Unspoken: Forty One ― 41

230 43 28
                                    

Esok paginya, Seokjin langsung membawa Sojung dan Seolhee ke istana, untuk bertemu dengan Sohyeong, Namra, pun Saegyeong yang memang menanti kelanjutan kabar Im Sojung dan putrinya yang disembunyikan. Namun, karena Saegyeong masih punya tugas dan punya pertemuan di luar kota dengan para dewan, Seokjin, Sojung dan Seolhee akhirnya hanya bertemu dengan Sohyeong dan juga Namra.

Namra langsung memeluk putrinya ketika mereka bertemu. Dia mengungkapkan keterkejutan serta kekhawatiran atas rumor yang beredar beberapa waktu lalu. Dia juga cukup terkejut saat mendapat kabar dari Seokjin semalam, kalau Sojung diam-diam menjadi orang tua asuh tunggal untuk Seolhee Zhou yang kehilangan orang tuanya.

"Ibu tidak tahu harus senang atau merasa sedih saat mengetahui faktanya dari Seokjin, semalam. Tapi karena kau selalu menghindar sejak rumor beredar dan banyak orang yang menyerangmu, Ibu benar-benar merasa frustrasi. Ibu khawatir padamu, Im Sojung!" Namra mengatakannya di belakang telinga Sojung, saat wanita yang kini menjadi istri Kim Seokjin itu berada di pelukannya.

Sementara Im Sojung, dia sedang mengakui kesalahannya. Daripada menyangkal, Sojung memilih menepuk-nepuk punggung Ibunya dan mengucapkan permintaan maafnya dengan tulus. "Aku minta maaf, Ibu. Selain itu, terima kasih masih mengkhawatirkan putrimu yang sudah dewasa ini."

"Bagaimanapun, kau tetap akan menjadi bayi perempuan Ibu yang menggemaskan. Aigoo. Tiga puluh tahun berjalan lebih cepat dari yang Ibu kira." Namra merenggangkan pelukannya, lalu menangkup salah satu pipi Sojung dengan telapak tangannya. "Putriku yang cantik dan begitu berharga. Kau harus hidup dengan baik, dengan sedikit kekhawatiran."

Sojung menggenggam tangan Ibunya yang ada di pipi, kemudian tersenyum dan berkata, "Aku sudah hidup dengan baik selama ini. Seokjin dan Seolhee, masing-masing dari mereka membantuku merasa lebih bersyukur dan bahagia di kehidupan kali ini."

Mendengar ada nama baru yang terucap, Namra segera beralih pada gadis kecil yang berdiri di samping Seokjin. Dia meninggalkan Sojung, lalu menaruh atensinya pada Seolhee. "Kau pasti Seolhee Zhou, 'kan? Kenapa tidak datang padaku dan menyapa nenekmu?"

Ini kali pertama Seolhee dibawa ke keluarga Ibunya, pun diperkenalkan sebagai putri Wakil Pimpinan KBC itu. Seolhee begitu takut, dan dirundung keraguan dalam hati. Dia melirik ke arah Ibunya, yang memberikan tatapan untuk mendekat pada Namra pun memberi sapa. Saat dia melirik ke arah Seokjin, pria itu juga memberikan tatapan yang sama.

Berusaha melawan ragunya, Seolhee mengambil langkah maju. Dia menundukkan badannya, lalu menyapa kedua orang tua Ibu Asuhnya. "Halmeoni, Harabeoji, annyeonghaseyo!"

Melihat Seolhee membungkuk padanya, hati Im Sohyeong rasanya menjadi tergerak. Tadinya, dia tidak berpikir untuk berbicara daripada menyakiti hati gadis kecil yang dibawa Sojung dan suaminya. Dia mau mengabaikan Seolhee sama sekali. Namun, karena terlanjur ingin, Sohyeong akhirnya tetap berbicara. "Putriku mengambil keputusan besar untuk mengadopsimu. Dia memberikan kasih sayangnya, juga dukungan penuh untuk pendidikan dan masa depanmu. Aku harap, kedepannya kau tidak akan menyia-nyiakan itu."

Kalimat suaminya yang agak sensitif untuk didengar, membuat Namra merasa harus segera mengalihkan atensi Seolhee. "Seolhee, berapa usiamu? Kau duduk di bangku kelas berapa?"

"Aku sepuluh tahun, kelas empat sekolah dasar," jawab Seolhee.

"Wah ... kau hampir menjadi remaja," kata Namra. "Bagaimana di sekolah? Kau punya banyak teman?"

Seolhee menggelengkan kepala, mengulum senyumnya sebelum menjawab pertanyaan Namra. "Tidak begitu banyak, tapi itu cukup untuk menemaniku."

"Dahaengine," kata Namra sambil mengusak puncak kepala Seolhee. "Sekarang, karena Ibumu sudah menikah, dan kau punya Ayah baru, kenapa tidak minta mereka memberikanmu teman main di rumah? Teman-temanmu di sekolah, tidak bisa setiap saat menemanimu di rumah, 'kan? Kau akan merasa kesepian nanti, karena Ayah dan Ibumu adalah orang yang super sibuk. Kau tahu kalau mereka memang seperti itu, 'kan?"

UnspokenWhere stories live. Discover now