30. Truth or Dare?

193 14 0
                                    

◎H a p p y   R e a d i n g◎

✨📚✨

Adu mulut tadi akhirnya dapat berakhir karena interupsi Samuel yang ternyata masih berada di sana. Cowok itu dengan cepat menghentikan Luna yang sepertinya masih memiliki banyak stok cemoohan menyebalkan untuk Airil.

Dan kini, gadis cerewet itu sudah pergi bersama Pelangi untuk mengantarkannya pulang.

"Samuel. Sekali lagi, makasih banyak ya. Mungkin kalau bukan lo yang-"

Samuel terkekeh. Dia segera memotong perkataan Airil, sebab entah sudah keberapa kali gadis itu mengucapkan kata terimakasih padanya. "Iya. Sama-sama, cantik. Kalau gitu, gue pulang duluan ya?"

Tak ayal Airil langsung mengangguk pelan. "Hati-hati." Sedikit merasa asing dengan kata cantik yang biasa Samual ucapkan.

Secercah senyum manis terbit di kedua sudut bibir cowok itu. "Lo juga." Setelah tangannya terangkat mengusak lembut surai Airil, dia melenggang pergi menuju arah parkiran.

"Cie!"

Satu kata yang tercetus dari mulut Serena begitu Samuel menghilang langsung membuat Airil mengeplak bahunya tanpa ampun. "Lo bener-bener ya! Sebelas dua belas aja sama Luna! Sukaaaaa banget ngejek gue!"

"Kekerasan dalam pertemanan!" Serena sontak menjerit, kemudian beralih mengelus-elus bahunya yang terkena imbas kekesalan Airil. "Sakit tau!" sungutnya.

Airil mengendik cuek. "Bodo amat! Biar sekali-kali lo tau rasa." Ia bergegas membereskan barang-barang sisa piknik tadi, lalu menyusuri jejak Samuel menuju parkiran, berniat untuk mengambil motor matic-nya.

Serena tercengang. Airil tidak benar-benar ingin meninggalkannya seorang diri di sini, bukan?

Melihat Serena yang malah sibuk dengan keterdiamannya, membuat Airil jadi gemas sendiri. "SERENA! CEPET! LAMA-LAMA GUE TINGGALIN BENERAN NIH!" ancamnya. Lagian, bukannya berjalan mengikutinya, gadis itu malah termenung entah apa yang dipikirkannya.

Bahana Airil itu seolah membuat jantung Serena ingin meloncat keluar dari tempatnya. Namun, dia segera mengesampingkan rasa protesnya karena tak mau ada celotehan lebih dari Airil. "Iya-iyaaa! Tungguin!"

Setelah selesai dengan barang-barang bawaannya, Serena bergegas melangkahkan kakinya secepat yang ia bisa. Dress hitam yang digunakannya saat itu sedikit membuatnya kesulitan untuk berjalan cepat.

"Anjir! Cepet bener jalan lo, Ril!" oceh Serena sembari berusaha lebih untuk menyamakan langkahnya dengan Airil. "Apa jangan-jangan lo kebelet lagi?!" tuduhnya mengada-ada.

Airil mendengus sebal. "Lambemu!" kemudian mempercepat kakinya mencapai parkiran yang sudah di depan mata.

Serena lantas tergelak. Mood sekali mendengar Airil berkata seperti itu. "Btw, mampir bentar ke apartemen gue dulu ya? Ada yang pengen gue omongin soalnya," ucapnya setelah berhasil berdiri di dekat Airil.

Mendengar hal itu, Airil yang semula sibuk menyusun paper bag bawaannya langsung menoleh cepat ke arah Serena. "Ren? Lo ... "

Serena tersenyum manis. Airil memang gadis yang peka. Tanpa harus dijelaskan pun, dia tetap mengerti. Seperti biasa.

✨📚✨

Dan kini, kedua gadis itu sudah duduk berdua dengan dua botol kaleng soda yang sudah terbuka di atas meja. "Ngeliat respon lo tadi, kayaknya gue ngga harus jelasin semuanya dari awal." Serena membuka percakapan.

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang