07. Feeling Worried

816 104 1
                                    

"Andai esok tiada, hari ini aku ingin melakukan segalanya"

🐼🐨

Langit sore kali ini berhasil membuat makhluk bumi merasa was-was, pasalnya udara yang menembus permukaan kulit dan membelai surai yang tergerai tampak akan meleburkan awan hitam di atas sana, untuk menghadirkan rintik-rintik menjadi titik besar, yang membasahi bumi pertiwi.

Jihoon belum berniat untuk memutar kunci motornya, menyalakan lalu menyatu dengan penghuni jalan lainnya.

Sedari tadi ia hanya duduk, sembari bermain ponsel. Tak ada yang berhasil mengusir rasa tidak nyaman yang hinggap sejak pagi tadi, meskipun ponselnya sudah menampilkan video lucu, atau mempertunjukan music video yang disukai kebanyakan, tetap saja Jihoon merasa gelisah.

Hanya tinggal beberapa sepeda motor yang berada di parkiran, Jihoon menimang-nimang apakah ia harus langsung pulang atau tetap diam menunggu, hingga panggilan masuk dari ponselnya memecah diskusi dalam dirinya.

"Halo yah?" sambut Jihoon langsung, membuat ayah mengatakan tumben dalam hati.

"Jangan lupa pulangnya bareng Ajun ya."

"Iya yah."

Ayah di seberang sana sudah dipastikan mengernyit heran, lalu tertawa menggoda. Sebelum Ayah bertanya atau menyuruhnya untuk hal lain lagi, Jihoon lantas langsung memutus sambungan. Baiklah, Jihoon sudah mendapat jawab atas ragunya.

Sejujurnya, ketika Ayah menghubunginya tadi, Jihoon sudah yakin bahwa itu pasti tentang Junkyu.

Tak lama setelah Jihoon berbicara dengan ayah, dari jauh Jihoon menangkap kedatangan Junkyu dan Yoshi, terbesit rasa tidak suka, dan juga amarah, bukankah ia sudah memperingati Junkyu untuk tidak dekat dengan Yoshi.

"Jiun, lo nungguin Ajun ya?" tanya Yoshi begitu jarak mereka sudah dekat, sementara Junkyu hanya diam, masih meresapi rasa kecewa. Dan kembali lagi mengingatkan untuk tidak berharap apa-apa.

"Iya," balasnya singkat. Membuat Junkyu menatap Jihoon  dengan tatapan berbinar, persis seperti seorang anak yang diberi gulali. Junkyu tersenyum lebar, kemudian memangkas jarak, yang tadinya bersisian dengan Yoshi, kini bersisian dengan Jihoon.

"Lo pasti nunggu lama ya?" Junkyu mencoba membuka obrolan dengannya, mengabaikan Yoshi yang tiba-tiba mendapat panggilan di ponsel entah dari siapa.

"Banget."

"Sorry ya, gue pikir lo udah pulang duluan tadi."

Jihoon tak membalas lagi, ia langsung memutar kunci, menyalakan mesin.

"Buru naik, udah mau hujan."

"I-iya," balas Junkyu, kemudian melirik ke arah Yoshi yang masih sibuk berbincang dengan ponselnya, niatnya ingin pamit untuk pulang lebih dulu menjadi gagal, karna Jihoon sudah menyalakan mesin motornya.

Baru saja mereka keluar dari gerbang, rintik sudah perlahan menggapai tanah, semakin lama rintik itu berubah menjadi hujan yang mengguyur para pengguna jalan termasuk Jihoon dan Junkyu.

"Jiun, kita neduh dulu yuk," ajak Junkyu. Pusing yang tadinya sudah reda, muncul kembali dengan kadar dua kali lipat. Ditambah hujan yang menghujam kepalanya.

Don't Give Me Hope |JiKyu-JihoonJunkyu|Where stories live. Discover now