19🥀

580 98 17
                                    

Warning Typo📌
































“ini kemana petugas medisnya? hiks Kok lama banget?!” bunda berteriak marah

“sabar bun” ucap ayah menenangkan

“bunda takut yah”

***

Tak lama anak-anak PMR datang dengan sebuah tandu, mereka membantu untuk mengangkat Farel yang sudah tidak sadarkan diri, bunda bangkit dan langsung dipeluk oleh ayah.

“mohon maaf, bagaimana jika kita melanjutkan acara” bu Olivia bersuara

Bunda Alana memandang ayah dan menggeleng pelan, dia tidak mau kembali ke acara, dia ingin menemani Farel.

“yang lain mending balik lagi, biar bunda sama ayah kalian nemenin el” perintah kakek, anak-anak ayah Alkhalifi mengangguk

Mereka kemudian kembali ke bangku masing-masing, anak-anak PKS juga mulai menertibkan siswa yang tadi ikut heboh menyaksikan Farel. Ayah dan bunda mengikuti anak-anak PMR yang tadi membawa Farel ke UKS.

Setelah mendudukan dirinya di tempat semula, kak Birru sudah tak bisa kembali fokus pada acara, bukan hanya karena pingsannya Farel yang membuat bunda Alana menangis sesenggukan, tapi karena nama yang tadi di ucapkan bu Olivia.

Farel Gibran.

Kak Birru rasanya tak asing dengan nama itu, dia pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi kapan dan dimana kak Birru belum mengingatnya. Kak Birru berusaha dengan keras mengingat siapa Farel itu, mata tajamnya membola mengingat dimana dia pernah mendengar nama itu.

Bunda, bunda pernah menyebut nama itu ketika berbicara dengan seseorang melalui sambungan telfon. Kak Birru ingat betul, dengan cepat kemudian kak Birru mengirimkan pesan kepada anak buahnya untuk mencari tau siapa Farel Gibran itu dan mengapa bunda mencarinya.

.
.
.

“ugh” Farel mengerjap pelan dan menemukan dokter tampan yang tengah tersenyum ke arahnya, “Farel, apa yang kamu rasakan?” tanya dokter itu seramah mungkin

“kepala saya pusing dok, perut saya juga sedikit sakit” jawab Farel lirih, dokter yang memang bekerja di UKS sekolah itu mengangguk

“itu karena Farel kecapean, pola makan Farel juga tidak dijaga ya?”

Farel mau tidak mau mengangguk, beberapa hari ini Farel memang sangat sibuk mengurus acara, lomba, dan bekerja di caffe, dia tidak makan dan mengistirahatkan tubuhnya dengan baik.

“el punya magh loh, lain kali dijaga ya pola makannya”

“iya dok”

“ouh iya, setelah infusnya habis, lebih baik el pulang saja mengistirahatkan diri, ada nomer keluarga Farel yang bisa dihubungi?” tanya dokter lelaki itu kembali sembari merogoh celananya dan mengambil handphone

“kakak saya sedang sekolah dok”

“ouh, ya sudah kalau begitu el istirahat dulu saja disini, saya keluar sebentar ya” 

.
.
.

Dokter lelaki bernama tag Ricky Setiawan itu tersenyum ketika menghadap dua atasannya, ayah Alkhalifi dan bunda Alana yang sudah duduk menanti bagaimana keadaan Farel. Dokter lelaki itu kemudian duduk di kursi yang berada dibelakang meja kerjanya.

“bagaimana keadaan el?” bunda bertanya tergesa, dia ingin segera mengetahui keadaan Farel

Dokter lelaki itu menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan bunda Alana, “dia terlalu memaksakan diri, juga pola makannya yang berantakan”

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang