15. Orang Ketiga

14.6K 3.7K 481
                                    

Selama mata kuliah berlangsung, Lestari tahu bahwa diam-diam sekelompok gadis yang berada di ujung ruangan tengah membicarakannya. Tak jarang Lestari juga menemukan mereka memberikan tatapan merendahkan. Awalnya Lestari mencoba tak peduli, tapi lama-kelamaan dia berakhir jengah. Maka dengan satu tarikan napas, ia menoleh ke arah pojok dan menghardik mereka cukup keras. "Kalian kalau nggak bisa diam, mending keluar aja! Sadar nggak kalau keberadaan kalian bikin yang lain jadi nggak konsen?!" ada tatapan marah sekaligus getir dalam sorot matanya yang tajam. Gadis-gadis itu terdiam, begitu juga dengan dosen laki-laki yang saat ini diam memperhatikannya dari depan.

"Lestari? Ada masalah?" tanyanya, sadar bahwa ada yang berbeda dari anak didiknya itu. Lestari hanya menggeleng, diam-diam dia juga merutuki kecerobohannya karena membuat gaduh di dalam kelas.

"Maaf, Pak. Mereka bikin saya nggak bisa konsentrasi." jawabnya, lalu kembali fokus pada layar proyektor.

"Saya harap semuanya bisa mengikuti mata kuliah saya dengan tenang. Terutama kalian yang di belakang, ada yang seru? Saya perhatikan dari tadi kalian juga nggak memperhatikan penjelasan saya." gadis-gadis itu tak berkutik. Satu per satu dari mereka hanya menunduk dan mendesiskan kata maaf yang nyaris tak terdengar sama sekali. "Kalau memang tidak berkenan mengikuti kelas saya, silakan keluar." pungkas dosen 30 tahunan tersebut. Ucapannya terdengar tenang, tapi dalam waktu yang bersamaan mampu menyudutkan beberapa murid yang masih saja tak bisa diam.

Sementara ditempatnya duduk, Adinata tegugu. Tidak pernah terlintas dalam kepalanya bahwa Lestari akan membungkam kerisuhan dari bangku paling pojok dengan suara selantang itu. Mereka adalah sekelompok anak-anak perempuan yang setiap harinya tak luput membicarakan trend ini dan itu. Tak hanya di kelas ini, di kelas-kelas lain pun mereka selalu ribut sendiri ditengah mata kuliah yang berlangsung. Biasanya, tak ada yang peduli dengan mereka. Mata kuliah tetap berlangsung meskipun kelakuan mereka cukup menyebalkan. Namun, hari ini seseorang berhasil membuat mereka berhenti bicara. Hari ini, seseorang meneriaki mereka dengan suara lantang, juga tatapan marah yang begitu kentara.

Tetapi, lebih dari itu, tingkah Lestari jelas membuatnya terganggu. Gadis yang duduk 2 bangku di depannya itu tiba-tiba saja mengabaikannya. Pesan yang ia kirimkan sebelum meninggalkan sekretariat hanya dibaca oleh gadis itu. Padahal yang ia kirimkan adalah sejenis pertanyaan, jadi sudah seharusnya gadis itu membalasnya dengan jawaban. Tak cukup sampai di sana, senyuman dan lambaian tangannya juga tak berbalas ketika mereka berpas-pasan di depan kelas. Gadis itu hanya melewatinya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Jangankan bersuara untuk menyapa, ia balas tersenyum pun tidak.

"Din," di tengah ributnya isi kepala, Arga tiba-tiba menyenggol kakinya. Anak itu mendesis, bahkan mencondongkan tubuhnya agar bisa bicara sedikit lebih jelas. "Lo udah buka twitter belum?"

Adin jelas mengernyit, dia tidak setertarik itu mengulik media sosial, jadi untuk apa dia membuka aplikasi burung tersebut ditengah pembelajaran seperti ini? Akhirnya, ia tak menggubris ucapan Arga dan kembali menulis catatan di dalam bukunya.

"Heh! Gue serius!" tak puas, Arga kembali menendang kaki Adin. Sampai anak itu mendelik ke arahnya dengan raut wajah kesal.

"Apaan sih?!" sentaknya, meski tak cukup keras.

"Buka twitter! Cewek lo dibully habis-habisan di sana!" titah Arga, yang detik berikutnya pura-pura berdeham sebab Pak Reza--dosen mereka--sudah menatapnya dengan pandangan sengit.

Ada sesuatu yang menyengat dadanya saat Arga berkata demikian. Maka secara diam-diam, ia menegakkan punggungnya dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Tak butuh waktu lama untuk mencari tempat di mana aplikasi tersebut bertengger, kemudian ia menekannya, mencari tahu apa yang ramai sampai-sampai Arga berkata bahwa Lestari sedang dibully di sana. Akan tetapi timeline yang ia gulir sejak tadi tak memberikan jawaban apapun, jadi ia memutuskan mencari tahu lewat tanda pencarian. Detik setelah ia menekan lambang tersebut, dunia Adinata seperti sedang berhamburan. Ada tagar Justice For Gayatri yang bertengger di urutan nomor satu, sebab telah dicuit sebanyak 10 ribu kali oleh netizen.

Meant 2 Be✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang