SIXTEEN: Glimpse of the Past

2.9K 361 16
                                    

They won't know what it's like, without actually experiencing it

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

They won't know what it's like, without actually experiencing it.


...


Palermo, Sicily—Italy 2005.

Kehancuran bukan akhir dari segalanya. Anggap saja itu adalah sebuah batu kasar yang dapat mengasah langkah mu agar semakin tangguh.

Andai saja bisa sesederhana itu.

Ravenlovell di nyatakan runtuh tepat saat orang-orang inti dalam keluarga Mafia agung itu telah habis seluruhnya dalam insiden berdarah di sebuah distrik, New Orleans—tahun lalu.

Belum, belum benar-benar runtuh sebenarnya. Karena masih ada bibit terbaik yang gagal gugur. Dua keturunan utama Ravenlovell yang masih berusaha bangkit bersama. Memperjuangkan hidup yang mungkin lebih baik di buat mati.

Satu tahun berlalu, tak lantas menjadikan segala berangsur-angsur membaik. Tidak! Ancaman masih datang dari banyak arah serta pihak, kebuntuan atas bagaimana nasib keluarga serta masa depan yang di pertaruhkan.

Well ... masalah sebesar itu yang tak seharusnya menimpa pundak dua bocah tiga belas tahun yang ringkih.

“Anda tak seharusnya melakukan ini, Tuan muda.”

“Lalu, apakah aku harus tetap berdiam diri sementara kita semua bahkan tak memiliki selembar roti kering pun untuk di makan.” Itu suara Mew remaja. Menampik ucapan sang pengasuh. Pemuda dengan jaket tebal yang mulai kusam itu menatap tajam paman Boss—satu-satunya orang kepercayaan keluarga yang masih hidup. “Aku memerlukan uang untuk bertahan hidup.”

Paman Boss beranjak semakin mendekat. Menutup pintu hunian sederhana—yang hanya memiliki satu kamar dan ruangan santai, itu pelan. “Anda pasti tau bukan, untuk apa anda dan Tuan muda Zee di kirim ke tempat seperti ini?” Ia hanya ingin kembali menekankan. Situasi di luar cukup pelik, bahkan pengawal khusus mendiang Tuan besar Ravenlovell pun belum sanggup merebut kediaman utama.

Kedua keturunan murni itu harus di asing kan demi keamanan. Keduanya harus tetap hidup demi garis keturunan.

“Sampai kapan?” sinis Mew. Menoleh kebelakang dengan senyum miring, menatap keberadaan sang saudara kembar. “Aku dan Zee bukan hanya membutuhkan keamanan.” Beberapa lembar Euro pemberian Tuan Attachitsataporn—ayah Mean, sebelum pergi bertugas juga telah habis untuk biaya obat Zee.

Zee yang selalu hidup dalam damai mendadak di gempur oleh situasi mengerikan, bukankah itu sudah cukup menyulitkan. Berawal dari masalah pencernaan yang mulai kacau, kemudian merambat hingga permasalahan pernapasan.

“Saya yang akan pergi mencari pekerjaan,” sahut paman Boss. “Tuan Mew dan Zee cukup tetap diam di tempat ini.”

Sayangannya Mew tak lagi percaya atas angan-angan. Bagaimana jika Ravenlovell tak lagi dapat bangkit? Jelas mau tak mau ia dan Zee mulai harus terbiasa dengan situasi buruk seperti ini. Ia semakin mengencangkan tali sepatunya. “Ide bagus, aku dan paman pasti dapat menghasilkan uang yang jauh lebih banyak nantinya.”

PSYCHOMAFIA-Another Part of Love [ZeeNunew] ENDWhere stories live. Discover now