chapter 9

3.7K 78 0
                                    

Setelah belanja bahan makanan dan membayanga mereka keluar untuk menyimpannya di mobil lalu kembali masuk lagi di mall dan naik ke lantai 3, di sana ad banyak toko pakaian dan sepatu.

"Selamat datang pak dek ad yg bisa saya bantu?." Ucap karyawan salah satu toko yg menjual pakaian dalam wanita.

"Cari ukuran nya, sana ikut." Suruh raga pada karyawan lalu Fasya ikut karna tatapan raga selalu saja membuatnya menurut.

Jujur raga sedikit malu karna banyak orang yg menatapnya aneh tapi mau bagaimana lagi tidak mungkin juga Fasya memakai bra yg tidak muat lagi apalagi ia seorang dokter jadi ia tau apa yg benar dalam hal ini.

"Sudah pak ini tagihannya." Pegawai tadi kembali bersama Fasya dengan paper bag.

"Ini." Raga mengeluarkan black card miliknya untuk membayar.

"Ini terima kasih pak." Setelah pegawai itu mengembalikan kartunya raga dan Fasya pun meninggalkan tempat itu.

"Awhh!." Tiba-tiba seseorang menabrak Fasya hingga Fasya terjatuh dan mengadu kesakitan.

"Astaga maaf, saya buru-buru tadi." Ucap wanita yg menabraknya tadi.

"Perhatikan jalan anda." Ucap raga, wanita itu ternyata mengenal raga dia adalah Luna dokter magang di rumah sakit.

"OMG!!!, Dokter Mahesa kebetulan sekali kita bertemu disini." Ucapnya antusias yg awalnya membantu Fasya ia langsung melepasnya begitu saja hingga Fasya sedikit terhuyung kembali.

Ck,ngapain coba manggil nama dokter Mahesa, semoga Fasya gk dengar!.Batin raga tanpa menggubris.

"Ada yg sakit?." Tanya raga pada Fasya, ia agak menunduk untuk melihat Fasya karma tinggi mereka yg jauh.

Ishhh, siapa sih ni cewe! . Kesal Luna dalam hati.

"Gak kok pak." Jawab Fasya yg sudah baik-baik saja.

"Ayo." Raga langsung menarik tangan Fasya untuk menjauh dari Luna kebetulan sepertinya teman Luna juga memanggilnya.

......

"Minggu ini saya tidak akan ke sini jadi, mulai besok kamu akan homeschooling saya sudah bicara dengan pihak sekolah. Dan iya tadi itu teman saya namanya Dio dia akan ke sini untuk mengecek keadaanmu dan adik saya akan ke sini untuk menemanimu di rumah tenang saja dia seumuran dengan kamu dan kamu juga tidak akan kesepian." Jelas raga, sudah malam mereka sudah makan malam dan raga akan pulang, sebelum itu ia akan menjelaskan Fasya dulu apa yg harus ia patuhi, raga juga Masi takut sebenarnya karna sepertinya Andre akan tidak tinggal diam setelah tau Fasya di usir dri rumahnya.

"Iya pak."

"Ini ponsel baru saya sudah memasukkan nomor saya,adik saya, Dio, dan juga bibi kamu. Selain nomor itu jangan angkat nomor yg tak di kenal. Dan besok guru kamu akan datang bersama Dio selain guru,Dio dan adik saya jangan pernah membuka pintu untuk orang lain! Ngerti!." Segala peraturan ini harus di taati Fasya terlihat jelas semua penekanan katanya.

"Iya pak." Jawab Fasya mengangguk, ia pikir sepertinya pak raga ini adalah tipe orang yg pengatur.

"Jangan manggil saya pak!." Lama-lama raga kesal jika Fasya memanggilnya pak, apakah dia setua itu?.

"Panggil raga aja." Usul raga.

"Kak raga saja, gimana?." Usul Fasya, sekarang ia sudah jauh lebih nyaman berbicara dengan raga.

Raga mengangguk ok saja kalau kakak yg penting jangan pak.

"Ok saya pulang." Raga pulang dan Fasya pun mengunci rumah dari dalam.

"Bu Fasya beruntung sekali bisa bertemu dengan kak raga dia sangat baik." Ucap Fasya merenung mengingat ibunya.

Selain ibu dan bibinya ternyata Masi ad yg baik kepadanya seperti raga, yah meski banyak aturan tapi Fasya yakin raga orang baik.

Raga sampai di kediaman Wardana dan segerah masuk.

"Ma Riya mana?." Tanya raga.

"Tumben cari Riya?." Heran mamanya.

"Ad urusan, oh iya mah raga izin bawa Riya seminggu nginep di rumah yah." Usul raga ia harap mamanya tak curiga.

"Mau ngapain?, Di sana pasti kalian bertengkar terus."

"Dia pasti bosen selama libur ma kan mama juga bisa punya waktu sama papa tanpa gangguan Riya." Ucapan raga ada benarnya, Lilyana pun mengangguk setuju tanpa curiga.

"Ketuk pintu dulu ihhhh!." Riya kaget saat raga langsung masuk.

"Besok sore kamu ke rumah nanti di antar Dio, di sana kamu nginep seminggu tenang aja kamu ad teman. Tapi jangan kasi tau mama kalau kamu punya teman di rumah kakak." Raga mencoba untuk menjelaskan kepada Riya, yg kesal padanya.

"Gk mau!." Tolak Riya mentah-mentah.

"Ok gk mau berarti rahasia kamu aku ngasi tau mama." Ancaman ini berhasil membuat Riya menciut.

"Iya-iya!, Emang siapa teman kakak?." Tanya Riya pasrah.

"Ad, siapin aja baju buat seminggu sore besok Dio ke sini." Jelas raga mencium puncak kepala adiknya lalu prgi.

Sekarang semua sudah beres raga akan tenang saat pergi nanti.

"Pa, malam ini raga berangkat ke new York buat hadiri pelatihan program kerja sama dengan rumah sakit." Ucap raga duduk di sofa.

"Lo katanya Riya mau ke rumah kamu?." Bingung Hendra tadi istrinya bilang kalau Riya mau ke rumah raga.

Raga menceritakan semuanya tentang Fasya kepada Hendra, dan Hendra juga setuju hitung-hitung dirinya akan punya waktu bersama istrinya. Raga tau papanya akan tidak banyak bicara tapi jika Lilyana sudah pasti akan heboh, lebih baik Lilyana tak tau dulu.

......

"Ingat besok tugas loh!." Ucap raga pada Dio, mereka sudah di bandara bersama beberapa dokter.

"Ya ellah sip!." Dio mengacungkan jempolnya.

Pengumuman bagi penumpang yg akan ke new York sudah di intruksikan untuk segera naik karna pesawat akan take off sebentar lagi.

"Tuh anak kenapa sih tiba-tiba peduli banget sama orang lain biasanya b aja?." Bingung Dio pasalnya raga. Tipikal orang yg gk mau mencampuri urusan orang lain tpi ini malahan sudah kelewat dari asumsinya.

Keesokan paginya Dio bergegas lebih pagi untuk memeriksa Fasya sesuai perintah raga, Dio juga kasihan sama Fasya bisa-bisanya anak seumurannya harus merasakan pahitnya kehidupan. Tak lupa Dio menghubungi guru yg akan menghendel pelajaran Fasya di rumah.

"Halo?, Bu gimana apa saya perlu menjemput ibu?." Dio menanyai guru itu di Balik telfon.

"Iya, saya sudah ad di depan komplek pak raga tapi saya belum kesana."

"Baiklah saya ke sana tunggu di tempat ibu." Dio menancap gasnya pergi.

Setelah beberapa menit Bu Cika, guru yg akan mengajari Fasya menunggu mobil Ferrari Dio berhenti dan mengintruksikan guru itu untuk masuk.

"Terimakasih pak dio." Ucapnya Bu Cika.

"Its oky Bu." Jawab Dio ramah, lalu ia menancap gas ke rumah raga.

Dalam perjalanan Bu Cika membicarakan metode pelajarannya, ia hanya akan ke sana seminggu sekali selebihnya pelajaran akan melalui online dan semua itu sudah raga tau. Bu Cika adalah salah satu guru di sekolah swasta raga memilihnya karna usulan dari kepala sekolah Fasya sendiri.

"Kalau boleh tau nak Fasya ini kenapa di homeschooling? Pasalnya tinggal beberapa tahap lagi dia akan lulus ." Tanya Bu Cika.

"Untuk itu saya juga tidak tau ini semua kemauan pak raga." Ucap Dio datar, ia juga tak bisa mempercayai Bu Cika jadi lebih baik mengantisipasi.

Halo!!!

Lagi apa niccc? Hehehe

Jangan lupa follow akun author yah

Doctors RulesWhere stories live. Discover now