Chapter 18 : Serangan Kejutan

31 9 8
                                    

Lilac bergeming. Matanya terbelalak dan tubuhnya kaku, melihat banyaknya darah dari makhluk berkaki banyak itu tumpah ke permukaan salju. Dia tidak tahu apa yang sudah dirinya lakukan. Tubuhnya bergerak sendiri dan sekonyong-konyong menyerang makhluk itu.

"Lilac!" teriak Exe menghampiri Lilac. Dia memegang pundak remaja tersebut dan membuatnya tersadar dari gemingnya.

"Kau tidak apa-apa? Tadi itu ... hebat sekali," ujar Exe kagum sambil mengacungkan jempol pelan-pelan.

Lilac menggaruk tengkuknya. "Kak, aku bahkan tidak tahu aku bisa melakukannya," ucap Lilac.

Exe tertawa pelan. Tangannya memukul pelan pundak Lilac. "Kurasa ini adalah kekuatan yang sama saat kau menyelamatkan Hillarośa," ucapnya.

Lilac mendelik. Sedikit tidak percaya dan juga kaget. Namun sepertinya perkataan Exe ada benarnya. Hanya saja, Lilac menyayangkan dirinya yang tidak bisa memunculkan kekuatannya itu ketika dia menginginkannya. Itu menyebalkan.

"Ah, apa kalian baik-baik saja?" teriak Krysanthe sembari berlari menghampiri Lilac dan Exe. Sontak Lilac hanya mengangguk.

Krysanthe menghela napas lega. "Syukurlah. Apa yang sebenarnya terjadi? Kekuatan apa itu?" tanyanya sambil menatap pedang cahaya yang masih berada di genggaman Lilac.

Seketika Lilac tertegun. Dia mengangkat pedang itu hingga sejajar dengan mata. Benda itu masih bersinar saat dia mengangkatnya. Namun, sontak cahaya dari senjata asing itu memudar. Memunculkan bentuk asli dari mata pedang yang berwarna silver dengan kilatan emas di tengahnya. Pegangan pedang tersebut juga memiliki ujung pita berwarna kuning keemasan yang menjuntai.

Lilac terperangah. "Woah!"

Krysanthe terbelalak. "Wah!"

Exe menutup mulutnya. "Oh astaga. Senjata yang terlihat kuat," pujinya.

Lilac menatap Exe terperangah. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pedang yang berada di genggamannya itu. Sepanjang maja memandang bilah pedang, saat itu juga bola mata Lilac berubah menjadi emas. Selaras dengan warna garis di pedangnya.

"Ini ... indah," gumam Lilac.

Exe terkesiap. Dia sadar telah membuang waktu. "Kita tidak punya banyak waktu. Bagaimana dengan Cleve dan Thunder?"

"Oh, iya!" Krysanthe terbelalak dan segera berbalik. Mendapati Thunder dan Cleve yang masih terjebak di salju. Sontak, Exe dan Lilac pun ikut mendekati.

Tampak Gala sudah kelelahan karena Thunder dan Cleve yang seperti sudah ditanam di dalam saljut tersebut. Saat Exe dan Lilac hendak mengeluarkannya, tiba-tiba saja Lilac merasa pedang di tangannya tertarik ke suatu tempat.

"Eh? Lilac! Ada apa denganmu?!" teriak Krysanthe.

Lilac memekik. "Aku tidak tahu! Pedang ini menarikku!"

Tubuh Lilac terseret karena tarikan kuat dari mata pedangnya. Membuat kakinya menimbulkan bekas di salju. Lilac berusaha menghentikan pedang itu, tetapi tidak bisa. Alhasil, Exe langsung berlari mengejarnya untuk berusaha menghentikannya. Namun, semua sia-sia, Exe hanya membuat dirinya terpental ke belakang.

"Akh! Tolong berhentilah!" teriak Lilac.

Sontak pedang itu langsung berhenti tepat di depan monster besar yang kepalanya sudah tertebas itu. Seketika Lilac tertegun. Dia meneguk air liurnya dengan susah payah. Membayangkan makhluk itu ialah makhluk yang sudah dirinya kalahkan. Dan kini jasadnya terbelah menjadi dua bagian juga karena dirinya.

Darah makhluk itu masih mengucur, lalu tiba-tiba potongan tubuh makhluk itu bergetar. Lilac hendak berjalan mundur, tetapi pedang di tangannya tidak mengijinkan. Bahkan tangannya seperti merekat pada pegangan pedang itu. Seketika, dua orang pria tiba-tiba melompat keluar dari potongan tubuh makhluk itu. Kedua pria itu kemudian mendarat tepat di hadapan Lilac.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Grandpa's Key [Rewrite]Where stories live. Discover now