8.

390 41 2
                                    

Sabtu, 26 Juli

Waktu menunjukkan pukul 2 pagi lewat tapi Oniel masih saja terjaga. Sebenarnya ia sudah mencoba untuk tidur sedari tadi tapi tidak kunjung terlelap juga. Ia memperhatikan sekitar dan terlihat teman-temannya sudah terlelap semua, dengan suara-suara dengkuran kecil terdengar saling bersautan.

Oniel pun memutuskan untuk duduk dari tidurnya, berusaha setenang mungkin agar tidak membangunkan yang lain. Ia kemudian melirik ke bawah dan tersenyum melihat Adel yang nampak nyaman tidur di antara Olla dan Flora. Oniel senang karena ia paham sekali jika adik tirinya itu biasanya tidak bisa tidur tanpa dirinya di sampingnya.

Karena sepertinya ia tidak akan bisa tidur meskipun ia berusaha, Oniel pun memutuskan untuk keluar dari kamar ini. Ia berjalan berjingkat agar tidak mengganggu dan membangunkan yang lainnya yang nampak pulas terlelap.

Oniel kemudian duduk di ruang tamu rumahnya yang nampak sunyi ini, membawa sebuah kotak yang berisi sebuah kalung. Ya kalung yang diberikan sebagai hadiah ulang tahunnya ini adalah penyebab dirinya tidak kunjung bisa tidur sedari tadi karena terus menerus kepikiran.

*flashback*

Seperti layaknya ulang tahun pada umumnya, setelah potong kue langsung dilanjutkan makan-makan sambil ngobrol bareng.

"Ini buat kakak." ucap Bunda Mei sambil mengulurkan sebuah kotak kepada Oniel.

"Eh apa ini Bun? Kan kakak bilang gak ada hadiah." tanya Oniel.

"Ini bukan dari Bunda, Ibu, atau dari Dedel. Ini dari orang tua kamu." ucap Bunda Mei.

"Maksudnya Bun?" tanya Oniel. Ia sebenarnya sudah paham, tapi ia cuma ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar ini.

"Waktu ulang tahun Adel kemarin kan kamu pernah tanya gimana kita semua tau hari lahir kamu? Kamu inget kan Ibu cerita kalo ada tulisan yang kasih informasi soal kamu, waktu kamu di tinggal di depan panti? Nah waktu itu bukan cuma secarik kertas aja, tapi ada kalung itu juga." jelas Ibu Dian yang menjelaskan kotak itu berisi sebuah kalung.

"Kata kakak Bunda, Tante Tina, di surat itu orang tua kamu minta buat ngasih kalung itu waktu kamu ulang tahun ke-17. Tapi setelah diskusi bareng, kayaknya gak ada alasan lagi nyiimpen itu lebih lama, jadinya Bunda sama Ibu kasih kamu sekarang di ulang tahun kamu ke-16." tambah Bunda Mei.

Oniel memandang kalung yang terdapat inisial huruf V itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi ia merasa senang karena ini adalah peninggalan orang tuanya yang ia sama sekali tidak kenali, tapi di sisi lain ia juga sedih dan kecewa bukan main.

*akhir dari flashback*

Oniel terus menerus memandang Kalung yang memiliki inisial huruf V itu. Tidak terlalu istimewa memang, bahkan sepertinya tidak terlalu mahal. Namun tetap saja bukan masalah nilai intrinsiknya yang membuat Oniel kepikiran, tapi nilai ekstrinsik dan historis dari kalung itu yang mengganggunya.

Ia kemudian kembali memasukkan kalung tersebut pada kotaknya, ia pun beralih untuk mengambil foto album yang ada di dekatnya. Sudah setengah jam lebih Oniel bolak balik memegang kalung dan membuka lembar-lembar foto kenangan, yang bukannya menambah ketenangan tapi malah membuat ia makin kepikiran.

"Lo belum tidur apa kebangun?" tanya Mira yang tiba-tiba keluar dari kamar.

"Eh Mira. Aku belum bisa tidur sedari tadi." ucap Oniel sambil meringis memperlihatkan gigi kelincinya.

"Lo masih takut karna pada cerita horor tadi?"

"Eh enggak kok enggak."

"Oh kirain. Kan lo sama Lulu yang kelihatan takut banget waktu pada cerita horor tadi."

Ti Voglio BeneWhere stories live. Discover now