BAB 15

122 14 4
                                    

"Bekerja keraslah! Dengan berusaha, semua yang diimpikan akan terwujud

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bekerja keraslah! Dengan berusaha, semua yang diimpikan akan terwujud."

***

Kebencian itu semakin dalam saat melihat hubungan Vi dan Tan justru membaik. Setiap malam mereka melakukan live bersama hingga keduanya kena banned dari Tik Tok karena terlalu sering melakukan live bareng hingga berjam-jam, kadang sampai hampir subuh baru selesai live.

Hari ini Mo pamitan kepada seluruh penghuni apartemen kecuali Tan, sebab Tan sudah lama tidak mau menyapanya bahkan melihat dia. Tan sangat kecewa kepada Mo karena secara terang-terangan dia sering menggiring opini supaya fans-nya membenci Vi. Meski begitu Tan tak peduli jika teman-teman yang lain masih berhubungan baik dengan Mo.

Sudah menjadi rahasia umum jika Tan sangat menurut kepada Vi. Sebenarnya Tan hanya tidak ingin membuat Vi kecewa dan menjauh darinya. Tan sangat takut Vi meninggalkannya. Sebab bagi Tan, Vi adalah penyemangat hidupnya dan pembawa angin segar dalam setiap hari-harinya.

Semakin hari relasi Tan bertambah luas. Bisnisnya satu per satu memiliki cabang. Tan juga dapat mewujudkan impiannya. Setelah beberapa waktu lalu membeli mobil, kali ini Tan berencana ingin membeli rumah. Namun, ada satu hal yang membuat Tan memikirkan niatnya itu.

"Beli rumah dulu atau pergi ke Indonesia?" gumam Tan saat dia sendiri di kamarnya.

Beruntung sekarang Tan memiliki manager. Jadi, pekerjaan dan pendapatannya dapat dikelola dengan baik.

"Kalau aku pergi ke Indonesia dulu sedangkan keluargaku di sini belum memiliki tempat tinggal yang pasti, jika nanti Vi juga mau aku ajak ke sini, tinggal di mana dia? Tidak mungkin tinggal di apartemen ini."

Tan menimbang ulang keputusannya sampai kepalanya pening. Uang hanya cukup untuk melakukan satu hal di antara dua pilihan itu.

"Anh Tan!" Seseorang memanggil Tan di depan pintu kamarnya.

"Oi!" sahut Tan lantas membukakan pintu.

Tuyen bersama Phoung berdiri di depan pintu. Tan mengizinkan mereka masuk ke kamarnya.

"Ada apa?" tanya Tan bersikap santai.

Tanpa basa-basi Tuyen berkata, "Kami mau pindah dari sini."

"Sudah kalian pikirkan matang-matang?"

"Sudah, Anh," sahut Tuyen yakin.

"Oke. Kalau memang itu keputusan kalian." Tan membuka laci meja kerjanya. Dia mengambil dua bendel uang dong Vietnam. "Ini untuk kalian menyewa tempat tinggal dan cukup untuk makan beberapa hari ke depan."

Tuyen menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Tanpa Tan antar, mereka berdua keluar kamar dan langsung mengemas pakaian. Tidak ada kecurigaan dalam benak Tan tentang Tuyen. Tak mau terlalu berpikir keras, Tan merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan mata, sejenak melepas lelah dan meletakkan beban pikirannya.

CÓ EM ĐÂY "Aku di Sini"Where stories live. Discover now