17. When It Rains

1.4K 135 1
                                    

●H a p p y   R e a d i n g●

✨📚✨

Hubungan Airil dan Luna mulai membaik setelah kejadian kemarin. Luna bahkan mulai gencar meminta pada Airil untuk ikut memata-matai Aninda dan kekasihnya, Rendy. Gadis itu terus mendesak Airil disetiap obrolan mereka. Seperti jam istirahat sekarang ini.

"Airil. Nanti lo mau mata-matain mereka-kan? Ajak gue ya?" ucap Luna melas.

"Tapi, gue mau ketemu sama Mba Amirah dulu. Ngga pa-pa?" balas Airil hati-hati.

Luna merengut sebal. "Kalau ngga usah gimana? Langsung aja kita mata-matain mereka." Luna bersungguh-sungguh saat mengatakan itu. Bertemu Amirah adalah satu hal yang sangat dihindarinya selama ini. Entahlah, dirinya hanya merasa belum siap.

"Luna. Mau sampai kapan kamu begini terus? Mba Amirah bisa jelasin semuanya ke kamu nanti. Mau ya?" pinta Airil.

Amirah pun juga selalu meminta hal ini padanya. Wanita itu meminta tolong untuk membujuk Luna datang ke kafe-nya. Saking inginnya, Amirah bahkan selalu menyempatkan dirinya mengirimkan pesan pada Airil tiap hari. Katanya, hal itu hanya untuk sekedar mengingatkan gadis itu.

Luna tidak langsung menjawabnya. Gadis itu malah terdiam. Sepertinya, ia sedang memikirkan serta menimang-nimang ucapan Airil matang-matang.

"Yaudah deh. Gue mau." Saat mengucapkannya, muncul semburat merah di pipi Luna. Airil jadi terkekeh kecil, Luna pasti merasa sedikit malu.

Airil mengangguk. "Oke deh! Abis pulang sekolah kita ke kafe Mba Amirah ya. Pake motor gue." Ia kembali memakan bekalnya. Oiya. Ngomong-ngomong soal bekal, kenapa Samuel tidak terlihat akhir-akhir ini ya? Kotak bekalnya kan masih ada bersama cowok itu. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu lagi padanya?

"Lo lagi mikirin apa, Ril?" tanya Luna. Suapannya bahkan jadi terhenti gara-gara Airil yang tiba-tiba terdiam dengan kening berkerut itu.

Airil menggeleng pelan. "Engga kok. Gue cuman lagi mikirin reaksi Mba Amirah nantinya. Dia pasti seneng banget." Tidak mungkin ia berkata jujur pada Luna jika Samuel-lah yang sedang dipikirkannya saat ini. Hal itu malah akan kembali memperburuk mood-nya, karena dia sangat membenci cowok itu.

"Oh itu. Gue kirain apa. Yaudah, cepet abisin makanan lo. Bel masuk bakal bunyi sebentar lagi." peringat Luna.

Airil mengangguk cepat. Ia segera memakan bekalnya yang masih tersisa cukup banyak. Begitu pun dengan Luna, gadis itu tak jauh berbeda. Satu suapannya saja bisa memenuhi rongga mulutnya hingga pipinya ikut menggembung. Cara makan mereka berdua sekarang jauh dari kata anggun.

Tapi, selagi mereka tidak merugikan orang lain, itu sih sah-sah saja. Iya-kan?

✨📚✨

Sesuai harapan Airil, pertemuan Luna dan Amirah berjalan lancar persis seperti yang diinginkannya. Meskipun, ada sedikit kendala--Luna yang masih ragu akan semua bukti itu, tapi Amirah dapat menyakinkan gadis itu. Dia bisa menjelaskannya dengan sangat baik hingga keraguan didalam hati Luna perlahan mulai menghilang.

Dan kini, Airil bersama partnernya--Luna sedang bertugas memata-matai Aninda. Menurut info yang didapat Amirah dari orang yang selalu mengikuti Aninda, wanita itu sedang berada di perpustakaan kota seorang diri. Meskipun Rendy tidak bersamanya sekarang, Amirah tetap memperingati kedua gadis itu agar selalu berhati-hati.

Rekaman dan video singkat yang pernah Airil dapatkan dari hasil kerjanya memata-matai Aninda, sudah disimpan Amirah sebagai bukti. Walau gadis itu sempat tertangkap basah oleh Rendy, ia masih patut diacungi jempol karena keberaniannya itu.

What The Hell?! Where stories live. Discover now