TWELVE: Brilliant Pass

3.1K 404 52
                                    

Trapped

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trapped. It's like there's no light anymore.

...

Mati aku.

Rasanya seperti semua tulang yang ada pada tubuhnya bergeser dari tempatnya. Belum lagi tentang semua darah dengan aroma anyir yang masih begitu menggelayuti pangkal hidungnya! Itu kembali membuatnya mual!

Nunew menarik nafas panjang. Bahkan ranjang keras kamar kumuh ini mendadak terasa bagai hunian surga! Seharian penuh bergelut dan berkutat dengan segala kekacauan di penjara bawah tanah, itu sulit!

Tak cukup mengepel lantai satu kali. Bercak darah ada di mana-mana, termasuk di atas langit-langit. Belum lagi tentang ... potongan daging—ugh lupakan!

Ahh ... pundak ku!” Menggerutu pun memang tak berguna. Nunew meringis sesekali saat jari-jarinya tanpa sengaja menekan memar pada cekungan tulang belikatnya terlalu keras.

Sepasang sepatu Loafer di hempas begitu saja. Tubuhnya terlalu remuk untuk membungkuk. Lebam kebiruan terlihat mulai bermunculan, kala Nunew membuka kancing manset pada lengannya.

Sudah di ambang batas rupanya. Pantas untuk sekedar bernafas saja sulit. Ia tak ingin terlihat lemah, namun tubuh manusia memiliki batas toleransi dalam menerima beban, bukan?

“Kerja bagus untuk hari ini, dude. Ayo tidur. Besok ada bajingan-bajingan yang akan kembali merepotkan mu.” Harusnya ada kegiatan makan mala—well ... khusus untuk pelayan-pelayan. Namun ia tak berminat. Rasa laparnya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan semua rasa lelah ini.

Nunew mengatupkan telapak tangan di depan dadanya. Mengatupkan mata dengan helaan nafas teratur. “Buat segalanya jauh lebih mudah, Tuhan. Atau kalau bisa kirim gempa bumi dan tanah longsor saja untuk kediaman ini.” Doa yang aneh. Ia mungkin bukan seorang umat yang patuh, namun apa salahnya meminta.

Hanya tentang pertemuan antara punggung kakunya dengan permukaan kasur tipis—namun itu terasa luar biasa!

“Selamat mal—”

Tap! Tap! BRAK!

Baiklah, kali ini apalagi? Tubuhnya spontan menegak, menelan kembali ucapan selamat malam pada kerongkongan yang belum tuntas di utarakan, kemudian membanting pandangan pada ambang pintu di mana suara tapak kaki itu berasal. Apa ia akan di seret untuk melakukan pekerjaan lagi? Itu angan-angan pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya, sebelum sepasang netra amber miliknya di buat menyipit.

Nunew pikir yang datang adalah kepala pelayan—ternyata ia salah. Di sana, ia dapat melihat kehadiran seorang pria yang selalu ada bersama Zee. Kaki tangan kepercayaan pria jelmaan iblis neraka itu, mungkin.

Langkah Max yang semula di ayun panjang-panjang berangsur-angsur memelan kala jarak antara dirinya dan keturunan Perdpiriyawong di sana tak sampai lima meter. Pandangannya pun meredup dengan helaan nafas panjang.

PSYCHOMAFIA-Another Part of Love [ZeeNunew] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang