Hari ini hari pengumuman hasil tes untuk sbmptn anak bungsu. Ya, Leo laki-laki yang menjadi beban keluarga yang ditolak jalur undangan.
"Sayang? Udah siap?" ujar gadis dengan rambut hitam sebahu.
"Halo sayang? Baru sampai?" ucap Leo dengan nada lesu.
Daisy, gadis cantik yang selalu berada disisiku. Dia memegang dagu gue sehingga tatapan kami bertemu.
Daisy tersenyum sambil mengangguk meyakinkan Leo.
"Pasti bisa!"
"What if I can't?" lirih Leo.
"Just try another one! Ini cuma salah satu dari sekian banyak cara hey. Mana cowok aku yang penuh semangat?"
Leo menunduk lesu, entah kemana perginya semangat Leo yang membara.
"Hei, listen to me. Gapapa, gak perfect. Gapapa, gak jadi yang terbaik. Gapapa, buat salah. Gapapa, semuanya itu proses."
Daisy memeluk kekasihnya, menyalurkan rasa sayangnya yang tulus.
"Gapapa ya sayang? Gak semua PTS itu buruk dan gak semua PTN itu baik. Sukses itu datang dari diri sendiri bukan dari mana kamu nuntut ilmu. Kampus itu cuma perantara sayang, gapapa ya?" Daisy mencoba meyakinkan kekasihnya.
"Benar, kampus hanya perantara. Sukses dari diri sendiri tergantung kegigihan setiap orang meraih definisi suksesnya itu. Lalu, bagaimana kalau orang tuaku kecewa?"
Daisy menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Orang tua kamu adalah, orang tua terbaik yang ada di dunia ini. Aku tau, mereka tidak pernah menuntut kamu menjadi sempurna. Namun, kamu yang terlalu menuntut dirimu menjadi sempurna. Jangan terlalu keras kepada diri sendiri Leo. Life's too short, jadi ayo jalani hidup dengan semampu kita saja."
"Ayo, kita beli ice cream favorit kamu." Daisy menarik tangan Leo dan segera mengajak kekasihnya untuk membeli es krim kesukaannya.
Terkadang, dunia suka bercanda dengan kita. Ya, dunia sebercanda itu. Semesta mampu membolak-balikan perasaan kemarin hidup dengan perasaan senang, bisa jadi sedetik kemudian menjadi narah kan?
Kita yang harus pintar melakoni dunia yang penuh dengan candaan ini, semangat buat kalian yang sedang berjuang membuktikan kepada dunia bahwa kalian juga hebat!
