11 : Kilas Balik 2012 (Cie-Cie)

13 2 0
                                    

Kembali terulang lagi. Kini kenaikan kelas kembali terjadi. Tapi sayangnya, kini Anindita, Mahesa, Binar, Setya dan Adit sudah kelas 12. Yang artinya, kelulusan akan menanti mereka.

Terkecuali Dinara yang baru naik ke kelas 11. Sedihnya lagi karena dia akan melepas teman-temannya yang akan tamat suatu hari nanti.

Tapi mengesampingkan hal itu, kini mereka mendapat teman baru. Teman yang setahun sebelumnya pindah ke sekolah.

Indriaya Ratih namanya. Tapi Binar tidak asing dengannya. Karena dia adalah teman SMP nya. Dan Binar sering memanggilnya Ratih.

Dan hebatnya lagi, Ratih sekelas dengan Anindita dan Binar. Dan itu membuat mereka bertiga dekat.

"Anin, Ratih. PR matematika kalian udah jadi?"

"Belum. Masih setengah. Lo sendiri, Anin?"

"Sama, masih setengah yang jadi."

Jadinya, mereka bertiga mulai mengerjakan PR yang tidak mereka selesaikan itu. Hingga guru datang dan memeriksa tugas mereka.

"Kantin yuk, Anin."

"Duluan aja sama Ratih. Mau ke kelas Mahesa dulu."

Ratih dan Binar tersenyum. Bagi Binar, ada kemajuan dari Anindita. Dulu masih cuek jika sama Mahesa, namun perlahan-lahan mulai luluh dan mencarinya.

"Setya! Mahesa ada, nggak?"

"Yah, si Mahesa ada di ruang olahraga sama Adit. Biasa, katanya di suruh buat nyari murid yang mau gabung ekskul sepak bola."

"Oh.. gitu. Yaudah, makasih ya."

Anindita akhirnya hanya menyusul Binar dan Ratih ke kantin. Karena Mahesa tidak ada juga.

"Lah, cepat banget toh, Nin."

"Mahesa nggak ada di kelasnya, Ra."

Ratih mengangguk. Binar menepuk bahu Anindita, membuat sang pemilik bahu bingung.

"Kangen pujaan hati? Tenang, pujaan hati lo nggak akan berpaling."

"Apaan sih, singkirkan tangan lo."

"Yeu."

Tiba-tiba, Dinara datang setelah sibuk belajar di kelasnya. Kelasnya sedikit terlambat untuk beristirahat, di karenakan guru yang keasikan menjelaskan materi.

"Datang juga lo."

Dinara segera duduk di samping Ratih. Mereka berdua juga cukup akrab. Akrab sekali.

"Guru masih sibuk menjelaskan, gue tebak?"

"Tepat, kak Anin. Gurunya kelamaan menjelaskan. Sampai lupa waktu istirahat."

Dan pesanan Binar dan Ratih sudah datang. Anindita dan Dinara masih menunggu pesanan mereka tiba.

"Oh ya, tadi gue liat kak Mahesa di dekat ruang olahraga. Kayaknya ada yang lagi nyatakan perasaan ke dia."

Binar dan Ratih membelalakkan matanya, terkejut mendengar itu. Anindita pun tak kalah terkejutnya.

"M-maaf kak Anin. Bukan maksud gue buat ngomong gitu, gue cuma liat aja. Soalnya cewek tadi pegang bunga terus di kasi ke kak Mahesa."

"Wow, gercep juga lho, Nin. Kalah sama lo."

"Bener deh, Ratih. Anin nggak mau jujur ke Mahesa."

Anindita menyeruput es teh milik Binar itu.

"Gue nggak suka Mahesa ya, asal kalian tau aja. Gue kan cuma anggap dia teman."

Binar, Dinara dan Ratih mulai menatapnya dengan tatapan yang membingungkan. Tapi senyuman mereka itu yang membuatnya yakin, jika akan mengejek lagi.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang