Chapter 33 - Honesty & Friendship Gone Wrong

12.9K 2.1K 68
                                    

Playlist: The Civil Wars - Poison & Wine

 . . .

I don't have a choice, but I still choose you

Oh, I don't love you, but I always will

. . .

              Aku tidak bertanya waktu mobil Roro yang membawa kami masuk ke area rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tidak bertanya waktu mobil Roro yang membawa kami masuk ke area rumah sakit. Dia memarkir mobil, lalu menelepon Andro untuk mengatakan keberadaan dirinya. Nomor Roro ternyata luput dari blokiran pengkhianat itu. Aku sama sekali tidak merespon atau menanggapi apa yang dilakukan Roro sekarang, karena sibuk menyiapkan hati untuk fakta yang akan kudengar, entah itu dari Andro ataupun Roro, sahabat yang sudah kuanggap adik sendiri.

Tidak sampai lima menit Andro menghampiri kami. Ia mengetuk kaca di pintu kemudi.

"Kita nggak bisa masuk ke dalam soalnya jam besuk udah habis, Na. Dan gue tahu lo butuh melampiaskan emosi yang ada di diri lo," kata Roro sebelum keluar dari mobil.

Roro pindah ke jok belakang. Kini yang ada di sampingku adalah Andro. Aku masih punya pengendalian yang baik—setidaknya untuk sekarang, karena tanganku tidak melayang untuk menampar atau meninju pipinya meski aku sangat ingin melakukan itu. Aku mengenyahkan rasa iba yang muncul ketika melihat ekspresi Andro. Selama aku mengenalnya, baru kali ini dia menunjukkan ekspresi lemah. Perpaduan dari rasa sesal, sakit, dan ling-lung.

"Lo pasti udah tahu alasan gue kemari. Gue akan dengerin tanpa menyela. Silakan jelaskan bagaimana lo bisa bertindak layaknya penjahat berengsek!" suruhku tegas.

Andro langsung memberikan penjelasannya.

"Bokap gue sakit. Diabetes, jantung dan komplikasi lainnya yang nggak bisa gue jelasin apa aja. Ada biaya-biaya yang nggak bisa di-cover BPJS. Nyokap gue kabur ninggalin bokap udah lama, sejak bokap nggak bisa kerja lagi karena kesehatannya. Sedangkan gue punya tiga adik yang masih butuh biaya banyak buat kuliah dan sekolah. Gue tahu dan sadar apa yang gue lakukan itu salah, tapi waktu itu gue kepepet banget. Lo pernah bilang ke gue kalau lo anak pertama, jadi lo pasti bisa ngerti gimana sulitnya ada di posisi gue."

Andro menghela napas. Aku meremas tasku yang ada di pangkuan, lalu menoleh ke arah Andro sambil memasang tatapan penuh benci.

"Lo dirasukin setan mana sampai tega berbuat kayak gini, Ndro," ucapku geram. "Lo punya opsi lain selain nilep duit perusahaan. Kalau lo terlalu malu minjem duit ke Eros, lo bisa ngomong ke gue, biar gue yang bilangin ke Eros untuk bantu. Lo tahu yang paling jahat? Lo nikam Eros dengan kerjasama sama Melissa, mantannya Eros! Otak lo ada di mana sih, Ndro? Lo nggak bisa apa mikirin perasaan orang yang udah bantuin lo? Lo nggak mikirin perasaan gue yang kena limpahan proyek lo karna lo keluar gitu aja tanpa serah terima? Fuck!"

Love Vs. LogicWhere stories live. Discover now