3×2=, Nerima.

1.2K 120 1
                                    

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

...

Rafael merasa ia dalam kondisi SANGAT gawat darurat. Tau mengapa? Lantaran dirinya seperti mulai menerima Hugo untuk menjadi temannya. Memberikannya simpati, oh. Mimpi buruk dimulai.

Dan tau apa yang mengejutkan?

INI TAK BISA DIBIARKAN! BELUM LAGI DIRINYA SUDAH MENERIMA KEADAAN BEDEBAH SATU ITU! HABISLAH RIWAYATNYA! Sebut saja Rafael denial, sepertinya lelaki itu tak akan mau mendengar biarpun nyatanya ia sedang menerapkan perasaan itu

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


INI TAK BISA DIBIARKAN! BELUM LAGI DIRINYA SUDAH MENERIMA KEADAAN BEDEBAH SATU ITU! HABISLAH RIWAYATNYA! Sebut saja Rafael denial, sepertinya lelaki itu tak akan mau mendengar biarpun nyatanya ia sedang menerapkan perasaan itu.

...

Sekarang juga. Rafael tetap menyangkal keputusan itu. Sudah hampir setengah jam usai pemotretannya tadi, ia mengabaikan semua pesan dari Pak Lele. Bahkan, manajernya, Moreno juga memberitahukannya perihal pak Lele yang sedari tadi mencarinya dan menyuruh para staff untuk menghubungi Rafael. Sungguh, pak Lele benar benar bertindak keterlaluan. Ia yang menuntunnya pada jalan kesuksesan, dan ia juga yang sepertinya akan menghancurkannya.

"El, asli. Pak Romeo daritadi ngehubungin gue. Mana sama antek anteknya pula, gue tau lo cape banget, mana tadi juga nyebur segala tapi bisa tolong datengin pak Romeo ga? Ini Hugo juga ngabarin gue mulu aduh." merasa tak enak, Rafael dengan rambut basahnya itu menunduk sambil meminta maaf dan tentu saja, mereka malah saling bermaaf maafan di mobil tersebut. Sebelum mereka mendengar ketukan jendela, diliatnya Hugo dan juga pak Lele. "Heh! Ga lagi lebaran!" mereka berdua tau itu yang dikatakan pak Lele, apalagi dengan gerakan mulut yang terlalu ketara itu. Moreno keluar dari mobil itu, disusuli Rafael yang keluar dengan wajah tertekuk.

Hafal dengan gelagat pak Lele, lelaki dengan rambut basahnya itu menutup telinganya. "Saya gamau dengerin omelan bapak!" kerasnya, membuat orang yang sudah menganga itu sukses menutup mulutnya lagi dengan hidung yang kembang kempis. Ia serasa ingin mendengus. Dan untungnya Hugo menariknya. Liatlah pak Romeo yang terlihat antusias itu, menyuruh Moreno untuk mengambil kamera di dalam mobil sambil tertawa dengan loncatan diantara kaki besarnya.

...

"Pfft, pak Romeo mingkem," ujar Hugo. Rafael sedikit kaget, mengingat lelaki itu seperti berada di kubu pak Romeo. Dan mengingat kejadian tadi, ia tertawa kencang. Sempat diusap punggungnya oleh Hugo sangking kerasnya kekehannya.

Temen Apa Temen? [✓]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu