BAB 51: Prolog Kelinci ke-3.

3.5K 539 118
                                    

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.

ooOoo


ARIA terduduk pada sofa empuk di ruangan khusus-nya di Dinasty. Tangannya menyilang di dada, berlagak angkuh, dagunya terangkat sedikit, matanya menyorot tajam. Keangkuhannya tidak sesuai dengan senyuman yang mengukir di bibir.

Duduk seperti seonggok daging bertulang tak bermakna empat Teletubbies di hadapan Aria. Satu manusia transparan pula terlihat di ujung ruangan tengah bermain catur milik Aria, dan satu manusia tampan tapi tengil juga sedia hadir di belakang Aria, menggantung dirinya di kursi belakang Aria dengan dagu ditaruh sembrono pada sebelah pundak Aria.

The Laws: Azazel, Karel, Dieter dan Lucy, Bryle dengan catur, dan Kings yang seperti anak baik-baik bergelantungan bak parasit di belakang Aria.

Berbisik seperti godaan sayton pada Aria, Kings berkata, "Aria, kau itu cerdas, tapi aku bisa mengerti kenapa kau sampai bisa ditipu seperti ini. Kau hanya terlalu baik karena percaya pada teman-temanmu."

Azazel, Karel, Dieter dan Lucy yang tengah disidang, melirik pada Kings yang menebar pertikaian terang-terangan antara mereka dan Aria.

"Apa? Aku mengejekmu diam-diam? Membicarakanmu di belakang? Itu tidak mungkin." Kings membicarakan kesalahan yang The Laws tuduhkan kepada Kings hingga Aria pergi keluar rumah.

Pembelaan Kings dibalas Aria dengan menolehkan kepalanya bersama senyuman tipis. "Tidak pernah?"

Kings segera berdehem dan mengoreksi kalimatnya. "Ehem ... maksudku--aku tidak--"

"Ya," Aria menjelaskan sendiri koreksi Kings, "Paman tidak pernah menjelek-jelekkan aku di belakang, tapi selalu di depan."

Kings menjetikkan jarinya, "yes, that my girl."

"Itu bukan pujian ass***."

Everyone, "..."
'Dia marah, Aria marah.'

The Fake Teletubbies was-was untuk bersuara, pembelaan yang sudah disiapkan menjadi tak berguna, tertahan di ujung lidah mereka. Bahkan Bryle yang biasanya selalu memprovokasi---kini mengambil sikap yang tepat untuk diam.

Tapi di saat tegang-tegangnya seperti itu, pihak yang jelas dimarahi malah acuh tak acuh, berkata, "akan kuadukan kau pada orang tuamu karena aku bicara yang jahat-jahat."

"Lalu apa? Aku lakukan tindakan kriminal pun, tidak ada di antara dua orang itu yang perduli," jawab Aria.

Sedih sebenarnya, sampai orang lain di sana jadi merasa tak enak hatinya, merasa malang untuk Aria.

Tapi kembali dengan sembrono tanpa melihat jauh ke depan tentang ucapan yang keluar dari mulutnya, Kings membalas, "itu karena kau anak yang jahat."

"Maaf? Apa Paman bilang?" Aria tidak terima dengan ucapan Kings.

"Jadilah anak baik seperti aku," Kings memamerkan dirinya, "kau juga harus bersyukur, kau masih memiliki orang tua. Aku? Aku memang punya orang tua, tapi mereka bukan orang tua kandungku. Sebenarnya aku ini anak yatim-piatu, tapi ini rahasia ya, jangan bilang siapa-siapa." 😄

"..."

"Sekedar memberitahu saja, bukan rahasia namanya kalau Paman berkoar-koar seperti itu di depan orang banyak." Aria memberikan isyarat dengan dagunya tentang keberadaan The Laws dan Bryle. Biasanya Paman ini memang abai dengan keberadaan orang lain dan asyik pada orang-orang yang penting bagi dirinya saja.

Di tengah interaksi kedua orang itu, The Laws dan Bryle agak heran, walau marah tapi Aria terus menanggapi Kings. Kings juga, kenapa dia semudah itu membuat interaksi tanpa memikirkan apa akibatnya nanti?

KINGS: ThemisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang