[[43]]

2.1K 240 1
                                    

Gina masih terjaga padahal sudah hampir dini hari. Perasaanya masih tidak menentu ketika Maya belum pulang, meski Gina tahu Maya pasti tak akan pulang, namun hatinya berkata untuk terus terjaga.

Ia menatap Saras yang sedang tertidur di sofa, meringkuk seperti bayi. Gina menaikkan selimut Saras agar putrinya tertidur dengan nyaman.

Saat hendak ke dapur, Gina mendengar pintu depan di gedor-gedor oleh seseorang. Gina buru-buru menghampiri sumber suara, ia mengintip dari balik tirai dan betapa terkejutnya Gina saat melihat Maya pulang dalam keadaan badan penuh luka.

Gina tak bisa berkata apa-apa lagi selain membawa Maya masuk ke dalam rumah. Gina tidak bicara apapun, hanya tangannya yang bekerja membersihkan setiap luka di tubuh Maya.

Air matanya terus turun saat melihat Maya terluka seperti ini, siapa yang sangka ternyata Maya akan pulang dalam keadaan babak belur, entah apa yang ia lalui di sana dan kenapa harus berakhir seperti ini.

"Kamu lihat, May." Sebastian mengeluarkan ponselnya dari saku kemudian menunjukkan sesuatu yang sangat-sangat mengerikan. "Ini bukan omong kosong, Maya. Aku bisa saja melukai Gina, atau ... Saras? Ah itu tergantung keberuntungan mereka. Bagaimana?"

Maya menahan napas sejenak. Pupil matanya membesar ketika melihat betapa kejinya Sebastian melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita yang sudah terkulai lemah itu. "K-kamu-"

"Maya," Sebastian memajukan wajahnya, berbisik pada Maya. "Pilihan ada ditangan kamu; kembali, atau mereka berdua mati."

"Kamu keterlaluan Sebastian!" Bentak Maya. Rasa takutnya begitu kuat sampai hanya butuh waktu tiga detik untuk Maya meralat ucapannya sebelum Sebastian menunjukkan video mengerikan itu. "Baiklah. Aku bakal nurutin semua keinginan kamu, tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu gak bakal gangguin Gina dan Saras."

Sebastian tersenyum. Kali ini dia menang, padahal dia baru menggertak sedikit. Bagaimana jika dia melakukan lebih? Padahal Sebastian ingin bermain-main dulu, namun Maya sudah lebih dulu masuk ke dalam perangkapnya.

"Sekarang turuti perintahku. Suruh Gina datang kemari."

"U-untuk apa?"

"Aku harus memberitahunya kalau kamu adalah milikku."

Maya segera mengeluarkan ponselnya kemudian mengirim beberapa pesan kepada Gina. Maya menghela napas samar, dia harus melakukan ini jika ingin membalas dendam pada Sebastian.

Tidak butuh waktu lama, Gina sudah datang dan mengamuk. Ia memukuli wajah Sebastian, Sebastian juga melakukan hal yang sama. Maya memejamkan mata sejenak, ia menghentikan Gina dan menamparnya kuat-kuat lalu mengusirnya. Terlihat kekecewaan yang sangat mendalam di sepasang mata itu. Ia mengabaikannya dan memilih berpura-pura peduli pada Sebastian meskipun di dalam hatinya, dia sangat mencemaskan Gina. Dia takut terjadi sesuatu pada Gina.

Sebastian pun mengajak Maya untuk pulang ke rumahnya, Sebastian tidak henti-hentinya bersenandung. Ia membuka pintu rumah megahnya dan menyuruh Maya masuk. "Ini rumahmu yang sebenarnya, Maya," ucap Sebastian. Berbisik ditelinga Maya

Maya tersenyum palsu. Ia memperhatikan rumah ini, rumah yang lebih mirip seperti istana kerajaan di Eropa ini terlihat sepi dan dingin, berbeda dengan rumah yang ia tempati bersama Gina dan anaknya. Rumahnya memang tak sebesar rumah ini, namun di dalamnya terdapat kehangatan yang tidak mungkin ada di sini.

Sebastian membuka sebuah ruangan yang tertutup dengan pintu kayu, di dalam sana terdapat tempat tidur yang besar dengan ranjang yang luas. Banyak ornamen yang menghiasi kamar ini. Di dinding kamar terdapat sebuah bingkai foto. Ada seorang wanita yang duduk di kursi roda, seorang gadis, dan seorang laki-laki. Maya mengernyit samar, gadis yang ada difoto itu adalah Aleana, sedangkan dua orang dewasa disampingnya siapa? Orang tuanya? Lalu Sebastian?

INEFFABLE (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang