Big day, tomorrow!

495 39 0
                                    

Ting... Tong... bel berbunyi - istirahat. Pelajaran matematika telah usai. Lagi-lagi, semua itu hanyalah mimpi. Aku tertidur selama pelajaran matematika tadi. Aku memperhatikan keadaan sekelas.

Ternyata, Iris pergi ke kantin untuk membeli makanan.

Keadaan kelas sunyi sekali, karena hanya ada aku seorang di kelas.

Tiba-tiba suara itu kembali menghantuiku. Suara anak-anak kecil yang mengelilingiku dan bernyanyi sama seperti yang gadis kecil itu nyanyikan dalam mimpiku.

La...La...La...La...

Dalam nyanyian-nyanyian anak-anak kecil itu, satu per satu anak-anak itu mulai berteriak dengan suara yang nyaring. Rasanya pendengaranku mau rusak.

Dengan spontan, tanganku menutup kedua telingaku.

Dan tiba-tiba, aku merasakan ada yang menyentuh pundakku. Tangan itu sangat dingin. Dengan rasa takut, aku pun memberanikan diri menoleh ke belakang.

"Phew.." Itu hanyalah Iris. Jantungku nyaris copot.

"Hey! Melamun aja daritadi. Nanti kerasukan, lho. Hahaha!" guraunya.

"Apa kau tahu tentang sejarah sekolah ini?" tanyaku mengalihkan perkataannya.

Iris yang mendengarku, langsung memegang dahiku. "Nggak panas, kok! Kamu yakin nggak apa-apa?"

Aku mengangguk. "Aku rasa aku harus mengetahui sejarah tentang sekolah ini."

"Lihat saja di perpustakaan sekolah." usulnya.

Aku segera berlari ke perpustakaan. Iris yang melihatku penuh banyak pertanyaan pun, mengikutiku berlari dari belakang.

Petugas perpustakaan terlihat bingung melihat kami lari tergesa-gesa menuju perpustakaan.

Kemudian, kami berpencar untuk mencari buku tentang sejarah sekolah Akabis. Aku mencari buku di barisan 1-2, dan Iris mencari di baris 3-4.

Perpustakaan sekolah ini tidak terlalu besar, jadi tidak butuh waktu yang lama mencari buku itu.

"Ketemu!" seru Iris senang.

Kami membuka halaman per halaman.

Detik telah berganti menjadi menit.

Jari telunjukku menunjuk ke tulisan 'Asal Usul Akabis High School'.

"Sekolah yang dibuat pada abad ke-19 ini dulunya adalah sebuah panti asuhan. Pemilik panti asuhan ini memiliki seorang anak perempuan kecil yang amat cantik. Tapi sayang, istri dari pemilik panti asuhan itu meninggal, karena penyakit yang tidak diketahui penyebabnya. Suaminya shock berat dan akhirnya mengalami gangguan jiwa. Ia nekad membunuh anak-anak penghuni panti asuhan itu. Anak kandungnya pun juga menjadi korban kejahatan itu. Diketahui bahwa anak-anak yang terbunuh, disebabkan karena dipenggal kepalanya dan tubuhnya ditumpuk berserakan di dalam gudang, dan kepalanya diletakkan di rak-rak pada gudang itu juga. Dan hal yang paling tragis adalah, ditemukan anaknya sendiri ditusuk tepat di mata kirinya dengan gunting. Kemudian ditinggalkan di kamar membiarkan darahnya mengucur keluar hingga mati."

"Malang sekali, ya nasib anak itu." kata Iris dengan rasa iba.

"Lihat ini! Katanya, nama anak itu adalah Kimy Anderson." seruku, sambil menunjuk sebuah foto dengan nama.

~~~

Istirahat sudah mau berakhir, hari ini sungguh melelahkan. Sekarang pelajaran apa ya? Oh iya, fisika... Pelajaran yang paling aku tidak sukai.

"Haduh.. Pelajaran fisika, gak jelas gurunya. Banyak pr, terus kalau sedang ngajarin, kumur-kumur di depan, ga tau ngomong apaan noh." kataku.

"Hahaha! Makanya belajar sendiri aja, biar ngerti." kata Iris.

Ketika pelajaran akan dimulai, masuklah seorang guru botak, dan tentunya memakai kacamata, Mr. Bhetan, guru fisika kami.

Seketika, speaker berbunyi, terdengar suara kepala sekolah kami, Madam Afron (Kalian tahu kan? Orang yang menganggapku anak kecil itu - baca part 1).

"Anak-anak semua, mengingat besok adalah hari ulang tahun sekolah kita, maka kegiatan belajar mengajar ditiadakan, dan seluruh siswa-siswi diwajibkan berpakaian formal. Acara ini akan diadakan dari pk 8 pagi hinggal 9 malam.Seluruh anak dapat datang kapanpun selama batas waktu yang ditentukan. Di acara ini ada bazar........" katanya panjang lebar.

Setelah kepala sekolah selesai ngomong, seorang guru datang ke kelas kami, mengumumkan sebuah pengumuman, "Anak-anak, dalam acara ini, bagi kalian yang ingin mengisi acara, dapat mendaftar saya di ruang wakasek."

Ternyata, orang itu adalah wakil kepala sekolah kami. Guru perempuan yang paling cantik di antara guru perempuan lainnya, incaran semua laki-laki disini. (kecuali aku).

Seluruh kelas bersorak-sorak gembira (karena tidak ada kegiatan belajar esok).

Setelah pulang sekolah, banyak murid-murid di kelasku yang berbondong-bondong mau mendaftar ke ruang wakasek.

~~~

rate, follow and comment yaa ^^

kutunggu pendapat kalian semuaa

Boo!Where stories live. Discover now