32. Selamat Berpulang

44 17 105
                                    

Chapter 32: Selamat Berpulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Chapter 32: Selamat Berpulang.

"Karena, bagian paling menyesakan dalam hidup adalah perihal menyambut kepulangan."

•••



Taman itu, seperti tidak pernah sepi. Kedua anak yang telah sama-sama beranjak dewasa seolah tidak bisa pergi dari tempat ini. Taman sederhana. Hanya ada satu buah kursi panjang, tanaman yang tumbuh karena dirawat dengan baik dan Rumah pohon yang masih berdiri utuh.

"Radit, hari itu, kamu pernah bilang akan ajak aku ke Saturnus. Tapi, setelah dipikir-pikir, kamu aneh. Saturnus kan isinya gas. Mana bisa kita tinggal di sana?" ucap Rindu, menutup buku-- setelah ia membacanya. Sebuah buku puisi.

Radit terdiam. Ia menyimpan kuas dan cat warna yang dipegang nya. Dirinya, belum selesai melukis.

"Rindu, ada satu cara supaya kita sampai kesana."

"Oh, ya? Aku gak yakin, ah."

Radit mendekat kearah Rindu-- berbisik "Sebelum kita sampai dan buat kehidupan disana, kita perlu kunci." jawabnya, serius.

"Kunci apa?" Rindu terheran. Padahal ia tau, ini pasti fantasinya.

"Kunci untuk membuka Negeri Dongeng."

Rindu terdiam. Dugaannya memang benar. "Hm, baiklah. Kalau gitu, dimana kunci itu disembunyikan?"

"Itu masalahnya..." Radit menghela nafas. "Sampai sekarang, belum ada yang berhasil menemukan kuncinya. Aku pun, masih mencari."

"Terus, kalo ketemu, hubungan nya sama Saturnus, apa?"

"Kalo kamu udah sampai di Negeri Dongeng. Kamu baru bisa ke Saturnus. Kamu bahkan, bisa membuat kehidupan di sana."

"Ya, berarti itu kehidupan di Negeri Dongeng. Bukan di dunia nyata," Jawab Rindu lesu.

"Hhh.. Rindu, di kehidupan nyata, kamu gak bisa lakukan itu. Hidup kita terbatas. Hidup kita hanya sementara. Akan ada banyak kepulangan. Akan ada banyak kisah-kisah yang manusia buat menjadi sempurna."

Keduanya terdiam. "Salah satunya Papa ku. Dia berpulang, ketika aku sudah menemukan cara untuk sampai ke Saturnus." ucap Radit, lagi.

Rindu menatap mata Radit, dalam. "Benar. Tanpa kita sadari, sudah begitu banyak kepulangan. Pulang pada tempat yang abadi. Kenapa, ya? Sebagian orang, bisa kuat. Padahal, perpisahan adalah hari yang mereka tau, mereka gak bisa bertemu kembali. Bahkan sebagian orang, seolah menyambut kepulangan itu."

Rindu: Puisi Praditya Dylan [END]Where stories live. Discover now