Kultivasi

132 9 1
                                    

————— Kultivasi —————
Written by: Liana Varendra
[ami_lia]
——————————

Kultivasi merupakan metode untuk mencapai sebuah keabadian, tetapi tidak akan pernah mencapai keabadian jika mengalami peningkatan apapun. Semua orang ini mencapai tingkat tertinggi sebagai tanda dirinya spesial. Kesulitan tiap orang dalam mendapatkan kesempurnaan mencapai tingkat teratas kultivasi berbeda-beda. Semua orang di benua Human berlomba-lomba untuk memperoleh keabadian.

Benua Human merupakah salah satu wilayah pengguna kultivasi. Hal ini disebabkan perkembangan zaman. Ras manusia takut tergusur oleh kekuatan yang terus berkembang dari benua lainnya. Mereka pun meningkatkan kekuatan kultivasi sebagai perlindungan diri. Walau beberapa orang harus gagal dan terus mencoba. Kultivasi selalu diajari oleh orang tua sejak dini agar saat besar nanti tidaklah kesulitan dalam mencapai titik tertinggi. Ras human membekali diri mereka menggunakan kultivasi karena sejarah tidak pernah mencatat jika ras ini memiliki kekuatan seperti ras Fairy atau lainnya.

Sa gi, anak berusia lima belas tahun. Ia sudah mempelajari teknik mengaktifkan kultivasi. Sejak usia menuju sepuluh tahun, Sa Gi melatih tubuhnya agar terbiasa berlatih. Saat ini, Sa Gi sudah mencapai tahap satu pengguna Kultivasi. Mengaktifkan kultivasi dimulai dari latihan fisik agar tubuh tidak keram saat proses pengaktifan.

“Sa Gi. Kamu sudah selesai latihan?” tanya Hamey –Ibu Sa Gi.

Remaja lelaki itu menoleh, ia tengah bermeditas untuk mengaktifkan kultivasi. “Belum Ibu! Sedikit lagi!”

Hamey menatap putranya. Sa Gi selalu antusias dan bersemangat untuk bisa mencapai tingkat tertinggi dalam kultivasi. Padahal ia sendiri belum memperoleh keabadian, tetapi Sa Gi selalu berusaha agar bisa terus menaikkan tingkat kultivasi. Kemungkinan jika Sa Gi terus berlatih, maka bulan depan anak itu akan naik level untuk memperkokoh kultivasi.

Metode dalam mengaktifkan sebuah kultivasi di antaranya bersemedi. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan fokus sebagai pengantar menuju level memperkuat kultivasi. Jika sudah mendapatkan fokus, maka seseorang bisa naik level paling lama tiga tahun atau sebulan. Hal ini terganggu si pengguna dalam berlatih.

“Ibu sudah menyiapkan sarapan di meja. Jangan lupa untuk mengisi perutmu, Sa Gi,” pesan Hamey, kemudian masuk ke dalam rumah.

Sa Gi hanya mengangguk sekilas. Tiap pagi ia bersemedi di halaman rumah untuk mengaktifkan kultivasi. Maksud mengaktifkan ialah memberi fokus atau awal mula dalam mencapai sebuah keabadian. Ketenangan yang didapat membuat seseorang mampu meningkatkan kekuatan berupa ketahanan tubuh, sebelum mendapatkan keabadian. Tenang adalah kunci pertama.

Angin berembus kencang. Sa Gi merasakan suara alam begitu damai. Tidak tahu saja dirinya jika tubuh remaja ini sudah berada di atas angin. Ketenangan yang didapat bisa membawa seseorang seolah tidak memiliki beban hidup. Semua aspek menuju keabadian tentu harus dicapai. Keabadian artinya semua masalah hidup tidak lagi menghambat jalan seseorang dan membuat pengguna merasa tidak terusik oleh apapun. Sehingga muncul keabadian dalam dirinya.

Hamey memekik tertahan. “Sa Gi!”

Remaja berambut ikal itu membuka mata. Fokusnya terbelah karena suara melengking sang Ibu. Namun, ia terlambat. Tubuhnya jatuh dari ketinggian akibat terlalu fokus dalam mencari ketenangan. Sa Gi mengerjap, tangannya terasa dingin. Ia memejam, kemudian mencari ketenangan saat tubuhnya hampir mencapai tanah. “Calm.”

Tubuh Sa Gi tidak bertabrakan dengan tanah, ia lebih dulu melayang di udara. Sedangkan, Hamey bernapas lega saat Sa Gi hampir mengalami patah tulang. Ia menghampiri putra keduanya itu.

“Kamu ini, ya!” Hamey memeluk Sa Gi. “Jangan bikin Ibu khawatir!”

“Maaf, Bu.”

Sa Gi dan Hamey masuk ke dalam rumah. keduanya makan dalam diam. Namun, Hamey kembali dibuat terkejut oleh beberapa peralatan makan melayang di udara. Ia segera menatap tajam Sa Gi. Anak itu makan dengan tenang, bahkan Hamey ragu kalau Sa Gi menyadari jika ketenangan yang didapat memberi dampak di sekitar.

“Sa Gi! Kendalikan dirimu!” Hamey memberi peringatan.

Mata bulat itu terpejam, kemudian menatap sang Ibu. Ia tidak sadar sudah mengaktifkan kultivasi, sehingga benda di sekitar ikut melayang. Sa Gi meringis, lalu melanjutkan acara makannya. Selesai makan, Sa Gi menuju kamar. Ia melihat berbagai tokoh idolanya yang sudah menguasai titik tertinggi kultivasi. Suatu saat nanti ia ingin memperoleh keabadian untuk bisa memasuki sekolah ternama di benua sebelah.

Sa Gi kembali bersemedi di dalam kamar, barang-barang di kamarnya sudah melayang entah ke mana. Hal ini disebabkan aktifnya kultivasi. Tanda kultivasi aktif pada tiap orang berbeda-beda. Sa Gi membuat semua benda atau dirinya sendiri melayang dalam ketinggian yang jelas membahayakan.

“Reinforce.”

Seluruh benda di kamar Sa Gi melayang, bahkan sampai ke luar dari jendela. Tak lama, beberapa beberapa benda mulai retak, lalu hancur. Sa Gi masih tidak menyadarinya. Ia terlalu fokus untuk mengaktifkan dan memperkuat kultivasi.

Hamey tengah menjemur pakaian di halaman, ia senang dalam satu bulan lagi pasti Sa Gi sudah bisa naik level. Kemungkinan terbesat adalah Sa Gi diterima di sekolah impiannya. Namun, kesenangannya sirna saat melihat beberapa barang ke luar dari kamar Sa gI dalam keadaan retak. “Astaga! Anak ini kenapa lagi?”

Ibu dua anak ini berlari menuju kamar Sa Gi, ia mengernyit saat pintu kamar anaknya susah dibuka. Hamey menghirup udara, lalu mengeluarkannya perlahan. Ia fokus untuk membuka pintu kamar. “Open.” Barulah Hamey mampu membuka pintu ini. Saat masuk, Hamey dibuat terkejut oleh barang-barang yang hampir menjadi debu.

“Sa Gi!”

Anaknya ini tidak membuka mata saat ia berteriak. Hamey mengernyit kebingungan, jika seperti ini maka Sa Gi sudah masuk tahap penguatan kultivasi. Namun, hal ini terlalu cepat dari dugaannya. Hamey menggeleng, ia harus menghentikan Sa Gi sebelum anak itu menghancurkan seisi kamar.

Hamey menyentuh kepala Sa Gi yang melayang tidak terlalu tidak, setelah sebelumnya menyingkirkan barang-barang yang melayang dan membuat Hamey mencapai Sa Gi. Ia ikut memejam, kemudian mengucapkan beberapa kata agar semuanya kembali normal.

Sa Gi seolah berada di alam lain, tidak ada apapun di sekitarnya. Sama seperti biasanya saat latihan, Sa Gi masuk ke alam berbeda. Tubuhnya seringan bulu, ia menggenggam sebuah tongkat dari kayu. Namun, tongkat ini retak dan hancur. Hal ini tidak pernah terjadi, Sa Gi jelas panik. Ia tidak tahu mengapa tongkat itu bisa hancur. “Ada apa ini?” gumamnya.

Ia mencoba untuk mengembalikan kesadarannya menuju alam dunia, tetapi tubuhnya seolah terkurung. Ia tidak bisa kembali. Tak lama, sesuatu seolah membuatnya merasa hangat. Ia seperti ditarik secara perlahan menuju alam dunia. Tangannya digenggam oleh seseorang menuju cahaya terang.

“Sa Gi,” panggil Hamey pelan.
Remaja lima belas tahun itu mengerjap, tubuhnya berada di atas kasur. Beberapa barang hancur. “Ada apa ini, Bu?”

“Kau sudah naik level, Nak.”

Jurusan Fantasi The WWGWhere stories live. Discover now