PERCUMBUAN

4.1K 135 1
                                    

Hari ini toko tutup. Fahri dan keluarga sibuk boyongan di rumah baru mereka. Barang-barang yang sebelumnya ada di ruko mereka pindahkan ke rumah baru. Untuk tempat tidur Fahri lebih memilih membeli yang baru. Rumah berisi tiga tempat tidur itu diberikan Fahri 3 temlat tidur sekaligus, satu untuk kamar Dea, satu kamar ibu, dan satu lagi untuk kamar utama. Meskipun belum semuanya terisi tapi setidaknya rumah itu sudah tidak kosong lagi seperti saat pertama Fahri membelinya.

"Kok kamu kesini? Tanya ibuk Niken di kamar.

"Tidur kan buk ?"

"Kamu mau tidur sama ibuk dan Dea lagi ?"

"Biasanya gitu kan buk ?"

"Mama, kenapa mama gak pernah tidur sama papa ? Kasian ma papa tidur sendirian terus." Kata Dea.

"Tuh, Dea aja kasihan lho sama papanya."

"Tapi buk ..... "

"Sudah lama sejak kalian menikah kembali kamu belum melaksanakan kewajiban kamu sebagai seorang istri pada Fahri Ken, jika di awal dulu ibuk ngerti, tapi kan keadaan sudah berubah. Mulailah hidup barumu, tinggal di rumah baru dan menjalani kehidupan yang baru lagi."

"Trus Niken harus gimana nanti buk sama mas Fahri ?"

"Ya tinggal ketok pintu trus bilang mau tidur bareng kok susah."

"Ih ... Mama malu ya ? Apa biar Dea aja yang panggilin papa ?"

"Eh jangan. Ga usah sayang. Mama bisa. Ini udah malam. Dea tidur ya, besok kan Dea sekolah."

"Yaudah mama keluar dulu. Sempit tau ma kasurnya. Dea mau bobok sama mbah."

"Dasar kamu ya." Yaudah mama keluar dulu. Sini cium mama. Jangan lupa berdoa dulu sebelum tidur ya." Setelah mencium Dea, Niken beranjak pergi.

Niken mondar mandir di depan pintu kamar Fahri. Ini bukan kali pertama, tapi entah kenapa Niken merasa sungguh canggung jika tiba-tiba meminta pada Fahri untuk tidir sekamar dengan dirinya. Setelah menemukan ide untuk membuatkan teh untuk Fahri Niken masih ragu untuk masuk ke kamar Fahri.

Tok tok tok. ...
Perlahan Niken memberanikan diri untuk mengetok pintu kamar Fahri. Tak ada jawaban. Niken ragu untuk kembali mengetok pintu, mungkin mas Fahri sudah tidur, jadi Niken urung untuk mengetok pintu lagi.

Klek ... Suara gagang pintu terbuka. Fahri keluar kamar saat Niken hendak berbalik arah meninggalkan kamar Fahri.

"Ken, ada apa ?" Tanya Fahri.

"Oh mmm ini mas, aku bikinin teh buat mas Fahri." Jawab Niken sedikit gugup.

"Terima kasih. Kamu belum tidur ?" Tanya Fahri sambil meraih secangkir kopi dari tangan Niken.

"Belum mas, aku ...... Mmmmmm .... "

"Papa ! Mama mau bobok bareng sama papa. Soalnya kamar Dea udah sempit buat bobok sama mbah." Teriak Dea dari luar kamarnya.

"Dea !" Niken menatap Dea dengan tatapan sedikit marah.

"Papa, Dea mau punya adik bayi kaya Mita. Kata mbah Dea harus minta papa kalau mau punya adek. Beliin Dea adek bayi pa ?" Teriak Dea lagi sambil ketawa ditemani ibu Niken.

"Dea udah malam. Tidur sana !" Bentak Niken.

Fahri memandang Niken sambil tersenyum. Sedangkan Niken memalingkan wajahnya menghindari tatapan wajah Fahri.

"Dea udah malam. Ayo tidur besok kan Dea sekolah." Kata Fahri.

"Siap papa. Tapi jangan lupa beliin Dea adek bayi ya pa." Teriak Dea lagi yang membuat ibu Niken semakin terkekeh.

istri terbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang