18. Talking About 'Cocok dan Pas'

16.4K 3.6K 975
                                    

Dulu, setiap kali organisasi mereka membutuhkan dana tambahan, Adin adalah satu-satunya orang yang paling gencar menyalurkan kreatifitasnya melalui makanan. Entah itu cookie, pudding, atau makanan-makanan high quality lainnya. Entahlah, pemuda itu benar-benar memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi kalau soal makanan. Bahkan pernah, Arga sengaja membuat promosi gila untuk dansos organisasi mereka, "Buy 2 dessert boxes and get 1 set of signed Adinata photocards." Bodohnya, tetap saja ada yang membeli. Hal itu juga yang terkadang membuat Lestari menjadi maklum. Dia sedang berkencan dengan laki-laki yang memiliki popularitas cukup banyak. Selain dulu pernah menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa dan mantan kekasih runner up Miss Indonesia, dia juga seorang penulis muda paling pupoler setahun belakangan ini. Karya-karyanya melejit, bahkan beberapa di antaranya telah diterjemahkan dalam 3 bahasa.

Lalu bicara soal kemampuan memasak laki-laki itu, agaknya Lestari jadi minder. Dia bisa memasak, tapi kalau soal rasa, sepertinya Adinata memiliki kemampuan lebih baik daripada dia yang notabene seorang perempuan.

"Lo yakin mau hapus akun?" tanya Adin sekali lagi. Memastikan bahwa kekasihnya itu telah bulat dengan segala keputusannya. Sementara Lestari hanya mengangguk, sambil terus mengunyah makannya. Akhirnya, setelah memastikan bahwa Lestari yakin dengan permintaannya, Adinata mengakhiri proses penghapusan akun tersebut. "Kalau dalam satu bulan lo nggak aktifin, ini bakalan otomatis kehapus secara permanen."

"Bagus lah. Eneg gue sama komentar-komentar fans lo." kata Lestari, hanya untuk membuat Adin meringis. Benar, kekacauan ini dimulai dari dirinya. Kalau saja dia bisa mengendalikan orang lain, mungkin sudah dari bulan lalu ia mengendalikan mereka semua agar tidak membenci Lestari. "Lo nggak perlu nunjukin wajah bersalah kayak gitu. You know that you can't control other people to do what you want."

"Gue ngerti, tapi tetap aja gue ngerasa power gue nggak berguna di situasi ini."

"Berguna kok." sambung yang perempuan. "Buktinya sekarang gue nggak mati kelaparan, listrik gue nggak jadi mati, terus gue juga nggak jadi sedih. Itu juga salah satu power yang lo punya, kan?"

Adin jelas tergelak. Apalagi saat Lestari terus menyendokkan nasi ke dalam mulutnya hingga kedua pipinya terlihat semakin gembul. Gadis itu terlihat sangat menikmati makanan yang dia buat. Jadi bagi Adinata, setidaknya itu cukup.

"Omong-omong, lo masih sering ketemu Gayatri?" tanya Lestari.

Dua bulan yang lalu, ia sempat bercerita kepada Lestari bahwa ia bertemu lagi dengan Gayatri. Dengan penuh kehati-hatian, Adinata berusaha memberi pengertian bahwa tidak peduli bagaimana pun statusnya dengan Gayatri saat ini, dia tidak bisa benar-benar mengabaikan gadis itu. Hubungan Gayatri dengan keluarganya masih baik, jadi setidaknya, Adin ingin menghargai itu--sebagai teman lama, tentu saja. Untungnya, Lestari tidak memberikan reaksi berlebihan seperti seorang pacar yang cemburu setengah mati pada mantan pacar kekasihnya. Gadis itu bersikap terbuka.

"Sering sih enggak, tapi dua hari yang lalu gue ketemu sama dia di Segarra. Bulan depan, kakak gue yang nomor dua mau nikah. Karena Gayatri lumayan deket sama calon kakak-kakak ipar gue, she helped quite a lot." terang Adinata, lagi-lagi ia menemukan Lestari mengangguk tanpa memberikan reaksi yang berarti. "Lo nggak lagi cemburu, kan?" selidiknya. Beberapa detik setelahnya, Lestari tertawa.

"Jujur sih iya, tapi gue tahu lah hubungan dia sama keluarga lo kayak gimana. Semuanya gue kembalikan sama lo. Kalau lo emang biasa-biasa aja sama dia, ya gue akan sangat berterima kasih dan cukup menghargai pertemanan lo sama dia. Tapi kalau emang sebaliknya, please tell me as soon as possible before I get hurt."

"Nggak akan lah."

"Nggak akan apa?"

"Dua-duanya. Punya rasa buat Gayatri dan nyakitin lo." pungkas Adin. Setidaknya, pernyataan itu cukup membuat Lestari merasa baik-baik saja. Gadis itu bahkan kembali menikmati makanannya seolah tidak ada pembicaraan serius yang baru saja mereka lakukan. Ternyata benar kata orang-orang, good food is medicine for a bad mood.

Meant 2 Be✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang