Ekstra Part

2.5K 197 13
                                    

"Enggak bisa tidur?"

Aleana yang tengah berbaring di samping Saras pun mengangguk. Saras menguap lebar, lantas ia menarik Aleana ke dalam pelukannya, menaruh tubuh wanita itu dalam dekapnya yang hangat. Wajah Aleana tepat berada di depan dada Saras, suara detak jantungnya yang berirama menggantikan debur ombak di luar.

Suara itu menenangkan Aleana hingga ia dapat kembali terlelap dengan nyenyak hingga esok pagi.

"Pagi istriiiii." Saras memeluk Aleana dari belakang saat wanita itu sibuk membuat sarapan untuk mereka berdua. Ia menaruh bibirnya diantara leher Aleana, menghirupnya dalam-dalam seakan ia tengah kehausan ditengah gurun pasir—oke itu berlebihan.

"Istri-istri, dinikahin aja belom," ucapnya sembari menepis lengan Saras agar menjauh dari tubuhnya. "Mandi sana. Udah aku siapin semua keperluan kamu buat hari ini."

Aleana mematikan kompor, lantas menuangkan sayur yang tadi ia buat ke dalam mangkuk. Namun, ia mendengus kesal karena ruang geraknya terbatas saat seonggok daging itu tengah menempel di belakangnya. "Saras..."

"Ehm, hm?" ujarnya dengan mulut yang tak jelas mengucapkan apa sebab dia sibuk mengecup dan menghirup harum leher Aleana.

"Lepasin dong. Aku susah nih nuang makanannya."

"Oh udah selesai?" Saras kemudian menarik tubuh Aleana agar berbalik menghadapnya. Untung saja panci berisi masakannya itu tak tumpah dan mengenai mereka berdua.

"Saras!"

"Kenapa sih sayang? Kamu hobi banget marah-marah," ucapnya dengan bibir yang tiba-tiba mengerucut. Oh ayolah, sekarang mereka bukan ABG lagi. Saras sudah dewasa, tapi cara merajuknya masih seperti anak SMA saja. 

"Oke. Sebenarnya kamu mau apa?"

"Mau ini."

Aleana melotot kaget saat Saras tiba-tiba meremas kedua payudaranya. Mereka memang sudah sering melakukan itu , namun entahlah bagi Aleana tindakan tadi tetap saja membuatnya kaget dan hendak melayangkan sebuah sendok ke kepala Saras kalau saja wanita itu tak langsung kabur ke kamar mandi.

Siang harinya, Aleana pergi berbelanja untuk mengisi kulkas mereka. Ia belanja sendiri karena Saras memang harus bekerja ikut dengan Maminya.

"Tomat itu buah atau sayuran, ya? Kalau Buah, kenapa ada dijajaran sayuran?" Aleana masih membolak-balik tomat itu untuk melihat kondisinya. "Ambil tiga deh."

Lantas lanjut belanja lagi, kali ini pergi ke jajaran buah-buahan. Ada anggur, melon, dan jeruk. Aleana mengambil semua buah-buah itu karena keduanya suka sekali makan buah. Apalagi Saras, Saras mewajibkan buah di atas meja makan mereka. Jika tak ada buah, maka dia tak mau makan. Childish.

Tibalah saat ia harus membayar belanjaan miliknya, dan dompetnya ketinggalan. Entah ketinggalan atau hilang. Aleana mulai panik, terlebih lagi di dalam ponselnya tak ada e-wallet sang bisa ia gunakan untuk membayar. Antrian di belakang pun semakin mengular tatkala seluruh belanjaan Aleana sudah selesai di scan oleh kasir.

"Totalnya jadi 1.450.800 Rupiah. Pembayarannya mau cash atau pakai debit card?"

"Mbak— maaf, kayanya dompet saya ketinggalan. Kalau belanjaan saya dibatalin aja bisa enggak?"

Kasir itu mulai memasang wajah judes. "Kalau dibatalin, nanti malah saya yang nombok, Kak. Tolong dong kerja samanya kalau memang dari awal Kakaknya gak punya uang buat belanja."

"Loh, saya kan cuman bilang kalau dompet saya ketinggalan. Kalau emang gak mampu ya ngapain saya repot-repot belanja ke sini." Aleana mulai ikutan ngegas. "Kalau pun gak bisa ya tinggal bilang enggak! Apa susahnya, sih?"

INEFFABLE (Selesai)Where stories live. Discover now