20 : Rencana 2

218 35 0
                                    

Haura baru saja keluar dari UKS karena tadi saat upacara ia sempat merasa pusing

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Haura baru saja keluar dari UKS karena tadi saat upacara ia sempat merasa pusing. Mungkin penyebabnya karena perutnya tak diisi makanan, karena saat berangkat tadi Haura kesiangan dan tak sempat makan, bahkan kotak bekal yang disiapkan Bundanya juga tidak terbawa. Benar-benar apes. Dan semua kejadian itu bermula gara-gara Haura terus memikirkan bagaimana caranya membuat Raka menjauh.

"HAURA!!" Teriakan bernada tinggi itu sukses membuat Haura yang bersandar di tembok dekat pintu UKS terperanjat.

Ternyata pelakunya adalah Tio. Laki-laki itu menampilkan senyum lebar sedangkan Haura menampilkan wajah masam.

"Gila ya lo," ketus Haura, walaupun Haura tahu Tio orang yang suka iseng dan gaje. Tetap saja Haura masih kaget. Serasa jantung mau copot dari tempatnya. Jika saja ada benda didekatnya Haura sudah pasti akan melemparkan benda tersebut ke muka Tio.

Tio hanya tertawa. Kemudian mengangsurkan dua buah paper bag. "Itu pesenan temen sekelas lo, dan satunya lagi bekal makanan lo yang ketinggalan."

Haura menerima, walau sebenarnya agak heran juga. "Bukannya lo berangkat duluan sebelum gue, ya?"

"Iya, cuma tadi pagi sebelum upacara bener-bener berlangsung, bunda lo dateng ke sini. Dan kebetulan ketemu sama Raka," jelas Tio.

Haura sesaat diam. Sebelum akhirnya ia mengajukan pertanyaan lagi. "Kok jadi lo yang ngasih?"

"Lo kangen sama Raka, ya," ledek Tio dengan cengiran khasnya.

Haura mendengus. "Jangan asal nyimpulin."

"Hm, gue juga heran kenapa Raka akhir-akhir ini sering ngehindarin lo. Cuma anehnya dia suka senyum-senyum sendiri pas ngeliat HP, pernah juga gue mergokin dia nulis surat gitu. Keknya surat cinta." Tio memegang dagunya terlihat berpikir, kemudian menatap Haura bersamaan dengan jentikan jarinya. "Ah, jangan-jangan dia lagi jatuh cinta sama yang lain, deh," tebak Tio yang hanya ditanggapi Haura dengan tatapan datar.

Haura tak bisa mengatakan bahwa Raka begitu karena ulahnya melarang laki-laki itu untuk mendekatinya secara terang-terangan. Dan akhirnya Raka menyimpulkan bahwa Haura bakalan terima kalau didekati lewat chat atau surat. Haura bahkan tak kepikiran ke sana, ia pikir setelah mendapat penolakan seperti itu, Raka akan menyerah. Nyatanya laki-laki itu ternyata banyak akal juga.

Haura merasakan HP di saku roknya bergetar. Ia mengambil HP tersebut dan menatap layar HP yang mana terpampang sebuah chat. Karena terdiam cukup lama, Tio terlihat curiga.

"Lo kenapa?" tanya Tio.

Haura menggeleng. Dan langsung memasukkan kembali HP-nya ke saku rok. "Gue duluan," pamit Haura bergegas pergi sebelum Tio melontarkan pertanyaan lagi.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Kendali Rasa [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora