Bawah sungai

107 38 19
                                    

Ellery bersembunyi cukup lama, dia terlalu takut untuk mengintip apalagi pergi keluar.

"Apa mereka masih mengejar? Apa diluar sudah aman? Bagaimana jika aku keluar? Tapi bagaimana jika mereka ada dan membantai lagi?" Ellery terus-menerus berpikir dalam isak tangis.

Ellery pun membulatkan pikirannya, dia keluar dan berlari menuju hutan, dalam keadaan malam dingin dengan langit berwarna navy menyertai. Ellery tidak membawa apa-apa, bahkan alat penerang sekalipun, dia hanya membawa keyakinan dan kepercayaan diri saja.

Akan tetapi, musibah datang menghampiri. Ellery salah melangkah dan tergelincir masuk ke dalam jurang gelap lagi menakutkan. Sebelum mencapai dasar, Ellery berguling cukup lama, dan berakhir pada sebuah pohon rindang yang berdiri kokoh dekat sungai, dia terbentur. Ellery terbentur sangat keras, sehingga dia kehilangan kesadaran hingga pagi hari.

        Keesokan harinya, matahari terbit serasa lebih awal dari biasanya, sinarnya juga sangat terang memancar, seakan ingin membangunkan Ellery yang tergeletak malang di tepi sungai, dan rupanya sinar sang surya berhasil, Ellery terbangun karena...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan harinya, matahari terbit serasa lebih awal dari biasanya, sinarnya juga sangat terang memancar, seakan ingin membangunkan Ellery yang tergeletak malang di tepi sungai, dan rupanya sinar sang surya berhasil, Ellery terbangun karena sinarnya yang amat sangat terang.

"Au kepalaku pusing," ucap Ellery sembari menepuk lembut jidat-nya.

Ellery melihat sekeliling untuk mencari tahu keberadaannya sekarang. Melihat sekeliling dan merangkak sebentar menuju sungai. Tenggorokan-nya terasa kering, dia melihat ke bawah sungai untuk meminum air. Namun, dia melihat seorang wanita aneh di sana, kulitnya berwarna hitam dan berambut kribo.

"Aaaa!!" teriak histeris Ellery. "Siapa di sana!"

Dia terkejut sekaligus takut, dia memundurkan tubuhnya untuk menjauh dari sungai. Tentu saja Ellery merasa takut, karena ini adalah pertama kalinya dia melihat sosok aneh tersebut. Dia memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya. Tanpa sengaja dia menundukkan kepala, dan melihat warna tubuhnya yang menjadi coklat. Ellery kebingungan. Sepertinya dia tidak mengingat akan kejadian kemarin.

"Apa yang ...." ucap Ellery terpotong. Matanya terbelalak, sebuah ingatan melesat pada pikirannya. Dia teringat akan kejadian buruk kemarin.

Ellery mendekati sungai kembali, duduk di tepian dan memandangi rupa barunya. Ellery menganggap dirinya sebagai makhluk aneh dan buruk rupa, berjam-jam dia melamun, menatap dirinya sendiri dari pantulan air sungai. Ellery terus memikirkan solusi untuk menjadi seperti dulu, putih dan cantik.

Ellery menangis, air matanya jatuh dan membuat air sungai sedikit tergoncang. Dari situ, pasang mata Ellery menangkap sesuatu dari dalam sana. Terlihat sesosok pria tampan dengan kaki terjerat akar tanaman jalar. Pria itu memiliki kesamaan seperti Ellery, ia memiliki rambut keriting cantik dengan kulit berwarna coklat manis, yang ter-selimuti blazer putih terawang. Dia sangat indah, layaknya sebuah karya seni yang diukir oleh semesta. Matanya lelap terpejam dan hatinya bersinar terang dalam air dingin, terasa hangat.

Melihat hal itu Ellery jadi panik, dia bingung harus melakukan apa. Tapi sebuah ide masuk dalam pikirannya, dia melepas sandal rotan miliknya dan mulai menyelam. Ellery sangat kesusahan di bawah sana, karena minimnya pencahayaan, dan susahnya bernapas dalam air. Akan tetapi, dia tidak menyerah, terus mencoba mendekat dan menyelamatkan sang pria.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Ellery berhasil mendekat. Ellery memegang dada sang pria yang bersinar, dia juga menggoncang-goncang tubuh sang pria agar terbangun, dan ikut bersama ke daratan. Tapi tidak diberi jawaban, sang pria terus saja terdiam, matanya menjelajah sekitar, melihat ke bawah kaki pria tersebut. Terlihat beberapa akar yang saling mengikat kakinya, Ellery berenang lebih dalam lagi, mencoba memutus ikatan tanaman itu, tetapi tidak berhasil, Ellery malah membuat kaki sang pria itu menjadi memerah. Ellery pun kembali ke atas 'tuk mengambil nafas.

"Apa yang harus ku lakukan?" Ellery menatap langit.

Setelah mengambil nafas, Ellery kembali ke bawah. Kali ini dia memeluk tubuh pria itu dan mulai berenang ke atas. Ellery berpendapat bahwa cara ini akan membuahkan hasil. Tapi tidak, itu membuat keadaan semakin buruk, cahaya yang ada di dalam hati pria itu perlahan redup, seiring jauhnya pria itu tertarik.

Ellery jadi khawatir, dia menempatkan pria itu pada daun talas besar yang tidak jauh darinya. Namun, keadaan tidak berubah sedikit pun dan malah sebaliknya. Rupanya, Ellery tidak mengetahui bahwa semakin jauh pria itu tertarik, maka otomatis lilitan akar semakin kencang, dan itu juga membuat cahaya pada hati sang pria meredup. Hal itu mengakibatkan sesak nafas bagi sang pria, cahaya itu membantu membuatnya bernapas dalam air, tetapi tidak membuatnya tetap hangat, meski terasa hangat jika disentuh dari luar.

Ellery mengecek hati dan kaki sang pria. Dia melihat kembali akar yang membelit kaki sang pria yang 'tak mau lepas, akarnya terlalu kuat sehingga memerlukan alat untuk lepas. Secepat mungkin dia berenang, menuju daratan dan berkeliling mencari benda tajam. Apapun itu, entah kerang maupun pecahan kaca. Namun, yang berhasil di temukan hanyalah sebuah batu, batu ramping berbentuk lonjong.

"Tak masalah biarpun hanya batu." Mengambil batu tersebut dan segera mengasahnya menjadi lancip serta tajam. Setelah tajam, berlari kencang menjeburkan diri lagi.

Dalam keadaan khawatir dia kembali, takut akan kondisi sang pria yang semakin memburuk. Ternyata benar, matanya langsung disuhukan oleh sinar hati sang pria yang semakin redup dan hampir hilang. Laju berenang-nya semakin meningkat, berusaha keras memotong akarnya dengan batu tadi, dan kali ini usahanya berhasil. Pria itu terbebas, dan cahaya pada dadanya pun seketika mati, serta matanya pun terbuka sedikit.

        Ellery sangat senang dengan ini, dia bergegas memeluk dan membawanya ke daratan, walau sangat berat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ellery sangat senang dengan ini, dia bergegas memeluk dan membawanya ke daratan, walau sangat berat.

Ellery menepatkan sang pria pada tempat yang terkena cukup cahaya matahari, bermaksud menghangatkan tubuh dingin itu.

"Bangunlah, ini membuat ku bingung." Mengusap wajah sang pria yang tertutup rambut. Ellery juga menghalangi wajah sang pria dari cahaya matahari.

EKSOTIS || Pre OrderWhere stories live. Discover now