25. MEREKA TAU?

9.7K 596 62
                                    

"Nih minum dulu jus nya."

Orang itu menatap Zeline yang baru keluar dari dapur. "Cepet jelasin." ucapnya tak sabaran.

Zeline menghela napas, memijit pelipisnya karena tiba² kepalanya terasa pusing. ia harus menjelaskan darimana? apa dari Fadhlino mulai menculiknya? Ck,gila saja. yang ada dirinya di kasarin lagi sama Fadhlino.

Sedangkan tersangka satunya, malah memasuki kamar tamu dengan santainya tanpa melihat wajah memelas Zeline yang seakan meminta tolong untuk menjelaskan.

"Jelasin apa, Seena? cuma pelukan sahabat, bukannya itu wajar?"

"Udahlah Zel, jelasin aja. gue tau kok kejadian di parkiran." Seena tersenyum miring, ia melirik lelaki di sampingnya yang memasang wajah terkejut, sama seperti Zeline.

Seena menggeser sedikit duduknya agar berdempetan dengan lelaki di sampingnya, "Gue juga liat lo lagi ngepalin tangan, Reiki."  bisiknya.

Kepala Zeline menggeleng brutal. "Seena,ini semua enggak seperti yang kamu pikirin,"

"Kalau semua itu benar, bukan urusan lo juga kan."

Tiga orang yang duduk di ruang tamu menoleh menatap orang yang baru saja menuruni tangga. Fadhlino, lelaki itu berdiri dengan bersedekap dada, tak lupa senyum miring menghiasi wajah tampannya.

"Fadhlino?" Zeline menghampiri lelaki itu. "Kamu jangan gitu, entar kamu ketahuan."

Lelaki itu menaikkan satu alisnya. "Lo harusnya seneng dong, kan bisa bebas dari gue."

"Emang segampang itu kamu bakal lepasin aku?"

Fadhlino terkekeh, ia mengusap surai hitam Zeline. "Lo tau gue, Zeline. Bahkan, ancaman tentang keluarga lo itu,masih berlaku." gumamnya menatap Zeline dalam.

Dua orang yang merasa terabaikan itu mendengus. Seena berdiri,memperlihatkan ponselnya yang menayangkan satu video. "Cowok kasar kayak lo, emang harus di kasih pelajaran, Dli."

Mata Fadhlino menajam menatap video yang di sana, dirinya mendorong kasar Zeline masuk ke dalam mobilnya. saat hendak mengambil, tangan Seena lebih dulu di tarik kebelakang.

"Enggak semudah itu, Fadhlino." ucap Seena dengan santai.tapi sedetik kemudian ia mengernyit menatap Fadhlino yang mennyeringai.

"Yakin?"

Sret.

pyarrrrr..

Fadhlino terkekeh melihat Seena yang menatap nanar ponsel yang sudah hancur tidak berbentuk. "Bangsat! ponsel gue."

"Gue yakin dia nggak punya salinannya." seseorang yang melempar ponsel Seena tadi menghampiri Fadhlino.

"Thanks Cak. sepertinya, gue harus jelasin sesuatu sama lo."

"Enggak perlu, gue udah tau semuanya."

"Hah?!"

"Wihh, rame nih?!"

Semuanya tersentak kompak mereka menoleh ke arah pintu, disana Azzam dengan setelan kemejanya dan jaz kantor yang berada di lengan.

"Kenapa pada diem?" Pandangan Azzam terpusat ke bawah, ponsel Seena yang hancur. "Ini ponsel siapa?

Kelima remaja itu saling pandang.

**

"Seena plis, aku mohon jangan kasih tau kakak."

Seena mendengus, ia menatap tajam Lelaki yang duduk bersama caka, pandangan Fadhlino tidak lepas dari Zeline yang berada di sampingnya.

"Lo kenapa sih?kayanya kekeh banget buat lindungin cowok kasar itu!"

Behind The Gaze Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang