2. Hadiah Pertama

27K 5K 1K
                                    

Semenjak tahu bahwa Adinata memiliki hubungan dengan Gayatri Mandanu, Lestari pernah merasa bahwa perasaan dan pengakuannya pada Adin adalah sesuatu yang salah. Setiap kali ia berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit kamarnya, dia merasa begitu jahat karena menyukai kekasih orang lain. Meskipun saat itu dia belum tahu bahwa Adin sudah memiliki pacar, tetap saja perasaan bersalah itu terlalu sulit untuk ia hilangkan.

Moza pernah berkata padanya bahwa mencintai seseorang bukanlah sebuah kejahatan. Perasaan cinta pada dasarnya bersifat murni, tapi itu akan menjadi kejahatan jika seseorang menyalahgunakan perasaan itu untuk merusak kebahagiaan orang lain. Moza juga berkali-kali mengatakannya pada Lestari bahwa tidak apa-apa jika dia menyukai Adin, tapi karena Lestari orang waras, ada sesuatu dalam hatinya yang memaksa untuk terus mundur. Jadi begitu gadis itu mendengar sendiri bagaimana Adinata berkata bahwa dia berkencan dengan Gayatri Mandanu, Lestari berpikir bahwa tidak segala hal bisa berjalan sesuai kemauannya. Adinata adalah cinta pertamanya, dan begitulah cinta pertama itu berakhir.

Meskipun cinta pertama itu harus ia paksa untuk selesai tanpa sempat memulai, Lestari memutuskan untuk bersikap biasa-biasa saja, seolah tidak pernah ada sesuatu yang serius pernah terjadi antara dia dan Adin. Harusnya kedekatan mereka bisa benar-benar diselesaikan setelah masa jabatan mereka di organisasi habis, tapi karena Lestari terlanjur berjanji pada pemuda itu bahwa dia akan tetap menjadi teman baik, maka hubungan antara dia dan Adin jelas tidak boleh mengalami kerenggangan.

Seperti hari ini, ia masih bisa bersikap normal saat bertemu Adin di kelas Sejarah Indonesia meskipun dalam kepalanya masih berkecamuk kekhawatiran-kekhawatiran yang tak berarti. Apakah laki-laki itu benar sedang melakukan pendekatan seperti kata Moza barusan, atau dia memang sedang tidak ada acara dan bosan makanya dengan iseng menghubunginya?

"Ja, Moja!" desis suara Arga terdengar ketika salah satu kelompok berada di depan kelas untuk menjelaskan materi yang sudah mereka himpun selama seminggu belakangan ini.

Moza mendengar itu. Bahkan dia juga merasakan bagaimana si kunyuk itu mencolek bahunya dengan bagian pangkal bolpoin, tapi karena dia tahu panggilan dari Arga pasti berakhir tidak penting, dia memutuskan untuk tidak menoleh.

"Mojaaaa." anak itu masih mendesis, sedikit khawatir kalau suaranya menganggu anak-anak yang lain. "Lo punya permen nggak? bagi dong."

"Nggak ada." jawab Moza, masih enggan menoleh ke belakang.

"Bohong! Gue tahu lo bandar permen. Segala macam merek permen pasti ada di tas lo, jadi nggak mungkin lo nggak punya!" Seru Arga, masih dengan suaranya yang nyaris seperti berbisik. Karena meskipun agenda pertemanannya dengan Moza dipenuhi dengan berbagai macam pertengkaran--mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang paling serius--Arga tahu betul bagaimana seorang Karenina Sa Moza menyukai permen. Itu juga alasan kenapa Moza sering sekali dijuluki sebagai bandar permen di jurusannya.

"Kalau lo yang minta, gue nggak punya!" Moza akhirnya mendesis kesal. Tingkahnya yang terlihat seperti sedang antipati dengan Arga membuat Lestari yang duduk di sampingnya merasa tergelitik. Saat gadis itu memutuskan untuk menoleh ke belakang, ia justru tanpa sengaja menemukan sepasang mata Adinata menatap ke arahnya. Sorot mata itu membuat dadanya kembali berdegup seperti hari-hari di mana ia jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan pemuda itu.

Lestari jelas tercekat. Ia mencengkeram bolpoinnya cukup kuat sebelum akhirnya memalingkan wajahnya untuk kembali pada teman-temannya yang masih melakukan presentasi. Namun, tatap mata itu jelas menjadi masalah baru yang tidak bisa ia enyahkan begitu saja. Suara Arga masih seberisik sebelumnya, tapi ditempatnya duduk, Lestari justru terjebak dalam keramaian isi kepalanya sendiri.

"Moja, ish! Gue ngantuk banget anjir, bagi permen dong."

"Nggak!"

"Manusia jenis apaan sih lo? pelit banget!"

Meant 2 Be✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang