chapter 2

9 3 1
                                    

Ketika Anza sedang mengerjakan pr Vera di dalam perpus.

"Za, gue mau ke toilet dulu ya, kebelet nih"sambil memegang perut Vera izin kepada Anza, dan membawa tasnya.

"oh iya"

Beberapa jam kemudian Anza selesai mengerjakan pr nya, tetapi Vera belum juga kembali, dengan positive thinking Anza masih menunggu Vera kembali.

lama dan berjam jam Anza menunggu Vera tetapi Vera belum juga datang.

Akhirnya, Anza memutuskan untuk mencari Vera, takutnya ada sesuatu terjadi padanya, seluruh lorong sekolah dia kunjungi, seluruh toilet yang ada di sekolah di telusuri tetapi batang hidung Vera belum juga terlihat.

"Hei nak, nyari siapa?" ujar seorang satpam yang sedari tadi melihat Anza kebingungan mencari sesuatu.

"Bapak ngelihat teman saya, dia cantik,tinggi, rambutnya panjang, memakai tas warna putih?"tanya Anza dengan menyebutkan ciri ciri Vera secara detail dengan rasa khawatir dan bingung.

"oh, bapak melihat anak itu sudah pulang 3 jam yang lalu"jawab pak satpam dengan sangat pasti kalau yang dia cari adalah Vera.

Vera sangat terkenal disekolah hampir seluruh rakyat sekolah mengetahuinya karna kecantikannya.

"Ooh trimakasih pak,kalaugitu saya izin pulang dulu ya pak"Seperti ditusuk duri bunga mawar, " Aku terlalu melihat keindahan bunga mawar sehingga lupa kalau dia memiliki duri" gumam dalam hati Anza.

Itulah kondisi hati Anza, dia baru menyadarinya kalau dia tengah dimanfaatin oleh Vera,gadis sekaligus orang yang pertama kali yang mau berkomunikasi dengannya dari seluruh siswa di sekolah ini sekaligus cewek pertama yang membuat hati Anza merasa kecewa.

Anza pun pulang dengan rasa kecewa dan sedih, ditengah perjalanan dia berhenti dan berbaring di tengah ladang rumput yang sangat bersih sejuk dan hijau, di sebuah taman kecil yang menjadi tempat Anza dikala dia merasa sendiri, marah, maupun sedih.

"Kenapa Vera melakukan itu? Apa seburuk itukah aku?"penuh tanda tanya di dalam hati Anza dengan posisi berbaring melihat keatas langit biru dan bentuk awan yang sangat indah bagaikan selimut yang menenangkan hatinya dikala lagi sedih dan mau menenangkan pikirannya, sehingga dia lebih menerima atas apa yang telah terjadi.

"Langit, bisakah kau mengangkat harga diriku dan hidupku setinggi engkau? " dengan rasa berharap Anza meminta kepada langit walaupun dia tau kalau itu sangat sulit dan hampir mustahil.

Hari sudah sore dan dia lupa kalau dia harus memasak untuk ibunya yang hampir pulang kerja.

"mati aku, ibuk sebentar lagi pulang, Aku belum masak."panik dan tergesa gesa larilah Anza meninggalkan taman itu, menuju rumah yang jarak kurang lebih 50 meter dari taman,dia harus memasak untuk ibunya sebelum dia pulang.

"aduh mati aku"itulah kalimat yang Anza ucapkan sepanjang perjalan berlari menuju rumahnya.

"Semoga ibuk belum pulang"harapan yang Anza ucapkan dalam hatinya.

Ketika sampai dirumah dengan nafas ngos ngosan Anza langsung menuju dapur dan mengambil alat masak, kemudian mulai memasak.

...

Brush
siram air panas ke kaki Anza
"Dari mana aja kok baru pulang, gak usah pulang sekalian,ibu tadi pulang gak ada makanan, kamu itu hanya disuruh masak susah banget, ibu paling gk suka sama laki laki yang tidak tanggung jawab, ingatkan?" bentak ibu dengan suara keras sehingga membuat tetangga mendengar seperti nya.

