1 : Haura Hayya Nabila

2.9K 127 3
                                    

"Ra, ini tolong kasih ke Tio, ya," pinta Lia begitu Haura baru saja duduk di kursi yang berada di ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, ini tolong kasih ke Tio, ya," pinta Lia begitu Haura baru saja duduk di kursi yang berada di ruang makan.

Sebelum Haura menyahut, Lia sudah lebih dulu berlalu ke dapur karena sedang memasak tempe. Melihat sang bunda ke dapur, helaan napas keluar dari bibir Haura, dan hal tersebut tak luput dari pandangan sang ayah.

"Kenapa, Ra?" tanya Fahrian sambil mengoleskan selai blueberry ke selembar roti.

Haura cemberut, kemudian menghela napas panjang. Matanya langsung beralih menatap Fahrian lekat. "Ayah pernah baper gak?"

Fahrian menumpuk roti yang sudah diolesi selai dengan roti lagi. Lantas menggigitnya. Sambil mengunyah, Fahrian berpikir. Lantas menatap Haura. "Pernahlah, 'kan jatuh cinta itu awalnya dari baper dulu 'kan?"

Kepala Haura makin tertunduk. "Kenapa harus ada perasaan baper sih?! Bikin ribet hidup aja," amuk Haura sembari menyenderkan tubuhnya ke kursi, dengan posisi kepala menengadah ke langit-langit.

Fahrian tertawa. "Baper itu gak cuma tentang cinta aja, Ra. Kamu peduli sama orang, iba sama orang itu juga baper namanya. Tahu 'kan baper itu singkatan dari bawa perasaan." Sang ayah menggigit kembali sisa roti selai terakhirnya. "Memangnya kamu lagi baper sama siapa?"

"Semua laki-laki," jawab Haura dengan suara kecil.

Kebetulan saat itu Lia baru saja menaruh sepiring tempe goreng dan semangkuk besar nasi goreng di meja makan. Ia duduk dan menatap Haura. "Semua laki-laki? Kalian lagi ngomongin apa?"

Haura menyendok dua centong nasi goreng ke piring dan dua buah tempe. Sedangkan Lia membantu menyajikan milik suaminya, Fahrian.

"Ini, Haura kayaknya lagi baper sama laki-laki. Dari tadi lesu banget bawaannya," kata Fahrian.

"Bunda, satu centong aja jangan kebanyakan. Ayah udah makan roti," tegur Fahrian dan hal tersebut langsung dituruti oleh Lia.

"Lagian, Ra ... perasaan baper itu pasti ada aja. Kamu mau ngehindarin segimana pun pasti bakalan ketemu terus," ucap Lia lantas mulai menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Haura mengunyah pelan nasi goreng di mulutnya. Mendadak selera makannya seperti hilang bak diterpa angin topan. "Ma, jangan suruh aku nganter itu kue ke Tio. Lagian kenapa harus aku? Kita 'kan tetanggaan. Kan bisa nanti bunda yang kasih ke mamanya Tio."

Lia meneguk air minumnya. Ia menatap Haura. "Itu buat bekalnya Tio, Ra. Jadi yah kamu yang harus ngasih ke Tio entar di sekolah, Tionya udah berangkat pagi-pagi soalnya. Lagian kenapa sih, cuman nganter kue doang. Masalahnya dimana?" Lia menatap Haura yang masih diam sembari mengunyah nasi goreng. "Kamu lagi musuhan sama Tio? Atau kenapa?"

Kendali Rasa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang