12. Has End

1.7K 129 23
                                    

Tiga hari kemudian.

Selama tiga hari ini Jeffrey hanya kerja setengah hari. Itu saja dilakukan di rumah dan membuat sekretarisnya harus bolak-balik dari rumah dan kantor berkali-kali. Padahal, Joanna sudah minta untuk ditinggal saja di rumah sendiri. Asal di dekatnya ada makanan dan air.

"Sudah semua, kan? Kalau begitu jangan telepon-telepon lagi, ya? Kalau ada pekerjaan lagi, masukkan pada agenda besok pagi."

Ceklek...

Jeffrey membuka pintu kamar Joanna. Di sana, dia melihat si wanita yang sedang rebahan seperti biasa. Dengan iPad yang berdiri di atas perutnya. Karena dia sedang menonton drama.

"Mau makan siang apa? Aku buatkan."

Jeffrey duduk di tepi ranjang. Mengintip apa yang sedang ditonton Joanna. Lalu beralih menatap wajah si wanita yang sudah mengantuk sekarang.

"Terserah. Aku mau tidur sekarang."

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu keluar kamar, meninggalkan Joanna guna memasak makan siang. Karena selama tiga hari ini dia yang menyiapkan makanan. Sekaligus membantu Joanna berbenah.

Satu jam kemudian Jeffrey kembali. Dia membawa makanan banyak sekali. Nasi, tumis cumin pedas asam manis, ayam dan brokoli crispy.

"Malah tidur!"

Jeffrey mulai meletakkan makanan di atas meja. Agak jauh dari ranjang, agar Joanna tidak bangun sekarang. Lalu mengambil iPad di perutnya. Kemudian diletakkan pada atas nakas.

Perlahan, Jeffrey membenarkan selimut Joanna. Lalu mematikan lampu kamar setelah membuka jendela. Membiarkan angin segar menerpa wajahnya.

Ucapan Jeffrey waktu itu tidak ditanggapi Joanna. Karena dia merasa jika Jeffrey hanya membual saja. Atau justru hanya ingin mempermainkan dirinya.

3. 39 PM

Joanna baru saja membuka mata. Kamarnya tampak gelap. Membuatnya lekas merogoh samping ranjang guna mencari ponselnya. Agar dia bisa menelepon Jeffrey sekarang.

"Jeffrey?"

Panggil Joanna setelah merasakan punggung Jeffrey yang ada di sampingnya saat ini. Tidur memunggungi dirinya saat ini. Sembari memeluk guling yang seharusnya berada di tengah-tengah mereka saat ini.

"Hmm? Kamu sudah bangun? Lapar, ya? Jam berapa sekarang?"

Jeffrey membalikkan badan. Menatap Joanna yang sudah membuka mata lebar-lebar. Menatapnya kesal karena Jeffrey telah tidur di sampingnya.

Bukannya sok suci atau apa. Badan Jeffrey lebih besar dari Joanna dan kaki pria itu sedikit mengenai gipsnya ketika bergerak.

"Iya, aku lapar! Bangun sana!"

Joanna mulai mendudukkan diri. Sedangkan Jeffrey, dia sudah bangun dan turun dari ranjang saat ini. Berniat menghangatkan masakan yang sempat dibuat tadi. Karena dia juga belum makan siang dan ikut tidur bersama Joanna sampai sore ini.

"Jeffrey, aku mau kembali ke panti setelah ini."

Jeffrey yang masih mengerjapkan mata mulai menolehkan kepala, menatap Joanna dengan kedua mata yang sudah terbuka lebar. Bingung mungkin saja. Sebab wanita itu tiba-tiba berkata demikian. Seolah-olah dia tidak diperlakukan baik olehnya.

"Kenapa? Apa aku kurang---"

"Aku tidak nyaman diperlakukan baik olehmu. Katakan, apa sebenarnya tujuanmu? Karena saham itu? Aku akan membaginya denganmu. Tapi berhenti bersikap baik padaku!"

Karena aku tidak mau semakin bergantung padamu!

Jeffrey langsung mendekati Joanna. Menatap kedua matanya lekat-lekat. Dengan wajah sedih tentu saja. Sebab perasaan tulusnya justru dianggap hanya pura-pura saja.

EVERY START, HAS ENDWhere stories live. Discover now