[[2]]

9.6K 780 20
                                    

Saras membuka mata saat ia merasa matahari sudah berdiri di atas kepalanya dan memaksa Saras untuk bangun. Saras menyingkap selimut Mickey mouse kesayangannya lantas berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka, dan sikat gigi. Setelah itu ia segera memakai seragam dan tak lupa berias di depan cermin. Saat ia merasa semuanya sudah cukup, Saras melenggang cantik turun ke lantai bawah. Namun baru beberapa langkah keluar, saat ia melewati kamar orangtuanya yang sedikit terbuka, Saras pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam. Tapi obrolan yang ia dengar sungguh membuat telinganya sakit.

"Kamu nggak ada niat buat anak lagi, sayang?" tanya maminya sambil memasang blazzer hitam di badannya.

"Jangan gila, gin. Semalam kan udah..."

Gina nyengir tidak berdosa. Lalu ia memeluk Maya dari belakang kala Maya sedang sibuk membereskan tempat tidur mereka. "Maksud aku bukan yang itu, sayang."

"Trus apa?" tanya Maya sembari berbalik menghadap Gina yang lebih tinggi darinya. Ia membetulkan kerah kemeja milik Gina yang sedikit berantakan tersebut. Padahal sudah digosok, dan disimpan di gantungan. Akan tetapi pakaian Gina masih saja seringkali kusut. Sepertinya tenaga bi Sumi dalam hal gosok-menggosok sudah tidak prima lagi.

"Ya, kita buat program hamil lagi, sayang. Ngasih Adek buat Saras."

"Kenapa tiba-tiba ngomong kaya gitu?"

"Karena Saras udah gede, sayang. Dan udah waktunya dia buat punya Adek."

"Aku nggak yakin Saras bakalan setuju, Gin."

"Iya sih, secara bocah itu manjanya ampun-ampunan ke kamu."

"Kaya sendirinya nggak aja..."

"Ya, kan kalo aku istrimu, jadi bebas."

"Tapi aku juga mamanya Saras." Bibir istrinya mengerucut waktu mendengar pembelaan yang dilontarkan Maya untuk bayi besar itu.

"Tapi aku serius soal program hamil, sayang."

"Iya-iya, nanti diomongin lagi. Sekarang waktunya sarapan yuk."

Mendengar Mami dan Mamanya hendak keluar, Saras pun buru-buru pergi meninggalkan kamar tersebut. Kakinya ia hentakan dengan kesal. Bibirnya merenggut gak suka. Kemarin habis ena-ena sampai membuat Saras harus melewatkan makan malam, dan sekarang mereka membicarakan soal adik untuk Saras. Hih, ampun deh ya itu orang tua! Jangan sampai ia berhasil mempengaruhi mamanya untuk punya dedek baru lagi karena sampai kapan pun Saras tidak akan pernah setuju dengan keputusan mereka berdua.

"Selamat pagi, sayang," sapa mamanya sambil mencium kening Saras dengan lembut. Saras hanya berdehem sekilas, lalu bibirnya bergerak untuk mencium pipi orangtuanya. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga ini jika sebelum sarapan pagi maka mereka akan mencium pipi terlebih dahulu sebagai bentuk kasih sayang antar sesama keluarga.

"Kusut banget itu muka. Kenapa? Kamu kalau main pabji?"

"Nggak," balasnya jutek. Ia masih kesal dengan tawaran maminya pada mamanya tadi.

"Anak kecil pagi-pagi udah judes aja lu, kaya orang yang baru putus cinta. Eh apa jangan-jangan kamu beneran habis putus cinta? Waduh-waduh, siapa gerangan orang yang bernasib buruk tersebut karena udah berpisah dari anak kecil yang berasal dari kayangan ini."

Saras diam. Tidak menanggapi. Dia meraih gelas susunya lalu meminum susu itu hingga tandas tidak menyisakan setetes pun. Beralih pada nasi goreng, Saras makan seperti orang kesetanan. Maya bahkan sampai menegur Saras untuk makan pelan-pelan. Akan tetapi Saras malah mengabaikan teguran mamanya. Sadar ada sesuatu yang tidak beres, Gina pun memilih untuk mengunci rapat-rapat mulutnya. Dalam kondisi seperti ini, biasanya Saras akan menjadi sangat garang. Istilahnya, senggol bacok. Gina bergidik. Diam adalah emas. Dan emas bisa bikin kaya, jadi... Apasih?

INEFFABLE (Selesai)Where stories live. Discover now