19.

37.3K 4.4K 157
                                    



Darius masuk kembali ke kediaman utama keluarganya, dia menghela nafas berat. Pastinya ayahnya akan membicarakan sesuatu yang penting, tidak biasanya ayahnya ini akan memanggilnya.

Dia mengelus rambut Genta yang ada di gendongannya. Putranya itu tertidur dengan nyenyak. Kedua putra kembarnya pun turut berada di belakanganya.

"Ayo masuk."

Sesampainya di dalam, Darius di sambut oleh semuanya. Darius memandang salah satu putranya yang terlihat manja di dekapan sang kakak. Ada rasa sedikit iri di benaknya, tanpa sadar dia meremas Genta.

Genta bergerak kecil ketika merasa tubuhnya sedikit sakit.

"Duduklah." Darius duduk ketika sang ayah menyuruhnya, begitu pula dengan putra-putranya. Nevan terlihat tidak peduli, dia tetap bermanja-manja pada Willi. Anak itu sesekali merengut ketika di usili oleh mamanya.

"Nevan kau tak merindukan ayah?" ujar Darius tak sadar karena keiriannya.

"Papa aku mengantuk." bukannya menjawab Nevan malah berkata pada papanya, dia memang mengantuk, bahkan anak itu mendusel-duselkan wajahnya didada Willi. Darius kesal karena itu.

"Duh gemasnya, anak mama." Ela mencubit pipi bakpau Nevan. Bagaimana bisa anaknya begitu imut.

"Kennard, bawa adikmu ke kamarnya," ujar Ela. Kennard berdiri dan membawa Nevan. Pemuda itu menggendong adiknya dan membawanya ke atas.

Tidak menyadari kedua pemuda disana yang menatap tak suka padanya.

"Apa yang akan ayah katakan padaku?" ujar Darius. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Sebelum itu. Reina, bawa Genta masuk kedalam," ujar Edward.

Gadis itu mendekati Darius dan mengambil Genta secara paksa. Genta yang kaget pun langsung terjatuh, dia linglung.

"Reina!" Darius beranjak akan mengangkat Genta, tetapi Reina lebih dulu menyeret Genta yang masih linglung.

Twins R pun tak tinggal diam, mereka beranjak dan mengejar Reina. "Berhenti di tempat, jangan melangkah lagi atau kakak akan membuat kalian menyesali seumur hidup"

Twins R di pegangi oleh bodyguard, mereka tidak bisa bergerak bebas. "Kakak!"

"Ayah, apa yang akan kau lakukan!" teriak Darius, dia tak suka melihat putranya yang di perlakukan seperti itu.

Plak!

"Apa ibu pernah mengajarimu untuk bersikap kurang ajar Darius?" dingin Sera.

"Tapi bu, ayah keterlaluan. Dia membiarkan Gen-

"Ibu tidak peduli Darius!"

"Dia cucu ibu!"

"Ibu tidak memiliki cucu haram! Keluarga kita merupakan keluarga terhormat dan tersohor." Darius mendelik tak terima, "Jadi ibu lebih memilih reputasi keluarga dari pada keluarga ibu sendiri?"

"Jika saja kamu berlaku adil pada Nevan, ibu tidak masalah Darius. Meski dia anak yang kau bawa dari jalanan ibu akan menerimanya dengan lapang dada jika kamu adil, " ujar Sera. Dia menatap nyalang putra keduanya.

"Kalian tidak buta, kalian masih memiliki Nevan di sisi kalian. Ibu kecewa padamu Darius, ibu tidak pernah membandingkan kamu dengan kakakmu apalagi bertindak tidak adil, kau seperti kehilangan hati nuranimu, ibu benar-benar gagal mendidik mu!" Sera menangis di depan Darius.

Darius yang menatap sang ibu menangis segera menghapusnya. "Bu.." lirihnya.

"Sebenarnya apa salah Nevan hm? Katakan pada oma twins apa salah adik kalian?" Sera tidak memperdulikan Darius dia beralih pada cucu kembarnya.

"Dia adik kalian, sama seperti Genta. Dia bersikap seperti itu di sekolah hanya ingin kalian menyayanginya."

"Sikap Nevan yang menurut kalian menyebalkan itu hanya karena dia ingin di sadari kehadirannya."  Twins R menunduk, mereka meremat baju yang di kenakan.

