| CHAPTER 14 | TAWURAN

7K 1.6K 243
                                    

Absen dulu sini

Kenalan yuk! Siapa nama kalian?

Sekarang kesibukan kalian apa?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Selamat membaca 💓

---000---

"Mara lo liat sempak gue nggak?" Tanya Malbi.

"Lo pakek," jawab Maratungga tanpa menoleh sambil menyelesaikan lukisannya.

"Bukan yang itu, Mar! Kalo itu mah tiap hari gue juga pake."

"Yaudah ngapain nanya?"

Malbi berdecak. Maratungga ini sebenarnya mengerti tapi pura-pura bodoh atau memang dia beneran bodoh sih? Kalau berbicara pada Maratungga memang harus mendetail dan banyak-banyak bersabar.

"Gue tadi pagi jemur sempak di halaman kok nggak ada?!" Seru Malbi heboh.

"Kalo nggak terbang ya di colong orang gila," jawab Maratungga cuek.

"Mar, jangan bercanda!"

"Lo pernah liat gue ngelawak?"

Malbi reflek menggeleng. Benar juga sih, dari zigot Maratungga orangnya membosankan. Ekspresinya selalu itu-itu saja, datar seperti papan triplek.

Sepertinya kalau dalaman Malbi dicuri orang gila itu sedikit tidak mungkin karena ia tidak pernah melihat ada orang gila yang berkeliaran di sekitar sini. Kemungkinan besar dalamannya itu terbang dibawa angin.

"Makanya kalo jemur sempak itu dijepit Babi!"

"Jepitan lo dikit, habis buat jepit sempak lo sendiri!" Protes Malbi.

"Ya lo beli sendiri lah! Pinjem sekali dua kali wajar, elo pinjem tiap hari. Itu namanya nggak tau diri."

Malbi diam. Ucapan Maratungga tadi berhasil membungkamnya. Lagipula ia di rumah Maratungga hanya menumpang sebagai tamu.

Maratungga juga perlu mencuci dalamannya sendiri. Kadang ia dan Malbi mencuci dihari yang sama, untungnya dalaman mereka tidak pernah tertukar meskipun di jemur di tempat yang sama. Jumlah jepit jemuran yang dimiliki oleh Maratungga terbatas sehingga Malbi harus mengalah.

"Ck! Pelit lo. Liat aja ntar gue beli jepit jemuran se-ember buat jepit sempak gue semua!" Sahut Malbi. "Awas aja lo sampe minta."

"Hem, yaudah bagus," jawab Maratungga cuek.

Tinggal berdua bersama Malbi lama-lama bisa membuat Maratungga gila karena cowok itu selalu punya seribu satu tingkah aneh-aneh. Tapi setidaknya tanpa disadari kehadiran Malbi mampu mengusir rasa kesepian yang dirasakan Maratungga sepeninggalnya Cakrawala. Tinggal bersama Maratungga ada untungnya juga bagi Malbi, pelan-pelan sifat manjanya mulai terkikis. Dulu ketika di rumah apa-apa yang melakukan adalah si bibik, sekarang semua harus Malbi lakukan sendiri dari mulai mencuci pakaian, menyapu, hingga menjemur pakaian.

Awalnya Malbi melakukan pekerjaan rumah itu terpaksa karena takut diamuk oleh Maratungga. Ya kali ia minta dicuciin daleman sama Maratungga. Bisa kena gebuk dia sama Mara. Hingga sekarang ia lama-lama menjadi terbiasa.

"Elo sampe kapan mau numpang di rumah gue?"

"Sampai batas waktu yang tidak ditentukan."

Jawaban Malbi mendapatkan pelototan tajam dari Maratungga. Malbi meneguk ludah karena merinding, Maratungga kalau sudah memasang tampang begitu jadi seram.

Pesan Terakhir Cakra ; Coretan MaratunggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang