35. Diary?

3.5K 183 29
                                    

Assalamualaikum!! Apa kabar kalian?

Mohon dimaklumi yah akan kengaretan author ini, hehe.

Tapi kabar baiknya, kali ini author update sampai 3000 kata lebih lohhh, ini pun tanpa disertai monolog author.

Dan peringatan nihh! Saat membaca part kali ini mohon jangan di skip-skip ya. Soalnya di part ini akan menjawab sedikit konflik yang belum ter bahas tuntas. Dan semoga saja bisa menjawab sedikit kebingungan kalian.

Seperti biasa. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, dengan cara Vote dan Komen. Boleh share juga.

Di tunggu Follow nya juga. Hehe.

TYPONYA JANGAN LUPA DI TANDAI YAH!!

__________________________________

Dua bulan setelah kepulangan Shanum dari rumah sakit, tidak ada sedikitpun kejelasan antara hubungan Shanum dan Fattan. Selama itu pula tidak ada interaksi apapun diantara mereka. Jangankan untuk bertemu, sekedar menanyakan kabar menggunakan saluran telpon saja tidak. Keduanya seakan-akan menjadi asing dengan status yang tidak jelas. Lebih tepatnya Fattanlah yang menggantung hubungan mereka.

"Mau hujan ini teh!"

Mendengar seruan dari salah satu temannya Shanum mendongakkan kepalanya menatap langit yang tadinya cerah kini mulai mendung.

"Hayu atuh, pulang."

"Ishh, mana keburu atuh Tini!"

Sekarang Shanum sedang berada di salah satu sawah milik Neneknya, dengan ditemani si kembar Tina dan Tini yang merupakan teman kecil Shanum dulu saat tinggal di Bandung.

"Kita berteduh aja dulu, di sana," usul Shanum menunjuk sebuah saung yang biasa digunakan para petani untuk mengistirahatkan diri, atau sekedar mengisi perut.

"Emangnya nggak papa?" Shanum menggeleng mendengar nada kekhawatiran dari Tina.

"Ayo!" Dia langsung menarik lengan Tina dan Tini menuju saung itu, karena gemercik air hujan mulai bertaburan membasahi pakaian mereka.

Shanum bernafas lega setelah berada di dalam saung meski air hujan berhasil menyentuh kulitnya.

"Ya Allah, Shanum. Baju kamu basah!" Tina memberitahu sedikit heboh, padahal baju yang dia kenakan sama basahnya.

"Iya basah. Ini nggak papa? Kamu kan abis operasi," ujar Tini yang juga tidak kalah heboh dari kembarannya. Justru hal itu malah mengundang kekehan kecil dari Shanum.

"Kok ketawa sih?" tanya Tini dengan polos. Dan kembarannya ikut menyahuti, "Iya."

"Yang kenapa-kenapa kan aku, bukan kalian," jawaban itu sebenarnya hanya sepontan terlontar dari mulut Shanum, tapi justru ditanggapi dengan tatapan horor oleh si kembar.

"Ish Shanum ... Jangan ngomong sembarangan," peringkat Tina Seraya menggeplak pelan bahu Shanum.

Langit semakin menggelap dihiasi dengan petir yang terus menggelegar. Sudah hampir satu jam hujan lebat mengguyur bumi ini, tapi belum ada tanda-tanda untuk berhenti. Shanum melirik Tina dan Tini yang duduk di sebelahnya dengan kepala ditelungkupkan pada kedua tangan. Tidak ada obrolan lagi di antara mereka membuat suasana terasa sunyi.

"Takut, ih!"

Tini dan Tina seketika merapatkan duduk mereka pada Shanum saat mendengar suara petir yang menggelar begitu dahsyat dengan kilatan cahaya tajam. Niat mereka ke-sawah tadinya sekedar untuk mengenang masa kecil dulu, tapi sekarang malah terjebak di tempat ini karena hujan yang sampai kini tidak mau berhenti barang kali hanya untuk sejenak.

SEMU (Pengantin Pengganti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang