Trapped

156 16 2
                                    

"Thom, apakah ada yang tinggal di sini selain keluarga Boo?" Iris tiba-tiba bertanya padaku yang sedang menikmati teh buatan Beth.

"As far as I know, there's only us." Jawabku jujur. "Mungkin sebaiknya kau tanyakan itu pada Sidney dan Beth. Mereka sudah tinggal disini sejak mereka lahir."

"Itu ide yang bagus! Kenapa aku tidak kepikiran ya?!" Ia menepuk jidatnya dengan kencang. PLAK! Kemudian ia segera berlari cepat ke arah Sidney dan Beth dengan girang.

Gadis itu.. Dia selalu senang terhadap hal apapun.

~~~

"Hey, Thom. Have you seen the girls? I'm starting to worried, cause it almost reaches 9 pm." John membangunkanku yang kebablasan tidur siang.

"Yah, mana kutahu? Aku baru saja bangun. Mereka juga tidak bilang akan pergi kemana." jawabku. "Tenang, mereka pasti kembali." Aku menepuk pundak John.

Tak lama, sebuah suara memecahkan kesunyian di antara kami. KRINGG!! KRINGG!!

John terlihat kaget. "Su-suara apa itu?!"

"Apa itu?! Tidak jarang aku mendengarnya. Jangan-jangan..." kataku berusaha menakut-nakuti. Dapat kulihat matanya makin melebar.

"Hahaha, tenang John. Itu hanya telepon tua kami. Sudah tua sih, tapi yah masih bisa digunakan." Aku meledek John. Ekspresinya berubah menjadi kesal, sudah kuduga.

Aku mengangkat telepon berwarna emas yang mulai terkelupas. "Halo?" Sapaku memulai percakapan

"Jika kau ingin ketiga perempuan ini kembali, temui mereka di lereng gunung Boatswan." Kata seseorang pria bersuara berat, yang kuyakini menggunakan filter suara. Seketika pria itu memutuskan jaringan, alhasil ia hilang tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

"Siapa itu, Thom?" John bertanya padaku dengan wajah yang mulai serius.

"Ehm, tidak apa-apa John. Itu pamanku, dia bilang kalau dia akan segera pulang dalam beberapa hari ke depan." Jawabku bohong. Aku tidak mau John khawatir, apalagi sampai panik. Kalau dia sampai tahu, bisa-bisa lebih buruk lagi keadaannya.

"Oh, kukira apa. If you need me, I'll be at the living room." Katanya menitip salam. Ia berbicara dengan santai tapi aku tahu, ia pasti masih khawatir pada gadis-gadis itu. Terutama Iris.

Aku berjalan menuju ke arah pintu dan mengambil coat tebalku yang berwarna coklat. Tidak lupa mengepak barang-barang yang kubutuhkan dan memasukkannya ke dalam ransel hitam kecilku. Aku tidak mengerti apa yang ia inginkan, dia tidak meminta tembusan atau apapun itu. Sesuatu memberi tahuku, ada yang tidak benar.

"Kau mau pergi kemana, Thom?" Ia bertanya tiba-tiba padaku dengan wajah setengah takut dan gugup.

"Eh.. Aku perlu mengunci pintu-pintu peternakan. Aku akan kembali nanti." Kataku mencoba untuk meyakinkannya.

Ia terlihat mempercayaiku. Namun, pandangannya teralih pada tas ransel tuaku. "Ransel? Apa yang kau la-... katakan yang sebenarnya, Thom. Apa yang terjadi? Jika itu sesuatu yang bersangkutan dengan Iris, jangan halang aku untuk ikut campur." Nadanya setengah mengancam.

Aku menghela napas, dan mencoba memberitahu segalanya. Ia terlihat marah padaku tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

Dan sudah kuduga, responnya tidak lain adalah mengepak barang-barang ke dalam tasnya, lagaknya orang bersiap-siap untuk pergi hiking.

Sudahlah.. Sebaiknya kita berdua bergegas ke sana.

"Kau tahu dimana gunung Boatswan?" tanya John. Ah.. Sejak tadj aku terlalu sibuk hingga tak memikirkan hal itu.

Boo!Where stories live. Discover now