Gandi menatap Hema dengan horor, pria itu menatap Hema tanpa ekspresi sedikitpun membuat gadis yang ditatap jadi ciut dan menunduk sambil memilin jemarinya, tatapan tajam itu seakan menghunus Hema yang sudah sangat ketar-ketir sekali.
"Bagus kamu bicara seperti tadi? Ucapan kamu itu sudah keterlaluan Hema, kamu tidak bisa bertindak semau kamu atas orang lain, tidak semua orang lain tahan akan ucapan asal jadi yang kamu lontarkan." Ujaran penuh nada tegas dari Gandi membuat Hema memonyongkan bibirnya.
"Lagian gedek, ceweknya Pak Gandi asal nyosor seenak jidat."
"Hak dia bukan urusan kamu." Hema menaikkan alisnya, lalu memicing sinis.
"Dasar om-om sama tante-tante! Pacaran kok seks bebas, sulit." Hema bangkit dari duduknya dan hendak berlalu pergi dari ruangan Gandi namun langkahnya berhenti karena tangannya dicekal.
Hema menoleh, memelototkan mataya kearah Gandi yang memandangnya sayu. Hema menatap dari atas hingga bawah tubuh Gandi, lalu memandang rendah pria itu.
"Apa?" Tanyanta ketus.
Gandi malah mendekatkan langkahnya menuju Hema, membuat gadis itu sedikit mundur. Gandi menarik Hema lebih dekat dengannya lalu menempelkan keningnya dengan kening Hema.
"Calon isteri saya harus menurut." Hema menelan ludahnya, hey! Tadi dirinya hanya jahil bukan betulan.
"Saya tadi cuma bercandain pacar Bapak, bukan beneran jadi calon isteri Bapak." Ujarnya, berusaha melepas tangan Gandi namun sulit.
"Lepas Pak sakit." Ujarnya sambil meringis, Gandi nampak tidak perduli pria itu malah menarik pinggang Hema hingga mereka benar benar menempel sekali.
Hema memalingkan wajahnya membuat Gandi meraup dagu gadis itu, menatap mata cerah kecoklatan Hema dengan garis legam miliknya.
"Hema, boleh saya jatuh cinta sama kamu?" Hema kini diam seribu bahasa, apa tadi? Jatuh cinta? Yang benar saja!
"Haha, gila! Lepasin!" Sentakan Hema tidak berpengaruh apapun pada Gandi, membuat gadis itu mendesah sebal.
Gandi menahan tenguk Hema, mengarahkan bibirnya mendarat dibibir ranum mungil gadis itu. Hema melotot saat bibirnya dan bibir Gandi menempel, gadis itu makin terkejut saat Gandi mulai melumat bibir bawahnya dan berusaha membuka mulutnya.
"Buka mulut kamu Hema."
"Gila kali y--mmphftt." Bibir Gandi membungkam bibir Hema lagi, melumat bibir itu yang akhirnya terbuka juga.
Gandi menghentikan lumatannya namun tidak melepaskan bibirnya dari bibir Hema. Laki laki itu memangut bibir ranum itu lagi saat sang pemilik tidak lagi berontak.
Cukup lama lumatan itu hingga Gandi melepaskannya dan mengecup pelan bibir Hema, "kamu harus terima saya." Suara serak berat itu membuat Hema menahan nafasnya sepersekian detik.
"Mari jadi kekasih saya?"
Hema mendorong Gandi, gadis itu menarik nafasnya naik turun sambil menatap Gandi makin benci.
"Inget ini Pak, saya bukan gadis murahan seperti wanita Bapak tadi. Dan, saya tidak akan pernah sudi menerima pernyataan dari Bapak, manusia gila!" Hema segera melangkah pergi, gadis itu keluar ruangan Gandi sambil menahan air matanya yang siap meluncur, nafasnya memburu dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata.
"Om-om berengsek!" Ujarnya geram, ia memilih masuk ke kamar mandi, tak mungkin dia keluar dengan keadaan menangis kacau begini.
Hema menyentuh bibirnya, memejamkan mata gemas dan rasanya ia ingin menyobek bibirnya sendiri, matanya terbuka perlahan menatap pantulan dirinya di cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
ChickLit(17+/18+) Penulis itu menciptakan alurnya, berbaur dengan pembacanya dan menikmati karir yang tengah ia raih. Sama seperti Hema, perempuan cantik yang merangkap menjadi Mahasiswi dan penulis itu sangat amat menggandrungi alurnya sebagai penulis. Nam...