"Yaallah, panas buk"sentak Anza sambil terlompat lompat karna tidak kuasa menahan rasa air panas itu, dengan cepat Anza pergi ke kamar mandi untuk membasuhnya dan mengoleskannya dengan odol sambil menahan sakit Anza.

"Maaf buk tadi lagi membantu teman, jadi sore pulangnya."ujar Anza dengan nada tersendak sendak ketika sudah keluar dari kamar mandi.

"Lainkali ibuk tidak akan memaafkan kalau sampai terulang lagi, ibuk tidak peduli kamu mau kemana yang penting sebagai laki laki kamu harus bertanggung jawab! "ujar ibuk memberi nasehat dengan metode memarahinya.

"Iya buk"sambil menganggukkan kepala, Anza tau sebenarnya ibuk tidak sejahat ibu tiri di film film karna ibu hanya murka jika Anza tidak bertanggung jawab, entah apa dasar sehingga ibuk begitu benci kepada orang yang tidak bertanggung jawab mungkin, karna ayah.

"Yaudah pergi ganti baju sana! trus makan"perintah ibuk dengan nada ketus dan datar.

Segera pergi ke kamar Anza untuk berganti pakaian dan kembali untuk makan.

Setelah itu, dia pergi ke kamar untuk melihat dan mencari informasi tentang menjadi pengusaha, sambil membuat gelang untuk mengisi waktu kosongnya, dan sesekali mencari informasi tentang beasiswa ke luar negri, sesekali dia mendaftar walau belum yakin kalau dia siap ke luar negri.

**
Kriing kriing...

Jam menunjukkan pukul 06.00 dan seperti biasa, Anza sudah bangun dan dia mulai membersihkan rumahnya.
Diawali dengan kamarnya sambil mendengarkan musik di hp yang ia taruh dipojok ruangan supaya menggema bak sound system walau terkadang masih ada iklan pengganggu yang membuat Anza kesal. Tetapi Anza sudah terbiasa dengan hal itu.

Di rumah tinggal Anza sendiri. Ibu pastinya sudah pergi bekerja. Dia berangkat dari pagi-pagi sekali, karna dia bekerja memetik teh.  Jadi, harus pagi-pagi sekali untuk mendapatkan teh yang segar.

Sesudah itu ibu pergi ke tempat laundry untuk melanjutkan mencari nafkah karna tidaklah cukup hasil hanya dari memetik teh, maklum hanya ibuk yang mencari nafkah untuk bertahan hidup dan membiayai aku sekolah.
Anza sangat kagum dengan wonder woman itu, walau kadang marah dan menghukum Anza. Tetapi, semua itu demi kebaikan Anza pastinya.

Anza mempersiapkan alat alat sekolah dan seragamnya tak lupa dia mempersiapkan beberapa gelang yang dia buat tadi malam untuk dijual kesekolah tak peduli laku atau tidak. Anza selalu mencoba karna itulah yang harus dilakukan oleh setiap pengusaha.

**
Bel bunyi kurang 5 menit lagi Anza memanfaatkan kesempatan itu untuk menawarkan gelang dagangannya walau sangat sulit dilakukan untuk sosok pendiam seperti Anza. Tetapi, dia tetap memaksakan diri supaya dia bisa merubah hidupnya, karna hal besar dimulai dari hal kecil

Anza menawarkan dagangannya kepada seluruh teman teman disekolahnya kecuali Kevin dan gang, karna mereka pasti tidak akan membeli, yang ada mereka akan mengejek, dengan omongannya yang seperti iblis kejam dan jahat itu.

Menatap kevin kepada Anza seperti pertanda kalau dia akan memanggilnya.

"Woi, oon"benar saja kevin memanggil dengan panggilan yang mengundang amarah itu, dan menoleh Anza dengan perasaan tidak suka.

"sial"ucap Anza dengan suara kecil supaya Kevin tidak mendengar keluhannya.

"Sini, lo! " bentak Kevin memerintah Anza mendekat.

Dengan rasa tidak nyaman Anza menghampiri tempat duduk Kevin.

"Cepetan lelet! Lama banget jalan. " ucap Kevin, membuat Anza menambah tempo berjalannya.

SKYANZAWhere stories live. Discover now