Debaran ini, aku tahu itu apa sekarang!

692 77 12
                                    





¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.










































































Titik terlelah mencintai itu adalah ketika seseorang memohon kepada Tuhan, namun bukan lagi tentang ingin memiliki, melainkan agar Tuhan melapangkan hatinya untuk mengikhlaskan.

Tapi sejujurnya aku hanya sedang berlindung di kalimat itu. Nyatanya semua itu adalah kebohongan, nyatanya ikhlas ku membuat aku tersiksa dalam kerinduan.

Katanya pertahanan jika memang dia layak untuk di pertahankan.

Dia layak untuk itu, tapi masalahnya bukan aku orangnya, bukan aku yang di inginkan nya.

Lalu aku harus apa?Sedangkan sampai sekarang namanya saja masih ku langit kan.

Sering kali aku bilang "Tuhan aku lelah dengan perasaan ini, bolehkah aku egois memintanya?"

Sampai sekarang aku masih memintanya, sampai kadang aku terpaksa bilang ke hati ku sendiri "Sabar ya pasti akan ku hapus perasaan ini..." Tapi bodohnya aku malah masih berharap dan menunggunya, entah sampai kapan pun, bahkan saat aku sadar sekali pun jika menunggu ini menyakitkan perasan itu masih bertahan dengan gagahnya, tak bisa ku hancur kan, sekali pun kamu menyakitinya tanpa ampun perasa itu masih untuk tanpa mengurangi rasanya kepadamu, malah semakin aku terluka semakin aku sadar bahwa aku begitu mencintaimu, sampai aku lupa bagaimana caranya mencintai diriku sendiri.

Di sini lah aku berada,di atas balkon menikmati rintik hujan. Memeluk paksa tubuh ku yang sedang terluka di bagian terdalam di rongga dada ku.Sampai akhirnya lamunanku di kejutkan oleh keberadaan sebuah tangga yang mengarah ke balkon tempat ku berdiri saat ini.

"Hai,padahal ga ada pelangi lho ko ada bidadari di sini?Ucap lelaki yang berhasil menaiki anak tangga menuju balkon kamar ku, Vino, iya siapa lagi. Kadang aku berpikir apa dia jawaban dari doa-doaku? Kenapa aku berpikir gitu, karena ketika aku terluka dan terpuruk oleh rasa cinta yang tak searah, lelaki tengil dengan eye smile nya ini selalu berhasil menenangkan ku.

"Ngapain si Vin, udah kaya maling aja"

"Masa si Shan? Tapi kenapa ya aku ga pernah berhasil mencuri hati kamu" katanya, sebuah kata-kata yang sangat menampar. Aku teringat kejadian kala itu, sunggu demi Tuhan, aku menyesali kejadian itu aku tidak menyalahkan Vino, karena saat itu aku juga yang mengizinkan nya.

"Shan ga ada niatan nyuru aku masuk nih? Katanya, aku tersenyum menanggapi ucapannya lalu membantu masuk mempersilakan naik ke balkon.

Hujan sudah mereda, cukup lama aku dan Vino menunggu hujan reda.

Aku mengantarkan Vino ke halaman rumah, hujan sudah reda dan malam pun semakin gelap.  

"Aku pulang dulu ya Shan, kamu hati-hati di rumah!

Goresan Luka [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora