2.

18 4 3
                                    

wajib vote dulu sebelum membaca okey?

wajib vote dulu sebelum membaca okey?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Memasuki kelas dua belas, Arvan semakin giat belajar. Sore itu dia pulang sekolah dengan berjalan kaki, bosan karena biasanya menunggangi motor. Dengan hodie hitam, dia berjalan sambil bersiul-siul.

Tepat di halte bus, terdapat seorang gadis yang tidak asing di matanya. Dengan memakai seragam yang berbeda, Arvan perlahan mendekatinya.

Namun, cowok itu mengurungkan niatnya pada saat gadis itu meliriknya sekilas dan di ajak pergi oleh temannya.

Matanya melotot kaget melihat wajah gadis itu. Arvan sangat mengenalinya. Sangat mengenalinya. Savana Gemintang, gadis yang pernah menolak cintanya saat SMP dengan alasan  pada waktu itu dirinya itu seperti jamet.

Memalukan dan menyedihkan memang jika mengingat hal tersebut. Apalagi ditolak orang yang kita cintai, Arvan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Ternyata dia, Sava. Wajahnya masih sama. Sama-sama imut hehe, kayak dulu." gumamnya lalu tersenyum tipis.

Arvan melanjutkan perjalanannya.

***

Berhubung sebentar lagi kelulusan, Arvan tak henti-hentinya berdoa. Setelah itu, menatap Zean yang sepertinya banyak pikiran akhir-akhir ini.

"Lo kenapa, Ze? Pasti soal Arin, ya?" Arvan bertanya.

Zean menghela panjang."Iya."

"Lagian lo bodoh banget. Harusnya lo tau sifatnya Arin kayak apa, bukannya dari dulu kalian barengan terus 'kan? Bego sih. Bego banget." umpatnya kepada temannya itu.

Cowok itu mendengus."Sialan lo,"

"Amir ke mana? Tumben nggak ikut nongkrong ke sini."

Arvan melirik ke orang yang bertanya--Reja namanya. Dia adalah teman setongkrongannya di Warung Gubuk ini.

"Katanya sih lagi nyiapin mental buat besok." balas Arvan asal.

Reja tertawa."Oh kelulusan ya? Gue kok masih seminggu-an lagi."

"Yang sekolahnya negri nggak di ajak." ledek Arvan.

"Gue sekolah di negri juga jalur prestasi." sahut Reja tak mau kalah.

Arvan berdecak."Ck, emang lo pikir yang sekolah di swasta bodoh gitu?" tanyanya menaikkan oktaf suaranya.

ARSAVA [ON-GOING]Where stories live. Discover now