3. Kehadirannya

795 105 84
                                    

"Nad ... Nad ... kamu kenapa?" Salwa mencoba menyadarkan Nadia yang sedang gelisah.

"Sal, tadi aku lihat seperti ada yang ditarik ke dalem toilet" sambil menunjuk ke arah toilet.

"Mana sih ... gak ada apa-apa kok, Nad."

"Seriusan tadi aku denger juga suaranya, kamu gak denger, Sal?"

"Nggak ada ... aku gak denger apa-apa kok dari tadi, sepertinya kamu kecapean deh, Nad."

Nadiapun berpikir apa yang sedang terjadi pada dirinya, seharian ia mengalami banyak kejadian aneh.

"Sepertinya aku memang harus segera pulang dan istirahat."

Salwa dan Nadiapun menuju gerbang sekolah.

"Eh, Nad ... tadi kata Bu Jihan, sebelum pulang kita mampir dulu ke ruang guru."

"Hah? Ada apa lagi sih?" Nadia semakin gelisah.

"Mungkin karena tadi kamu gak konsen belajar kali ya, tapi gak tau juga sih."

"Jangan-jangan mau dimarahi lagi, Ya Allah ... aku udah capek banget."

"Ya semoga aja gak dimarahi, Nad."

Semua guru sudah pulang terkecuali Bu Jihan yang sedang menunggu kedatangan Salwa dan Nadia.

Sesampainya mereka di depan ruang bu Jihan, Salwa menyuruh Nadia masuk sendirian.

"Aku tunggu di luar aja, Nad."

"Loh ... t-tapi ... Sal?" menggenggam tangan Salwa.

"Udah masuk aja Nad," menarik tangan Nadia dan membukakan pintu.

Salwapun menutup pintu dan Nadia dibiarkannya masuk sendirian.

"Assalamu'alaikum Bu ... Ini Nadia, Bu."

Nadia tidak menemukan siapapun di dalam ruangan hingga ia duduk di kursi depan mejanya Bu Jihan.

Tiba-tiba ...

"Wa'alaikumsalam ... baru sampai kamu?"

Bu Jihan tiba-tiba muncul dari ruang kecil tempat penyimpanan berkas dan membuat Nadia kaget.

"Astagfirullah," ucapnya pelan sambil mengelus dada. "Iya Bu, kata Salwa, Ibu manggil saya ya?"

"Benar ... tapi saya belum suruh kamu duduk." mulai kesal sambil melipat tangannya.

"Eh ... maaf Bu," berdiri sambil ketakutan.

"Kamu ini ya, sudah berapa hari sekolah di sini, tapi malah makin gak bagus attitudemu!"

Plak!

Bu Jihan memukul meja.

"Allahuakbar," kaget Nadia.

"Malah diem, sekarang kamu saya setrap," mengambil rotan.

Bu Jihan duduk di kursinya dan menghukum Nadia, sedangkan Nadia hanya bisa beristighfar.

"Sekarang, angkat sebelah kakimu, dan jewer kedua telingamu!" perintahnya sambil menunjuk Nadia menggunakan rotan.

"I-iya Bu," jawab Nadia gemetar.

My Crush My Ustadz [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang