33. Pilihan sulit

1K 158 28
                                    


  Semenjak kejadian kemarin un1ty lebih banyak diam, mereka seperti asik dengan kegiatan masing-masing.

"Bang kenapa suasana rumah jadi kaya gini sih?" Tanya Fajri.

"Gua bingung ji, lu tau sendiri kita lagi di situasi sulit."

"Gua juga bingung bang, gak bisa buat apa-apa."

"Bang, ji tuh martabak di makan,"kata Fiki yang meyerahkan satu kotak martabak.

"Thank Fik."

"Fenly di mana?" Tanya Fajri.

"Lagi sama Zweitson." Jawab Fiki.

Fajri menghela napas,"Dia masih usaha bujukin Zwe?"

"Ya begitulah."

.

.

"Zwe, gua tau tugas kita gak gampang, selain kita harus bertanggung jawab dengan kerjaan, kita juga harus di hadapkan dengan kasus misteri."

"Gua capek Fen, gua ingin kerja sewajarnya tanpa ada hal lain."

"Iya gua tau, kalo boleh jujur gua juga pengen banget semua nya selesai bahkan gua pernah sepemikiran dengan lu saat ini, tapi.."

Fenly menjeda ucapan,"Tapi gua ingat orang-orang yang sayang gua, itu udah bangga dengan apa yang di kerjakan gua saat ini."

"Gua juga begitu Fen, gua sadar dengan kerjaan saat ini, gua bisa menghidupi keluarga gua tapi rasa nya gua gak kuat."

"Lu pasti kuat,gua yakin lu bisa!"

"Lu pikir dengan berkali-kali gua hampir mati, itu gak bikin gua capek hah!" Teriakan Zweitson menggema di kamar itu.

Fenly terdiam, mendengar luapan emosi Zweitson.

"Kenapa lu diem?!

"Ini ada apa sih?" Kata Farhan yang tiba-tiba masuk, di ikuti member lain.

Keduanya terdiam.

"Zweitson minta pulang bang,"jawab Fenly.

"Kenapa harus ribut, kan nanti bisa izin buat beberapa hari kalo emang mau pulang."

"Gua gak mau balik lagi,"kata Zweitson sambil menatap semuanya.

Semua tersentak kaget, saat mendengar ucapan Zweitson.

"Becanda lu gak lucu Son,"kata Gilang.

"Terserah kalian mau anggap gua becanda atau enggak, intinya gua udah capek di sini."

"Kita bisa bicarakan semua baik-baik, jadi jangan ngambil keputusan dengan cepat,"kata Shandy.

"Kalian ngerasa gak sih, semenjak kita gabung di Boyband ini kita selalu banyak masalah apalagi soal ngurusin masalah gaib," kata Zweitson yang mengutamakan uneg-uneg nya.

"Ya gua juga ngerasa begitu, cuma mau gimana ini udah menjadi bagian dari tugas kita,"kata Fiki.

"Terus lu mau sampai kapan bertahan? Sampai lu mati?!" Tanya Zweitson, dengan tatapan tajamnya.

Fiki terdiam, lalu menghela napas,"Gua masih percaya Tuhan, dan gua yakin lu juga sama."

"Gak selama nya nasib kita baik Fik, buktinya kemarin kita hampir mati kan?!"

"Son lu biasanya gak gini, lu yang selalu kasih semangat sama kita tapi kenapa sekarang begini?" Kata Fajri.

"Gua juga punya titik lemahnya ji, gua capek aja hidup di hantui banyak misteri."

"Lu mau lari ke manapun, mau mutusin buat pulang juga percuma Son. Karena keistimewaan lu gak akan pernah ilang bukan masalah tempat nya," kata Ricky

Zweitson terdiam, perkataan Ricky menohok hatinya.

8 Anak Indigo | EndWhere stories live. Discover now