"Oma kecewa pada kalian. Oma sungguh kecewa!" Sera pergi dari sana, dia tidak tahan.

"Ibu!"

Edward menghela nafas, dia tau istrinya akan seperti ini. "Darius apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?" ujar Edward.

"Apa maksud ayah?" Darius menatap bingung ayahnya.

"Seperti... siapa ibu dari Genta?" seketika itu Bola mata Darius, kenapa dia baru sadar jika ibunya tadi mengatakan jika Genta adalah anak haram. Apa keluarganya tau sesuatu.

"Aku tidak akan memberitahukan ayah," ujar Darius.

"Yah~ ayah tau kau akan seperti itu. Ayah tidak akan memaksa, lagi pula ayah tau semuanya," sahut Edward.

"Ayah membeli sebuah 2 pulau pribadi, khusus untuk kalian bertiga. 1 pulau untuk kau Darius dan satu lagi untuk kalian Twins. Kalian akan menetap disana dengan penjagaan yang ketat. Kalian tidak akan kemana-mana sampai batas waktu tertentu." Edward menatap putranya itu, ia yakin jika sang putra tak akan mau menerimanya.

"Aku menolak ayah, bagaimana dengan Genta! Aku tidak akan meninggalkan dia!" tolak Darius.

"Kami juga kakek, kami tak mau!" ujar Twins serempak.

"Kalian tidak ada hak untuk menolak, Genta akan diam disini. Kalian akan berangkat 5 menit lagi," kata Edwars mengangkat bahu acuh.

"Ayah!"

"Opa, kami tidak mau!"

"Pengawal bawa mereka!" Titah Edward, pengawal yang sedari tadi sudah stay dan membawa mereka sesuai perintah sang tuan.

.

"Kak..kakak siapa?" ujar Genta, anak itu bergetar takut.

"Aku bukan kakak kamu!" bentak Reina. Dia menarik rambut Genta kuat, "Sampah sepertimu di sayangi oleh mereka?" Genta menahan rambutnya. Sakit, kulit kepalanya sakit.

"Kau boleh menipu mereka, tapi tidak denganku."

"Kau bertingkah sok imut, hanya ingin menyingkirkan Nevan bukan? Bertingkah tersakiti dan menjadikan adikku kambing hitam?" Genta menangis histeris, rambutnya seakan akan terlepas.

"Sudah lama sekali sejak aku ingin sekali menghancurkanmu," ujar Reina, dia menyeringai puas melihat wajah ketakutan Genta.

"Selamat datang Genta."

Dimulai dari itulah hidup Genta tersiksa. Reina dan Kennard membuat anak itu menjadi pembantu dirumahnya, Genta di tempatkan di gudang yang harus di bersihkan sendiri oleh Genta.

Genta harus membersihkan halaman mansion termasuk taman, kolam renang dan segala tempat yang ada di Mansion itu. Para orang dewasa tidak peduli terhadap Genta, mereka mengabaikan dia seperti Darius mengabaikan Nevan.

Para pelayan pun ikut menyiksanya, bukan secara fisik namun secara mental. Mereka menyuruh Genta untuk melakukan hal berat. Saat Genta sakit pun dia hanya di biarkan beristirahat sebentar.

Sering kali Genta mencoba kabur, tetapi tetap tertangkap oleh Reina maupun Kennard sendiri.

Penampilan Genta yang awalnya mulus tak ternoda  kini berubah drastis, pipi yang awalnya tembam itu sekarang tirus. Tubuh yang berisi itu pun kehilangan berat badannya, tangan yang lembut itu kini kapalan.

Genta benar-benar tersiksa, Reina dan Kennard tak membiarkan Genta lari dari mereka. Nevan pun tidak pernah tau, jika Genta ada di mansion itu. Karena Reina mengancam Genta, jika Nevan sampai mengetahui jika dia berada disana, Maka Reina tak segan-segan untuk menyiksa Fisiknya.

Genta menjalani hari dengan berat, berharap ayah kan akan datang, tetapi harapan itu tidak pernah terjadi, hingga beberapa bulan setelahnya.













TBC.......

Just Figuran ✔ Where stories live. Discover now