23. takdir?

244 8 0
                                    

Kalya sedang agak longgar waktunya malam ini, ia memilih untuk membaca buku pemberian Raka, ada beberapa buku yang Raka beri, semuanya tentang psikologi. Kalya memilih salah satu dulu yang ingin ia baca. Raka pintar memilih buku, ia memilihkan yang akan sepertinya terpakai untuk kuliah. Kalya sangat berterima kasih

Kalya jadi tidak sabar untuk menjenguk Raka besok, semoga Raka sudah baikan

___________

Raka sudah bangun sore ini, meski sempat mimisan lagi, tapi ia tak terlalu menghiraukannya

"Ka? Dah enakan?" tanya Kalya yang baru datang. Ia sempat kaget melihat wajah Raka yang sangat pucat, pipi tirusnya begitu kentara. Air matanya langsung jatuh, tapi ia langsung menghapusnya, tak ingin Raka sedih

Raka tersenyum,"ke taman rumah sakit ini yuk"

"Bolehlah, mau cari udara segar ya? Aku cari kursi roda dulu bentar" Kalya beranjak keluar

"Itu ada, punyaku"

"Ini punyamu?"

"Iya. Bunda kadang bawa aku ke taman"

"Oo..kuylah kalo gitu"

Kalya membantu Raka turun dari tempat tidur, lalu duduk di kursi roda. Kalya mulai mendorongnya keluar

Sesampainya disana tampak tidak terlalu ramai, sempat hening sesaat karena Kalya dan Raka menikmati pemandangan

"Kal, makasih banyak ya atas segalanya. Makasih karena udah sayang sama aku, makasih banget"

"Iya, ngapain pake makasih segala. Kamu harus bayar kebaikanku dengan bahagiain aku kelak" ah, apa-apaan ini? Kalya malu jadinya,"eh? Gak gak, gak jadi"

Raka tertawa pelan,"tapi kalo aku gak bisa ngelakuin itu, aku harus balas pake apa Kal?"

"Lah, ngapain gak bisa? Kamu dah gak sayang aku lagi ya?" Kalya cemberut

"Bukannya gak mau, tapi gak bisa"

"Maksudnya?"

Raka melepas kalung yang dipakainya selama ini, satu-satunya petunjuknya untuk menemukan ibunya, hartanya yang paling berharga. Kalung yang berliontin cincin itu, ia pasangkan di leher Kalya,"aku cinta kamu, selamanya"

Kalya heran,"aku juga. kenapa kamu kasih ke aku?"

"Kalya..sepertinya..takdirku adalah untuk bertemu kamu, bukan bertemu bundaku"

"Maksudmu apaan sih?" Kalya mulai menyadari arah pembicaraan ini. Ia mulai menangis

"Kalya, Kalya, Kalya, aku ingin mengucapkan ribuan kali namamu lagi sebelum gak bisa lagi. Tidak, jutaan, milyaran, tak terhitung. Aku sungguh gak ingin berpisah denganmu"

"Aku gak butuh kamu ucapin namaku jutaan kali atau milyaran atau lebih..aku cuma butuh kamu selalu di sisiku"

"Aku selalu di sisimu, ini buktinya" ucap Raka sembari menggenggam cincin yang adalah liontin kalung itu

"Aku ingin wujud nyatamu, bukan ini"

Kalya bergerak untuk melepas kalung di lehernya, tapi Raka menahannya,"jangan, kumohon..kurasa waktuku gak banyak lagi Kalya"

"Gak ada, gak boleh ngomong kayak gitu. Gak boleh Raka!! Banyak orang yang sayang sama kamu, kamu gak sayang mereka? Aku gimana? Kamu tega ninggalin aku?"

"Aku boleh peluk kamu nggak?"

Kalya mengangguk sambil tetap menangis. Raka memeluknya

Rasanya nyaman sekali, Kalya tidak rela jika tak bisa lagi merasakan pelukan ini

Smiling BoyWhere stories live. Discover now