LIBURAN

7.5K 312 5
                                    

"Apa yang kalian lakukan dirumah ini berdua ?" Tanya Fahri marah besar sesaat setelah dia berhasil mengusir Niko.

"Aku gak ngapa-ngapain mas, sumpah demi Allah."

"Bagaimana bisa kamu membukakan pintu untuknya ?" Tanya Fahri sambil berjalan ke arah Niken.

"Aku pikir dia kamu mas karena bisa membuka pintu gerbang, kan pintu gerbang selalu kamu kunci dari luar. Trus ada yang ketok pintu, terus ........ " Jawab Niken sambil mundur.

"Aku selalu membawa kunci sendiri. Jangan pura-pura lupa!" Fahri masih berjalan dengan muka beringas ke arah Niken. Dia mulai melepas kancing bajunya.

"Mas aku bener-bener gak tau kalau itu Niko mas, aku ........ " Niken sudah tidak bisa bergerak lagi. Belakangnya sudah tembok yang mengunci langkahnya.

Fahri menciumi bibir Niken dengan kasar. Entah kenapa melihat Niken ketakutan seperti itu dia menjadi lebih bernafsu padanya.

"Kau tau kan aku paling tidak suka ada pria lain berdekatan denganmu selain aku ?" Tanya Fahri sambil melepas ciumannya pada Niken sekaligus memberikan kesempatan Niken untuk mengambil nafas.

"Tapi ...... " Fahri tidak memberikan kesempatan pada Niken untuk menjawabnya. Dia kembali menciumi bibir Niken dengan kasar.

Tanpa melepaskan ciumannya Fahri menggendong Niken ke ranjang. Dia langsung menindih Niken dan melepas baju Niken dengan paksa hingga beberapa bagian robek karena ketidaksabaran Fahri melepas pakaian Niken. Dia meremas kedua payudara Niken begitu kedua payudara itu menyembul tanpa sehela benangpun. Bibirnya mengulum puting sebelah kanan Niken sementara tangan satunya memasuki area bawah Niken yang membuatnya mendesah.

Fahri tersenyum mendengar desahan Niken. Dia lalu berlanjut turun kebawah dan memberikan sensasi menggeliat dengan lidah nya yang membuat Niken merasa panas saat cairan bening itu melesat keluar dari area bawahnya. Menyadari Niken telah mencapai puncaknya Fahri segera memasukkan miliknya kedalam kewanitaan Niken dengan kasar  hingga membuat Niken mencengkeram erat spreinya.

"Jangan pernah berbicara pada lelaki lain sekalipun itu Niko. Atau kamu akan menerima akibatnya." Ancam Fahri sambil menindih tubuh Niken.

"Niko tau nomer ponselmu ?" Tanya Fahri.

Niken mengangguk sambil menggenggam erat lengan Fahri yang membuatnya kelimpungan karena permainan Fahri.

"Besok kita beli ponsel dan nomor baru, hanya ada nomorku saja yang boleh kamu simpan ! Paham !" Kata Fahri sambil memompa Niken dengan kasar hingga membuat Niken merasakan sensasi perih  di area bawahnya.

####

Fahri menampar Niken dengan cukup keras di depan Niko hingga membuat Niken menangis akibat perih di pipinya.

"Bang Fahri !" Niko berdiri sambil memegang tangan Fahri.

"Sedang apa Niko disini ? Apa kamu tidak ingat dengan kata-kataku !" Bentak Fahri pada Niken.

"Bang gue yang salah, bukan Niken. Jangan salahin Niken. Gue ..... "

"Aku tanya sama Niken. Bukan sama kamu!" Bentak Fahri pada Niko.

"Iya, tapi gue yang salah. Gue yang lompat pager dan ....... "

"Pergi !" Usir Fahri.

Niko menatap Niken yang masih berdiri mematung di depan Fahri. Niken menangis sambil memegang pipinya.

"Kalau lu begini terus sama Niken, biar Niken sama gue. Lepasin Niken. Gue gak rela lu perlakuin Niken sekejam ini. Niken ayo ikut gue." Tarik Niko.

"Niken kamu masih istriku. Berani kamu sama aku ?" Bentak Fahri.

"Maaf mas, aku sudah tidak tahan lagi dengan segala perlakuan buruk dan kasarmu. Aku mau ikut sama Niko." Kata Niken.

"Niken jangan seperti ini, aku begini karena aku mencintaimu, Niken !"

Fahri terbangun dari tidurnya. Dia bermimpi buruk tentang Niken. Keringat keluar membasahi dahinya.  Dia melihat kesamping tempat tidurnya, tak ada Niken disampingnya. Dilihatnya jam menunjukkan pukul 07.15 jam segini biasanya dia mandi atau tidak sedang memasak sarapan di dapur.

"Jangan-jangan !" Fahri langsung beranjak dari tempat tidurnya.

Dia memasuki kamar mandi, namun hasilnya kosong. Niken tak ada di kamar mandi. Dia langsung keluar kamar dan menuju dapur, Niken tak ada juga di sana, Fahri lalu melanjutkan keruang keluarga, Niken juga tak ada disana. Fahri menyusuri seluruh rumahnya keringat mulai keluar dari wajahnya, dia takut jika Niken benar-benar pergi dari rumah ini. Pintu utama terbuka lebar, Fahri langsung berlari ke halaman rumahnya.

"Niken ! Niken !" Fahri memanggil nama Niken. Namun dia tak ada juga di halaman rumahnya. Dia kemudian berlari ke halaman samping.

"Niken !" Fahri menemukan Niken di halaman samping rumahnya.

"Mas ?" Niken berdiri terkejut melihat Fahri berdiri di depannya.

"Ngapain kamu disini ?" Tanya Fahri berusaha sedikit tenang.

"Aku hanya menanam pohon disini. Apakah aku juga tidak boleh melakukannya ?" Tanya Niken.

"Aku bosen di dalam rumah terus. Aku hanya ingin mencari kesibukan. Aku tidak akan kabur dari sini. Aku juga tidak keluar rumah tanpa ijinmu. Maaf jika kamu tidak menyukainya. Tapi tolong jangan pukul aku lagi." Kata Niken memelas.

Hati Fahri teriris mendengar permohonan Niken. Benarkah perlakuan dia sudah seburuk itu pada Niken ? Dia bahkan membuat Niken ketakutan pada dirinya.

"Lanjutkanlah. Setelah itu mandi dan berkemaslah." Kata Fahri.

"Berkemas untuk apa ?" Tanya Niken.

"Jangan banyak bertanya. Lakukan apa yang aku perintah." Kata Fahri sambil kembali masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya Fahri mencintai Niken. Dia bukannya membenci Niken, hanya Fahri tidak mau menunjukkannya pada Niken. Dia tidak mau jika sifat lembutnya akan membuat Niken menjadi seperti Shinta. Dia tidak ingin kehilangan Niken sprt kehilangan Shinta. 

Setelah selesai bertanam Shinta langsung masuk kerumah dan mandi. Dia memasukkan beberapa pakaian kedalam tas sesuai perintah dari Fahri.

"Udah ?" Tanya Fahri.

"Iya mas. Udah. Tapi aku belum bikin sarapan. Aku ..... "

"Nanti sarapan di luar. Ayo pergi."

Niken mengikuti Fahri dari belakang. Dia duduk di samping Fahri dan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Niken. Dia tidak berani banyak bertanya karena takut Fahri akan marah. Perut Niken berbunyi karena dia lapar. Dia tidak masak karena belanjaan habis dan Fahri belum mengantarkannya belanja di pasar. Menahan lapar sampai akhirnya Niken sendiri tidur di mobil.

Fahri tersenyum melihat istrinya tertidur dengan nyenyak di kursi sebelahnya. Hari inu Fahri berencana mengajak Niken jalan - jalan ke Jogja. Mendengar kejenuhan dari bibir Niken membuat Fahri ingin menghiburnya. Fahri mengelus pipi Niken, dia ingin mencium bibir mungil Niken, tapi Niken terburu bangun.

"Mas ? Sudah sampai ?" Tanya Niken.

"Sudah. Kita letakkan barang dulu baru setelahnya kita makan."

Niken mengikuti langkah Fahri memasuki hotel yang sudah dia pesan sebelumnya lewat reddorz.

"Mas, kita di jogja ?" Tanya Niken.

"Iya." Jawab Fahri singkat.

"Kamu ngajak aku piknik ya mas ?" Tanya Niken berbunga-bunga.

"Gak usah GR!" Jawab Fahri dingin.

"Mas .... " Niken memegang tangan Fahri. "Makasih ya mas."

Fahri tak menjawabnya. Hanya melirik sebentar ke arah tangannya yang dipegang oleh Niken setelah itu melepasnya dengan kasar dan meninggalkan Niken ke kamar mandi.

istri terbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang