedihkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

            Manusia akan cenderung menyalahkan manusia lain, keadaan atau apa pun tiap kali mereka memiliki permasalahan, untuk sekedar membuat mereka merasa lebih baik dan tidak terlihat menyedihkan.

Dan itulah yang kulakukan sekarang. Menyalahkan manusia berengsek bin bangsat bernama ... sial, aku pun tak sudi untuk menyebut namanya lagi. Mungkin terkesan tidak bersyukur, tapi kata Christina Perri; I'm only human and I bleed when I fall down. Jadi, itu adalah hal yang normal bukan?

            Saat kata seandainya terlintas di dalam pikiranku. Aku selalu mengandaikan untuk tidak resign dari perusahaan terakhirku bekerja tiga bulan yang lalu. Sebuah keputusan impulsif yang harus kubuat gara-gara lelaki sialan itu. Oke, anggap saja dia ... lelaki di drakor yang punya istri dokter lalu selingkuh dengan wanita yang lebih muda dan lebih cantik, siapa namanya?

            Oh! Lee Tae-oh!

            Ya sebut saja lelaki sialan itu Tae-oh. Semua ini gara-gara dia. Sebelum jadi pengangguran seperti sekarang, aku bekerja di perusahaan IT konsultan ternama yang sudah punya jam terbang tinggi. Gajiku sudah sangat-sangat lumayan meski hanya sebagai ERP  implementor. Walaupun aku harus berpindah-pindah lokasi kerja sesuai dengan kantor klien, tapi setidaknya aku punya pijakan. Tidak seperti sekarang yang hanya mengandalkan honor dari pekerjaan part-time dua kali dalam seminggu sebagai trainer pembuatan website di salah satu perusahaan.

            Hampir setahun aku berpacaran dengan lelaki itu. Dia bekerja sebagai auditor di perusahaan yang kantornya berada di gedung yang sama dengan kantorku. Aku memang tidak sering berada di kantor karena harus mengunjungi kantor klien/user. Tetapi, aku memergoki Tae-oh suka memerhatikanku tiap kali kami berpapasan di pintu lift atau di lobi gedung. Akhirnya kami berkenalan, pacaran dan sudah terjadi begitu aja.

Aku punya masalah trust issue di dalam diriku tiap kali berhubungan dengan seseorang. Tidak tahu kenapa aku selalu berpikiran negatif jika pacarku menunjukkan sedikit saja gelagat yang mencurigakan. Aku akan berasumsi bahwa pacarku telah selingkuh di belakangku. Aku tahu itu tidak sehat. Maksudku, kita tidak bisa terus-terusan memelihara pikiran negatif sebelum mengetahui fakta yang sebenarnya. Saat umurku menginjak 30 tahun, aku berusaha menepis itu dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak impulsif dan mengedepankan emosi. Percayalah, aku melakukan itu bukan demi kelanggengan hubunganku bersama seorang pria, tetapi untuk diriku sendiri. Karena aku sadar, bila aku terus seperti ini, aku tidak bisa memiliki pasangan hidup.

Aku berusaha sebaik yang kubisa saat aku menjalani hubungan dengan lelaki sialan itu. Hubungan kami baik-baik saja di sepuluh bulan pertama. Namun, di bulan ke sebelas, dia mulai menunjukkan sikap yang tak biasa. Dia sembunyi-sembunyi saat menerima panggilan telepon, memberikan tatapan canggung padaku ketika dia sedang membalas pesan di ponselnya dan masih banyak yang lainnya yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Dia selalu menjawab dari klien tiap kali kutanya dari siapa. Aku memercayainya—ya setidaknya aku berusaha untuk itu.  sampai akhirnya kecurigaanku bertambah saat kusadari dia tidak pernah mau tiap kali kuajak makan siang bareng di kantin gedung kantor saat aku sedang tidak ada kunjungan ke kantor klien. Dia bilang ingin menjaga privacy. Oke, aku ikuti kemauannya, karena aku pun tidak begitu suka mengumbar kehidupan pribadi atau asmaraku ke publik macam selebgram-selegram masa kini.

Love Vs. LogicWhere stories live. Discover now